°16 •

110 22 0
                                    

"Pagi, Yeon."

"Eh? Pagi, Mark. Tumben baru dateng."

"Iya, nih. Biasa anterin tuan putri dulu ke kampusnya."

"Oh, okey-okey."

Ruangan itu pun menjadi sepi dan hening karena kedua orang yang berada di dalam ruangan itu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Kini Mark dan Siyeon bekerja sebagai manajer di salah satu perusahaan terkenal di Amsterdam

"Eh, Yeon.. udah tahu belum kalau atasan kita ganti? Baguslah. Atasan yang kemaren genit terus sama karyawannya. Heran deh."

Siyeon pun mengalihkan matanya dari layar komputer ke Mark yang sedang mengetik pekerjaannya di komputernya.

"Ya-yakin? Siapa?"
Tanya Siyeon yang pandangannya tak lepas dari Mark.

"Laki-laki."
Jawab Mark yang masih fokus kepada komputernya. Dahi Siyeon pun mengkerut karena mendengar jawaban dari Mark.

Siyeon pun bersandar pada kursinya dengan kasar dan berdecak malas.

Bugh

"A-aw.."
Ringis Mark saat sebuah remasan kertas tepat mengenai hidungnya.

"Aku kan nanya namanya, Mark. Bukan laki-laki atau perempuan."
Ucap Siyeon lalu sambil menggigit kukunya dan pandangannya menuju jendela ruangannya yang menghadap ke luar gedung. Dia bisa melihat pemandangan dari atas kantornya dari tempat yang sedang ia duduki sekarang.

Kini tangan Siyeon semakin bergetar bagaimana dia mengingat kejadian 5 tahun yang lalu. Tepat saat Jaemin memutuskannya karena suatu alasan yang Siyeon sendiri bahkan tak mengerti maksudnya.

"Kita putus, ya? Aku minta maaf buat semuanya dan terimakasih sebanyak-banyaknya juga untuk selama ini. Maaf aku ninggalin kamu lagi.. ada 1 hal yang kamu gak tahu dan.. dan itu jadi alasan yang mendasar untuk kita putus. Aku bakal pindah ke Amsterdam sama ayahku di sana. Jangan nungguin aku walaupun sebenarnya itu yang aku ingin dari kamu.."

Air mata Jaemin pun jatuh walaupun Jaemin sendiri masih tersenyum. Tersenyum yang di paksakan..

"... karena aku gak bisa janji bakal balik ke kamu. Maaf.. tapi ada 1 hal yang bisa aku janjiin, yaitu.. Park Siyeon akan tetap jadi nomer satu di hati Na Jaemin. Harapan aku nanti saat aku bisa ngerubah janji bakal balik ke kamu. Harapan aku nama kamu jadi nyonya Na Siyeon mungkin bakal tetep jadi harapan aku.. maaf untuk semuanya Siyeon."

"Maaf.."

Tanpa sadar air mata Siyeon jatuh di mana saat ia mengingat surat yang Jaemin berikan padanya..

'Hai nona Na Siyeon..

:)'


Siyeon pun menggigit bibirnya agar tangisannya tak keluar. Siyeon segera menghapus air matanya saat tak sengaja air matanya mulai jatuh.

Bahkan Siyeon tidak tahu apa yang ia harus tangisi.. bukankah ia sudah berjanji dengan Jaemin agar tak pernah menangis karena hal ini?

Dan.. lagi? Kenapa ada kata lagi?


Dan Siyeon pun tahu kenapa dia masih sering menangis tentang hal itu..

Karena dia masih menunggu, Jaemin..



















"Siyeon.."
Panggil Mark dengan suara lirih.

Siyeon pun menolehkan kepalanya ke arah Mark lalu menatapnya dengan maksud kenapa memanggilnya.

Mark hanya diam lalu menggelengkan kepalanya sembari tersenyum dan akhirnya dia kembali pada laptopnya

Dalam hati, Mark sudah ingin mengatakan bahwa jangan selalu memikirkan Jaemin yang sekarang dia tidak tahu keberadaannya.. tapi tolong pikirkan dia yang selalu ada untuk Siyeon.. sekali saja.

Bisakah Siyeon mengerti dirinya? Itu terasa sangat menyakitkan saat Siyeon yang masih menunggu orang lain sedangkan ada orang yang di belakangnya dengan setianya selalu menemaninya dan akan selalu ada untuknya..
Mungkin semua yang Mark lakukan itu bagi Siyeon adalah ungkapan untuk rasa sayang sebagai teman kepadanya. Namun, sebenarnya itu adalah cara Mark menunjukkan bahwa Mark menyukainya.

Namun tak apa. Selama dia bisa menemani Siyeon kenapa tidak? Selama dia bisa di samping Siyeon, itu bukan masalah yg besar untuknya.
























Tapi tidak untuk hatinya.

Odd Sense 2 ✿ฺ Park Xiyeon / Siyeon - Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang