Jungkook sampai di rumah kurang lebih pukul dua belas malam dalam keadaan sungguh lelah. Dia rasa pikiran maupun badannya sudah berteriak minta diistirahatkan.
Namun keadaan rumah yang sepi dan gelap menghasilkan Jungkook yang kebingungan, Jimin tidak pergi tanpa izinnya lagi kan? Tapi itu tidak mungkin mengingat waktu yang sudah selarut ini.
Seketika perasaan panik menguar di sekitarnya. Dia melongok ke dalam kamar mereka, nihil. Tidak ada siapapun. Semua sudah Jungkook periksa, kecuali kamar tamu yang tak pernah terpakai.
"Sayang? Jimin? Kamu dimana?"teriakan kalang kabut itu menggema di seluruh sudut rumah hingga Jimin terbangun dari tidurnya dengan kepala yang terasa berat akibat menangis terlalu lama.
Walaupun langkahnya terkesan tertatih-tatih, belum lagi tangan mungil menempel di kepalanya, Jimin memutuskan untuk keluar dari kamar tamu. Menatap datar Jungkook yang sudah terlihat kacau balau.
Pria yang lebih tinggi darinya itu, berlari ke arah Jimin namun belum sempat merengkuhnya, Jimin buru-buru meletakkan tangannya yang lain di udara, menahan Jungkook yang berniat memeluk tubuh kecilnya.
"Tolong..jangan, hiks.." isakan tak tertahankan seketika memenuhi rumah.
Degh.
Jungkook menatap tak percaya pada si mungil yang mulai berjongkok dan menangis sesegukan. Dia berusaha bertanya dengan hati-hati,
"Sayang, kamu kenapa?"
Namun tak ada jawaban, Jimin tampak tak punya niat untuk menjawabnya. Jadi Jungkook kembali mengulurkan tangannya guna merengkuh Jimin.
"Aku bilang jangan?!" Lagi-lagi ditolak, Jimin menepis kuat tangan besar itu, membuat Jungkook semakin bingung.
"Jimin..ada apa?" Jungkook yang mulai frustasi, berusaha sabar menghadapi Jimin. Dia bingung, Jungkook tidak tau apa yang terjadi hingga Jimin bertingkah begitu berbeda dari biasanya.
"Hiks..aku ingin tidur sendiri, tolong.."
Tatapan sendu itu menghancurkan hati Jungkook, sebab dia tak punya setitik pun petunjuk tentang semua ini. Tentang masalah yang mengacak-acak pola pikir Jimin hingga seperti ini.
"Apa karenaku?.."lirihnya ikut berjongkok, Jimin menenggelamkan kembali kepalanya pada tumpukan lengan, tak sanggup menatap sang suami.
Hatinya tercabik-cabik menyadari Jungkook benar-benar memberikan jasnya untuk wanita itu. Dia tak melihat adanya jas yang membalut tubuh Jungkook maupun yang tersampir di bahunya.
Jimin menggeleng kuat lalu bangkit tanpa harus mempedulikan Jungkook yang kebingungan dan sungguh lelah, namun sangat disayangkan. Bahkan kini Jimin tak mengizinkannya untuk sekedar bermanja.
Kamar tamu kembali menjadi pilihan Jimin untuk dimasuki. Ini pertama kalinya mereka tidur terpisah dan Jungkook menyesali apapun yang membuat hal ini terjadi. Kenapa Jimin terlihat begitu kacau?
Jungkook terduduk di balik pintu itu, mendengarkan isakan tak henti-henti. Yang menjadi pertanyaan untuknya adalah, siapa yang berani membuat Jimin seperti ini? Apakah dirinya?--
"Hah..Jiminnie, please don't cry."lirihnya tak mendapat jawaban. Suara tangisan itu semakin mengecil tapi tak kunjung berhenti.
Jimin sibuk meredam suara isakannya, namun usahanya terbukti sia-sia karena Jungkook masih dapat mendengarkan dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married To You [Kookmin] Ⓡⓔⓥⓘⓢⓔⓓ
FanfictionJust Some Kookmin Story written in Bahasa. ------ Warning (bxb) Rated : T - M -Kookmin- Kisah sehari-hari keluarga kecil Jeon dengan bumbu-bumbu penyedap tak sehat tapi nikmat. fluff!Kookmin Started on : June 2018 Ended on : May 2019