6

8.1K 269 7
                                    

August 2013

Bakso Nano-Nano 6 By: yanz
-Nathan POV-

Aku mondar-mandir di depan ruang IGD dengan perasaan yang sangat gelisah. Bagaimana jika Dendy tewas? Aku bisa merasa sangat bersalah. Karena dia mengorbankan dirinya kedinginan untukku. Dasar bodoh, aku tak habis pikir dia senekat itu, tak hanya homo tapi juga bodoh! Aargh.. Kami terkurung dalam mobil box pendingin itu nyaris sejam, syukurlah supirnya cepat sampai, namun setelah keluar pun kondisi Dendy sangat menurun, denyut jantungnya lemah dan dia tak sadarkan diri. Aku menggendongnya dengan panik ke rumah sakit.

Saat dokter datang aku langsung berlari, "Bagaimana keadaannya dok?" tanyaku panik.

"Dia hanya terserang hipotermia ringan, setelah ruangan dihangatkan, memakai pakaian hangat dan istirahat beberapa hari dia akan pulih kembali."

Aku menghela nafas dan mengusap dada, setelah membungkuk sedikit aku meminta izin untuk masuk ke dalam. Kulihat Dendy terbaring lemah dengan wajah pucat kebiruan, mana wajah pink-nya seperti biasanya? Aku sangat prihatin dan khawatir.

Aku tarik kursi kecil untuk duduk di sampingnya, "Lu itu bodoh.." desisku sambil menarik hidungnya.

Tapi dia tak bangun juga. Haaah.. Aku harap dia baik-baik saja. Ini yang kedua kalinya dia menolongku, aku masih mengenakan jaket hangatnya yang tercium bau minyak kayu putih. Bau yang lembut seperti bayi. Sial! Kenapa aku membauinya?!!

-////-

Aku meraih tangan halusnya, masih dingin. Kugesek-gesekkan tangan kami supaya dia bisa lebih baik, mengusap tanganku ke pipinya, perutnya hingga aku mulai bosan dan kelelahan. Aku memutuskan tidur di atas tanganku yang diletakkan di pinggir ranjang.

*********

--Dendy POV-

"Engh..." aku menggerang pelan karena merasakan ngilu di seluruh tubuhku, begitu membuka mata aku sudah ada di ruangan putih yang sangat panas, tangan diinfus dan banyak perban di tubuhku. Aku menoleh ke samping, ah Nathan.. Dia tertidur sambil menggenggam tanganku!

Wajahku memanas maksimal, detak jantungku berpacu lebih cepat dan aku menunduk untuk mengecup kepalanya. Aku mulai merangkak turun dan saat melepaskan tanganku, Nathan sedikit bergerak. Aku memutar pinggangku, menggerak-gerakkan tanganku karena tubuhku sangat kaku rasanya jadi aku butuh pemanasan. Saat aku melompat-lompat, tiba-tiba tubuhku oleng hingga aku menubruk meja dan menjatuhkkan vas bunga.

Nathan terbangun, dia langsung berlari meraih tubuhku, "Lu ngapain sih pake acara bangun segala! Lu itu masih sakit, bodoh!" teriaknya sambil merangkulku.

"Aku akan lebih sakit kalau terus berbaring. Tadi cuma mau pemanasan kok.. Lepasin, udah aku gak papa.."

"Halah.. Udah nurut aja, lu diam aja dulu disini. Awas kalau bangun! Gue carikan lu makanan dulu."

Aku heran dengannya, tadi memukuliku dengan bringas tapi sekarang sangat perhatian. Walau caranya sama saja, dia keras. Tapi aku senang dia perduli denganku, wajahku rasanya kembali panas. Apalagi saat mengingat tekstur lembut bibirnya yang merah dan bawahnya sedikit tebal itu, ah sangat menggiurkan bibirnya seperti bayi, sangat imut.

Sepertinya Nathan bukan type cowok perokok sehingga dia terlihat sangat fresh. Nah nah kan sekarang aku malah terbawa fantasi liarku lagi akan sosok Nathan, haah.. Nathan kembali dengan membawakan semangkok bubur, dia duduk di sampingku, "Aa.. Buka mulut lu?"

"Eng.. Gak ah.. Mulutku pahit.."

"Jangan banyak alasan, lu mau sembuh gak?"

"Aku udah sembuh!!!" teriakku kemudian menutup mulut dengan rapat.

Bakso NANO NANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang