Ashley Tisdale -Me Without You
Vote ☺
AISHILA membanting ponselnya setelah tiba di kamar. Banyak pertanyaan tak terjawab berkecamuk di pikirannya. Dia lalu melihat beberapa foto polaroid yang menempel rapi di dinding kamar beserta tumblr lamp warna.
Alan tersenyum dan itu begitu membuat Aishila ingin memeluk semua kenangannya. Apa dia mulai mencinta? Mendadak butiran embun memenuhi pelupuk matanya. Aishila tertegun sejenak, dia memang mencintai Alan.
"Tapi kenapa gua se bego ini cinta sama dia?" Aishila memeluk bantalnya. Dengan gemetar dia kembali mengamati foto itu. Sekali lagi.
Mendadak pintu kamarnya terketuk, membuat Aishila bergeming. "Jangan ada yang masuk ! Aish mau tidur dulu!" teriaknya sambil menahan suara tangis.
There's no me without you.
Aishila tersentak. Begitu bodoh dia karena cemburu dengan mengatakan pada Alan untuk tidak menghubunginya. Bukankah, selama ini Alan adalah sahabat terbaiknya? Seharusnya Aishila bersyukur karena Alan sudah mau berinteraksi dengan perempuan lain. Dia begitu agresif, sungguh cemburu memang bisa mengalahkan logika.
"Tapi gue cinta sama lo, Lan." Aishila menyandarkan punggungnya pada dinding kamar. Lantas melepas kacamata minus itu sebelum basah karena air mata.
"Shil, ini gue." sebuah suara terdengar. Aishila kembali tersentak lalu berlari melihat ke bawah lewat jendela kamarnya.
Lihatlah, Alan tampak basah kuyup berdiri di bawah hujan dengan tampang acak-acakan. Aishila segera mengambil kacamatanya kembali, saat melihat detik pertama, air mata mulai menetes."Ngapain lo dibawah?!" teriak Aishila keras.
Alan mendongak, menatap perempuan dengan mata sembab yang tertutup kacamata itu. "Gue pingin ketemu lo."
"Tapi gue lagi gak mau ketemu siapa-siapa, Lan. Udah mending lo pulang aja." Aishila mengalihkan pandangannya ke arah lain, lalu pergi masuk ke dalam kamar.
Alan tak bergerak begitu Aishila meninggalkannya. Dalam hatinya ada rasa yang mendadak tergerak. Wajah Aishila mengiang lembut dalam pikirannya.
Setelah menunggu hingga hujan reda, Alan tak kunjung mau pulang. Sampai-sampai Ibu menelpon Tante Diany agar menjemput Alan. Pertama, Alan masih bersiteguh kalau dia akan menunggu Aishila keluar, tapi tubuhnya tidak cukup kuat untuk mendukung Alan hingga ia akhirnya tersungkur.
***
Paginya, Aishila masuk sekolah dengan murung. Kacamata yang selalu bertengger di anatara kedua matanya juga dilepas, tak ketinggalan Aishila menggerai rambutnya. Pemandangan itu sontak membuat Riyan, Oni, dan Nadia menjadi bingung.
"Eh, Shil. Lo nggak apa-apa?" Oni memutuskan untuk mendekati Aishila begitu dia tiba di gerbang.
Aishila tidak merespon, dia tetap berjalan. Hal itu membuat Oni menjadi gerang dan memilih untuk menarik Aishila.
"Kalo lo ada masalah, cerita dong! Jangan bisu kek--" kata-kata Oni terhenti karena melihat kedua mata Aishila yang membengkak.
Nadia dan Riyan ikut terkejut. "Lo kenapa, Shil?" sontak mereka bertanya bersamaan.
Aishila terdiam sejenak, namun air matanya tak kuat lagi untuk dibendung. Maka, sirnalah pertahanan itu. Membuat bulir-bulir air mata berjatuhan. Seperti semalam.
"Gu guu gue ngga kukk aat lagii ! " Aishila berteriak parau. Membuat orang-orang yang mau masuk ke sekolah menjadi mengalihkan pandangannya pada Aishila. Melihat itu, Riyan melotot, jadi mereka kembali berjalan lagi.
Maka, Aishila dengan sepenuh hati menceritakan semuanya pada mereka bertiga.
"Ya ampun, Shil. Lo cuman cemburu. Masa, sampe segitunya marah sama Alan." Nadia ikut prihatin sambil mengelus punggung Aishila.
Riyan yang tengah mendengarkan, tertawa keras. "Ternyata lo bego juga kalo masalah cemburu."
"Dasar kutu item, jangan banyak bacot lo ! Temennya sedih malah kegirangan kayak setan aja." Oni melotot lantas menjewer telinga kiri Riyan.
Aishila tertunduk, matanya benar-benar perih. "Gue nggak tau kalo rasa ini juga bisa berubah ke Alan. Selama ini, sejak gue TK, gue nggak pernah ngerasain hal itu ke Alan. Dan kita juga cuman temen biasa."
"Gue tau Shil," jawab Nadia sambil memeluk Aishila. "Semua rasa yang lo anggep biasa, bisa berubah karena waktu. Cukup elo tunggu semua itu terjadi, maka lo akan sadar, kalo perasaan itu nggak gampang dilukiskan pake kata-kata. Seperti yang biasa lo lakuin."
"Tapi gue nggak nyangka aja bisa berubah sedrastis ini." Aishila tersenyum getir.
"Sakit emang kalo kita baru ngerasain jatuh cinta buat pertama kali. Nggak bakal ada yang gampang lo lakuin jika itu terjadi." Celetuk Riyan tiba-tiba yang membuat mereka menoleh.
Nadia sontak tertawa. "Eh kutu item. Quote dari mana itu?" Membuat Riyan melotot.
"Udah deh, yang penting elo harus kuat. Ga usah pikirin yang lain lagi. Mending, kalo lo susah sama Alan, sama gue aja, Shil. Gue siap lahir batin kok." Riyan tersenyum. Wajahnya benar-benar bercahaya.
"Emang Aishila mo nikah apa? Sampe lo siap lahir batin. Dasar goblok!" Nadia menendang kaki Riyan.
"Cemburu bilang aja, Nad!" seru Riyan yang langsung berlari. Membuat Nadia merona, tapi ikut mengejar juga.
Oni dan Aishila tertawa melihat kelakuan mereka berdua. Namun, Oni segera kembali ke wajah seriusnya lagi.
"Nggak usah tatap gue gitu. Kayak psikopat lo." Aishila menjabak pelan rambut Oni.
"Udah bercandanya. Sekarang gue mau tanya sesuatu sama lo," kata Oni yang membuat Aishila mengerutkan alisnya. "Berarti karena insiden lo 'cemburu bego' itu lo udah nggak chat sama Alan ?"
Aishila melotot. "Cemburu bego apaan sih? Ah iya bodo amat."
"Berarti lo juga nggak jadi tahu tentang Alan yang absen seminggu sekarang?" Oni mengangkat sebelah alisnya.
Aishila mengangguk, namun segera tersadar. "Kenapa lo bisa tahu ? Perasaan Alan ato gue nggak pernah bilang bila lo."
"Ehh, anuu," Oni menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lo nggak boleh tahu, Shil. Ini udah jadi keputusan antara gue, Paul dan juga Alan. Lo nggak boleh tahu. Oni mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Aishila menarik tangan Oni. "Lo tau dari mana?"
" Dari....." jawab Oni sambil berpikir.
______________________________________
Hai semua☺ finally aku bisa lanjutin cerita ini juga. Besok lebaran ya? Yaudah yang lagi gabut bersihin rumah, sambil baca ini aja wkwkwk.
Happy eid mubarok buat semua ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Menantang Matahari
Fiksi RemajaSial! Kenapa yang namanya persahabatan lawan jenis itu pasti berujung pada hal laknat bernama jatuh cinta? Apakah matahari mampu ditantang? Tenanglah, ini hanyalah filosofi penggambaran yang mungkin ada diantara kehidupan kalian, yakni menyangkut ma...