21

7K 280 101
                                    

yanz_BCG ✭✭ Silver
December 2013

DUA PULUH SATU

"Nif.. Tangan Dendy gerak.." ucap Linda sambil membangunkan Munif yang tertidur, Linda dan Munif lah yang merawat Dendy siang malam.

Kadang bergantian walau Munif sangat sulit disuruh pulang. Dia hanya pulang untuk mandi dan mengganti pakaian.

Munif langsung meraih tangan Dendy, "Dek... Bisa dengar kaka?"

Mata Dendy terbuka perlahan, berkedip pelan dan menatap sayu untuk beberapa lama dia terdiam seperti orang bingung kadang tatapannya kosong hingga akhirnya dia pun bersuara, "K-ka..." desis suaranya yang terbata dan sangat kecil.

"Iya dek? Adek butuh sesuatu?" Munif mengecup jari-jari adiknya itu.

"Ke-kertas.. To-tolong engh..." Dendy menggerang kecil karena susah berbicara.

"Linda tolong carikan kertas sama pulpen.." pinta Munif. "Iya dek pasti butuh alat tulis kan? Diapain sayang?" tanya Munif. Linda pun menyerahkan alat tulis yang ia dapatkan dari laci tadi.

"To-tolong.. Buat.. Aah.. Su-surat.. Untukh.. Uhuk.. Na-Nathan kak.."

Ruangan itu langsung hening.

**************

-Nathan POV-

Aku terbaring di atas kasur dengan air mata berlinangan dalam diam. Aku memencet HPku, mengupdate setiap kegalauanku di jejaring sosial, meminta saran atas kebimbanganku dan banyaknya saran berbeda pendapat membuatku semakin bingung dalam mengambil langkah. Aku menghela nafas berat, berusaha berpikir.

Mana yang benar? Aku harus apa? Saat aku menutup aplikasi facebookku terpampanglah wallpaper Iphoneku yang menggambarkan diriku, Dendy dan Heru yang sangat bahagia hari itu. Dendy... Aku kangen sebenarnya, tapi aku... Entah kata apa yang cocok untuk menggambarkan perasaanku.. Gengsi? Tuhan, tenggelamkan gengsi ini dalam-dalam! Aku tak mau menyesal nanti. Aku pun lekas bangkit, berlari ke arah pintu tapi begitu memegang gagang aku kembali ragu. Aku memutar arah tubuh dan tersendar di balik pintu.

Berat!! Langkahku begitu berat.. Buukk.. Buuukkk..

Aku terkejut saat kamarku ada yang mengetuk bringas, "Woi sabar woi... Apaan sih, dikata pintu gue sansak tinju apa!"

Begitu aku membuka pintu, aku sangat shock karena ada yang membekap mulutku. Anto, Bagas, Putra dan Restu buat apa disini?!

Anto yang memegang tanganku ke belakang memberikan perintah, "Ikat kakinya cepat, terus bekap mulutnya!" aku bisa merasakan dia mengikat tanganku di belakang, Putra mengikat kakiku erat, Restu melakban mulutku sedangkan Bagas mengangkat badanku. Mereka berempat mengangkatku ala bridal style sedangkan aku menggeliat untuk memberontak.

"Tante maaf ya kami culik dulu Nathannya..." ucap Bagas meminta izin pada mama yang duduk di ruang tamu.

"Iya nak.. Salam ya buat Dendy semoga cepat sembuh..."

Tceh.. Rupanya mama juga bersekongkol dengan mereka yang menculikku, aku kembali menggerang, menggeliat-geliat kesal.

Buuk.. Aku terpekik karena kepalaku terpentok pintu mobil, mereka menjejal badanku dengan bringas ke dalam mobil, Restu membenarkan posisi dudukku dan tersenyum lembut. Aku langsung mendelik kesal. Bagas dan Anto duduk di depan sedangkan di belakang aku berdua dengan si kembar.

"Hei gue terpaksa balik dari Hongkong gara-gara lu.. Lu bikin Dendy sekarat bro?" desis Bagas dingin.

Aku langsung memalingkan muka, ck.. Tau apa mereka.

Bakso NANO NANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang