38

75 10 0
                                    

Kami berlari, menuju mobil sang sopir dan meninggalkan si pemburu. Kami melaju semakin jauh dan semakin jauh, hingga letusan senjata api tak terdengar kembali di telinga kami.

Apakah pemburu itu berhasil? Apakah pemburu itu gagal?

Aku tidak tahu.

Astaga.

Untuk sesaat aku cukup menyesal. Sialan, padahal aku bisa tinggal bersamanya, bertahan. Kenapa aku ini sangat pengecut?

"Dia akan bertahan--" Sang sopir berkata seolah-olah mengetahui akan apa yang ada di pikranku. "Kuharap," lanjutnya.

"Kita harus menuntaskan apa yang tengah terjadi. Apapun yang dimaksud oleh si penelepon itu, pasti bukan sesuatu yang baik."

"Aku mengerti," kataku, kemudian membaca buku ini, buku yang kubawa sebelumnya. "Buku ini mengatakan bahwa ada empat portal terbuka seandainya kebangkitan telah dimulai. Arkham, Innsmuth, Dunwich dan Kingsport. Tempat di mana para monster itu muncul tanpa perlunya ritual. Kita harus menutup portalnya dengan mengumpulkan batu persembahan dan menyatukannya kembali."

"Empat kota itu!? Tetapi kota-kota itu berjauhan!" sang sopir berdalih.

Memang, batinku.

"Kita bisa berpencar."

"Berpencar!?" sang sopir berkilah. "Bukankah itu berbahaya? Maksudku, lihat apa yang terjadi begitu kita keluar dari rumah itu.

"Tetapi kita harus cepat atau monster-monster itu akan terlanjur menghancurkan kota ini, mungkin dunia ini jika kita tidak bergerak cepat," balasku.

"Apa gunanya masing-masing dari kita mengumpulkan benda itu jika masing-masing dari kita tak ada yang kembali?"

Sialan. Pilihan yang sulit.

Jika Anda memilih untuk tetap bersama, pindah ke halaman 43

Jika Anda memilih untuk berpencar, pindah ke halaman 44

[INTERACTIVE FICTION] Reign of CthulhuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang