15

5K 193 11
                                    

yanz_BCG ✭✭ Silver
October 2013

LIMA BELAS

-Dendy POV-

Aku termenung di taman sekolah, di bangku yang memanjang hanya duduk sendiri menatap orang-orang lalu lalang. Pikiranku sangat dilema, pertemuanku dengan Kak Munif kemarin menjadi hal baik sekaligus hal buruk karena kami dipertemukan di tempat dan waktu yang sama bersama Nathan dan Linda. Dia berang, merasa ini lelucon, merasa dihianati dan merasa kalah dengan Kak Munif maupun aku maupun Linda. Aku sendiri awalnya heran kenapa Nathan begitu? Tapi semua begitu jelas saat Kak Munif menjelaskan semuanya padaku. Nathan mengencani kami berdua..

Harusnya aku yang marah, aku tak tau di kehidupannya yang lain ada orang lain dan itu kakakku sendiri, sekaligus orang yang pernah mengisi hatiku. Harusnya aku yang hancur, aku yang dilema, aku bingung. Nathan bersikap seolah dia yang tersakiti, agar dia bisa menyembunyikan kesalahannya? Aku awalnya benar-benar kecewa dan rasanya mau hilang ingatan saja, kenapa kakakku?!!! Tapi Kak Munif berusaha selalu menasehatiku, kami kembali serumah walaupun aku harus kembali ke rumah lama karena dia tak suka kemewahan rumahku.

"Sudah.. Tenanglah! Jangan menangis dek.. Ada kakak disini.." ucap Kak Munif malam itu sambil terus mengusap kepalaku yang ada di dadanya.

Bahuku bergetar hebat karena aku menangis geram. Aku memeluknya erat di atas kasur kecil kami, terbaring saling merapatkan tubuh.

"Dia kenapa membuatku bingung kak.. Dia menyebalkan.."

"Dia butuh waktu untuk menenangkan diri.. Dia pernah bilang kalau dia punya pilihan lain dan itu bukan kakak.. Artinya kamu lah pilihan dia dek. Kakak ikhlas dek jika memang kalian saling mencintai. Dia cowok baik, mungkin sedikit membingungkan..."

"Itu kemaren kak.. See? Dia bahkan tak memilih satu pun dari kita.. Dia kecewa dan merasa dibodohi karena kita bersodara. Aaarghh.." aku melempar hpku hingga menghempas dinding karena sangat kesal dia tak pernah merespon sms atau mengangkat teleponku.

Kakak menciumi kepalaku, "Apa kau mencintainya?" tanya Kak Munif.

Aku hanya mengangguk di pelukan dadanya yang aku rasa dia bisa rasakan itu, terdengar kakak bergumam dan kembali bersuara, "Hmm.. Kau harus perjuangkan itu? Jangan menyerah.. Dia cowok bodoh yang keras kepala, dia tak bisa melihat kesungguhanmu jika tak kau perlihatkan.."

"Bagaimana caranya aku memperlihatkannya?"

"Selalu kejar dia, tanpa menyerah. Dia akan sadar kegigihanmu kelak."

"Lagi-lagi mengejar.. Aku capek kak.. Dia tak segan-segan menginjak harga diriku jika aku mengejarnya."

"Tergantung bagaimana hatimu. Apa hatimu sanggup bertahan dengannya? Apa kau masih mencintai dia apa adanya meskipun dia jahat? Dan apakah kamu sanggup harus melepaskannya?"

Aku terdiam sejenak, aku sebenarnya mau menyerah saja tiap kali melihat sikap Nathan tapi aku tak bisa mengelak jika Nathan tak mampu aku tendang dari dalam hatiku. Aku menangis histeris lagi jika membayangkan harus menjauh dari hidupnya.

"Aku sanggup.." desisku yang berusaha menahan isakan.

"Adek kakak memang kuat, cinta itu perlu perjuangan sayang.."

"Apa kakak mencintai Nathan?" tanyaku sambil mendongak menatapnya.

"Ya.. Gak hanya Nathan, kakak juga masih mencintaimu.."

"Kenapa kakak tak memperjuangkannya seperti ucapan kakak?"

Kak Munif tersenyum pahit, "Karena kalian sudah seharusnya bersatu... Kalian saling mencintai dan akan jadi pasangan yang sempurna. Kuatlah.." ucapnya sambil menepuk punggungku.

Bakso NANO NANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang