73

60 6 0
                                    

"Kita harus langsung mengambil batu itu, sebelum monster itu menyadari keberadaan kita," kataku.

Kami bergerak mendekati portal ketika Yig terlihat menyisir keadaan. Aku dan sang sopir berusaha mengendap-endap, mencoba agar tak terlihat, sebaik mungkin.

Namun, keadaan yang terjadi sungguh tak kami duga.

Yig berubah menjadi kepulan asap hitam. Tidak hanya itu, kepulan asap itu bergerak melayang, seolah memiliki navigasi.

"Apakah monster itu telah menghilang?" tanya sang dokter, namun aku enggan untuk menjawabnya. Aku tidak tahu.

Namun, secara tiba-tiba, kepulan asap itu menyerang tubuh sang dokter, menghujaminya, membuat sang dokter bahkan tak terlihat lagi. Tapi sialannya, aku dapat mendengar teriakannya.

Yig menyadari keberadaan kami.

"LARI!" teriakku, membuat kami berlari. Tapi tetap, aku berusaha untuk mencari batu itu. Dan, ya, aku menemukannya.

Aku mengambilnya.

Namun, di saat itu juga aku menyadari bahwa kepulan asap hitam itu tengah menuju arahku.

"HATI-HATI!" sang sopir berteriak, mendekatiku, mendorongku menjauh dari kepulan asap itu. Aku hampir terjatuh, tetapi aku berusaha untuk menyeimbangkan diri.

Aku terus berlari.

Aku menengok ke belakang.

Oh, tidak. Tidak, tidak, tidak.

Kepulan asap itu menghujam tubuh sang sopir, menusuknya berulang kali. Sang sopir berteriak.

Oh, tidak tidak tidak.

Pindah ke halaman 75

[INTERACTIVE FICTION] Reign of CthulhuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang