14

5.7K 227 11
                                    

yanz_BCG ✭✭ Silver
September 2013

EMPAT BELAS

KILAS BALIK: part sebelumnya nathan menolak munif untuk berhubungan dan menegaskan bahwa dia mencintai org lain.

-Nathan POV-

Teng nong... Aku memencet bell rumah Dendy. Kulirik jam tangan yang menunjukkan pukul 8 malam, aku semringah. Aku sudah membawa sekotak coklat kesukaan Dendy dan juga bunga lily, malam ini kami ada janji makan malam yang katanya Dendy akan memasakkan hidangan special untukku. Saat pintu terbuka, aku menyembunyikan bunga dan coklat di belakang.

"Eh den Nathan, sudah ditunggu den Dendy di ruang makan.." ucap Bi Isah, pembantu Dendy.

Aku tersenyum tipis, mengangguk sambil mengikuti langkah pembantu itu. Sampai di depan Dendy, Bi Isah pamit. Kami tersenyum kikuk untuk sesaat hingga akhirnya Dendy mempersilahkanku, "Du-duduk Than.." ucapnya gugup.

Aku menyerahkan bunga dan coklat tadi, yaa aku hanya meniru adegan di tv karena kurang tau apa yang harus aku lakukan jika berkencan dengan cowok. Terlihat Dendy semringah dan menatapku manja, aku mengecup bibirnya singkat, "Well, makan malam yang sangat mewah.." ucapku sambil menatap meja makan takjub.

Meja berwarna keemasan dengan taplak meja warna cream, dihiasi lilin-lilin di tengah meja, kutatap ada ayam asam manis, ayam dan ikan bakar, udang galah santan, tumis jengkol, sop ceker dan rawon.

Semua makanan favoritku, "Kau sangat berlebihan, kita hanya makan berdua.." ucapku dengan memicingkan mata.

"Aku hanya mau usaha maksimal.. Kau pasti suka.."

Aku menggenggam tangannya, "Lebih dari itu.. Apalagi ada kau yang ada di hadapanku.."

Dendy yang duduk di hadapanku tersenyum lembut, "Mari makan?" ucapnya.

Lidahku sangat dimanjakan akan rasa makanan yang sangat nikmat, kadang aku tak percaya jika cowok manis dihadapanku mampu memasak sehebat ini, tapi ini lah hidup, cowok memasak itu bukankah lagi trend dan terkesan sexy. Tapi Aku lebih bernafsu melahap Dendy malam ini dibanding makanan. Kakiku sedikit nakal menggodanya, kusentuh pergelangan kakinya, dia sedikit tersentak namun hanya tersenyum dan melanjutkan makannya. Kakiku sedikit naik, mencoba membuka lututnya, meraba pahanya dan menyentuh gundukan di antara dua pahanya. Aku bisa rasakan dengan telapak kakiku karena aku melepas sepatuku.

"Na-Nathan.. Jangan sekarang.." ucapnya dengan wajah memerah.

Aku tertawa, "Haha maaf.. Aku hanya suka expresi manismu.." godaku.

"Oh ya kau masih balapan gak?" tanya Dendy membuka topik.

"Aku udah males berhubungan dua tengik yang nyentuh kamu itu.. Rasanya kembali emosi kalau ingat mereka." saat mukaku merah karena marah, Dendy menggenggam tanganku.

"Lupakan.." desisnya.

Aku menyuap rawon sebelum berbicara, "Lagi pula, aku belum membeli motor baru semenjak malam kau menyelamatkanku, motorku yang ditinggal begitu saja rupanya hilang.."

"Haha.. Paling diambil polisi.."

"Gak penting juga, toh motor udah butut begitu... Dia udah gak bersahabat denganku, masa iya selalu mati di saat darurat." aku sampai manyun-manyun sedikit badmood membahas hal itu tapi terasa kaki Dendy menyilang ke arah kakiku, kaki kami saling bermain seolah berpelukan.

"Tapi kan masih ada aku yang selalu ada saat kau perlu.." ucap Dendy.

Aku tersenyum kemudian menggigit pelan bibirku. "Oh ya, akhir-akhir ini kuliat kau dekat dengan beberapa cowok.. Aku gak suka.." ucapku dengan wajah masam.

Bakso NANO NANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang