18

4.5K 188 9
                                    

yanz_BCG ✭✭ Silver
November 2013

Delapan Belas

-Dendy POV-

Aku sempat senang beberapa hari lalu, semenjak kejadian bersama Heru di taman waktu itu Nathan melunak. Aku pikir hatinya sudah memafkanku, tapi kegilaannya masih belum berakhir. Im still his slave. Kak Munif sering meneleponku, memintaku pulang tapi aku belum berani pulang karena memar-memar di tubuhku belum pudar seutuhnya, walaupun di pipi, leher dan tangan sudah tak terlalu nampak tapi di bagian dalam cukup parah dan kak Munif pasti melihatnya jika aku berganti pakaian. Aku tak mau membuat hubungannya dengan Nathan makin retak. Kak munif pasti marah besar kalau tau.

Nathan yang sekarang mungkin sudah tak melakukan kekerasan lagi, tapi lebih menekan mentalku. Di sekolah dia centil menggoda cewek-cewek, di rumah dia telponan dengan suara keras, sangat mesra dan kadang erotis.

"Emm apa sayang? Mau cium? Emuuaah.. Ahaha.. Jangaan aaah.. Kamu nakal ya minta yang itu, nanti aku ketagihan gimana hayo?"

Hatiku benar-benar panas. Tiap kali dia mau teleponan aku berusaha mau pamit dengan berbagai alasan tapi dia melarangku. Dia bahkan memeluk leherku dari belakang, aku terpaksa manahan sakit hatiku. Apalagi sekarang, aku duduk di sebuah tempat karaoke di hadapan Nathan yang duduk dengan cewek-cewek sexy di sampingnya. Mereka adalah Nita dan Laras, cewek-cwek populer di sekolah yang murahan. Sedangkan Bagas dan Anto asik bernyanyi duet dengan hebohnya.

Semua terlihat sibuk dengan urusan masing-masing. Hanya aku yang duduk kaku seperti orang idiot, menatap orang yang aku cintai bermesraan dengan orang lain. Aku meremas kursi, bentuknya melengkung seperti hurup U, aku dan Nathan duduk disisi-sisi kursi itu bersebrangan. Aku mengambil keripik agar membuatku lebih rileks. Aku menghela nafas panjang, ingin rasanya aku pergi tapi sebelum berangkat ke tempat karaoke ini aku sudah membuat perjanjian dengan Nathan bahwa aku akan terus memperhatikannya. Itu artinya aku tak boleh kabur dan terus memelototi aksi erotisnya.

"Hei Dendy! Ayo kita nyanyi! Jangan hanya diam... Begadang jangan begadaang~ kalau tiada artinyaa~ begadang boleh saja ha ahahaa asal ada perlunya!" nyanyi Bagas dengan semangat, dia merangkulku dan mengajak agar aku bergoyang-goyang bersama mereka.

Aku tertawa-tawa kecil apalagi saat Anto mempraktekkan goyang itik si zaskia gotik biasanya. Aku juga ikut memegang mike, menyanyi tak keruan walaupun dengan lirik salah-salah... Secara aku bukan dangduter seperti mereka. Huu ngakunya macho, anggota genk motor, nyanyi dangdut..

"Lagunya copo... Gantii..." ucapku sambil memamerkan deretan gigiku.

"Yaudah.. Lu pilih, maunya nyanyi lagu apa?"

Ada satu lagu yang muncul dalam otakku.. Lagu boys like girl feat taylor swift. Two better than one.

"Kuingat yang kau pakai di hari pertama..." aku mengalunkan suara halusku, menyanyikan lagu kesukaanku dengan lirik Indonesia agar Nathan bisa lebih memahami isi hatiku.

"Kau datang dalam hidupku dan kupikir hei.. Kau tau ini bisa jadi seswatu.. Karna apapun yang kau lakukan dan katakan.. Kau tau semuanya membuatku bahagia.. Dan skarang aku tak miliki apapun.." aku menggenggam mike dengan tangan bergetar karena Nathan melirikku dengan pandangan yang aneh. Dia terus memandangku.

"Jadi mungkin benaar.. Aah aah.. Bahwa ku tak bisa hidup tanpamu.. Mungkin dua.. Aa.. A.. Lebih baik dari satu.. Tapi ada banyak waktu.. Tuk mencari tau slama hidupku.. Dan kau tlah membuatku gelisah.. Kurasa dua... Lebih baik dari satu.."

Bagas dan Anto menepuk tangan sambil menimpukiku dengan bantal, "Cowok romantis prikiteww.." ejek Anto yang mengacak-acak rambutku.

Aku tertawa-tawa.

Bakso NANO NANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang