Selamat membaca cerita Aishila:)
Petra memberikan semua hasil tugas-tugas itu di meja Pak Supri yang berpelitur cokelat tua dengan beberapa penghargaan di atas mejanya. Diikuti Alan yang berada di belakangnya. Seketika mereka mendapat pandangan guru, karena Alan yang notabene selalu menganggap ruang guru adalah ruangan laknat malah mendatanginya."Apa yang membuat Alan kita tercinta ini datang kemari?" Pak Rudy, dengan rompi berwarna hijau kesukaannya menyeringai begitu melihat wajah Alan.
Alan mencebikkan mulutnya kesal. "Saya sudah taubat, Pak. Lagipula saya datang kemari nggak ada urusannya sama Bapak."
Pak Rudy yang ingin beranjak menjadi urung. "Okay, do what do you want. And then go away."
Petra lekas pergi ketika menyadari aura tak bersahabat antara Alan dan Pak Rudy. Dia lalu menarik seragam Alan agar menjauh dari ruang guru. Sesampainya di halaman sekolah, Petra ingin bertanya apakah Keiza pernah menyinggung masalah dirinya atau belum, tapi suasana memang tidak meyakinkan.
"Mau ngomong, ngomong aja kali. Nggak usah ditahan, lo nggak punya bakat nahan omongan, lihat ke kaca coba, wajah lo aneh banget." Alan tersenyum jahil, lalu mengajak Petra ketempat dinding yang ditempeli kaca.
Petra menguk salivanya kasar. Wajahnya memang bisa dibilang aneh sekali. Dia lalu menatap Alan, sejurus kemudian wajah anggunnya kembali lagi.
"Ah, masalah Keiza." Petra memulainya dengan intonasi seringan mungkin.
Cowok yang sedang menggulung lengan kemejanya itu sontak menoleh. "Kenapa?"
"Dia sepupu gue."
"Oh, terus kenapa?" Alan mengangguk sejenak, membuat Petra menjadi bingung. Dia merasa aneh kepada Alan yang tidak kaget ketika mengetahui bahwa dia adalah saudara sepupu Keiza, alias anak yang bermuka di mana-mana.
"Nggak kaget?"
"Ya kaget, sih."
"Kok nggak ngejauhin gue?" Petra mengangkat sebelah alisnya, merasa tidak paham dengan sudut pikiran Alan. "Biasanya anak-anak lain kalau tahu langsung ngejauh tuh, kecuali kalau emang sekelas sama Keiza, udah bukan rahasia lagi."
"Gue nggak peduli, sih. Secara kan Keiza statusnya pacar gue. Masa gue harus ngejauh apa yang jadi saudaranya hanya karena omongan orang yang nggak baik. Bukannya kalau gitu kesannya malah gue ngejelek-jelekin Keiza sendiri, ya?" Alan tersenyum lalu menepuk bahu Petra. "Gue tahu lo mau nutupin kejelekannya Keiza di depan gue, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menantang Matahari
Teen FictionSial! Kenapa yang namanya persahabatan lawan jenis itu pasti berujung pada hal laknat bernama jatuh cinta? Apakah matahari mampu ditantang? Tenanglah, ini hanyalah filosofi penggambaran yang mungkin ada diantara kehidupan kalian, yakni menyangkut ma...