Dengan ragu-ragu, Jimin menarik pintu balkon untuk dia buka. Punggung tegap Jungkook lah yang pertama kali menyapanya. Dia melangkah perlahan-lahan, berusaha tak membuat keributan.
Brugh.
"Kookie.."
Jungkook diam tak bergeming, masih memunggungi si mungil, jujur saja dia enggan berbalik karena masih jengkel. Meski begitu, Jungkook tak dapat menyangkal kenyataan kalau jantungnya dibuat berdentum kuat, memberontak. Tentu saja dia ingin sekali membalas pelukan Jimin.
Namun untuk situasi ini, pada kondisi ini, di detik ini juga sepertinya nada menggoda Jimin bahkan tak mempan, biasanya Jungkook gampang luluh namun kali ini berbeda. Dia ingin Jimin belajar dari kesalahannya.
"Jangan marah ya,"katanya lagi. Jungkook mendesah keras, akhirnya dia membalikkan badan. Jimin mundur beberapa langkah.
Pemandangan di depannya membuat Jungkook terkejut setengah mati. Jimin yang tenggelam karena mengenakan kemeja kebesarannya.
Kemeja tipis yang menerawang tubuh rampingnya, tak ada balutan selain celana pendek yang tak sampai menutupi seperempat paha putihnya. Jimin sungguh berniat menggodaku? Jungkook membatin.
Belum lagi surainya masih basah, bibir tebalnya merah merekah seakan sengaja mengundang Jungkook untuk menyicipinya. Angin malam tak ingin ketinggalan membuat kain tipis yang Jimin kenakan melambai-lambai, pria mungil itu nyaris seperti malaikat.
"Mianhe, eoh? "Bibir bawahnya dia gigit pelan, langsung membuat tubuh bagian bawah Jungkook bereaksi. Tak ingin mimisan, cepat-cepat hidungnya dikepit.
"Kookie-ah.."
Glek.
Dengan susah payah, Jungkook berusaha tenang. Menelan saliva ketika Jimin memilih untuk kembali mendekat, mengambil langkah maju. Tenggorokannya tiba-tiba kering untuk alasan yang sangat Jungkook mengerti.
"K-kamu mau ngapain hah?"katanya gugup, namun berhasil membuat Jimin berhenti di tempat. Dia menunduk, memainkan ujung kemejanya asal.
Satu detik berikutnya, tanpa diduga suara isakan menyambangi kedua telinga Jungkook. Seketika matanya melebar mengamati Jimin yang mengusap wajahnya bergantian menggunakan telapak tangannya.
"Jimin," kali ini Jungkook yang mendekat, merasa sedikit banyaknya bersalah karena membuat Jimin menangis begini.
Dagu si mungil diangkat dengan lembut, membawa wajahnya ke atas. Jungkook mengusap tak kalah lembut air mata yang sudah membanjiri pipi merah merona.
"Kalau aku ngomong itu didengerin, ngerti?"katanya tanpa amarah disana. Siapa yang akhirnya tidak akan luluh jika berhadapan dengan peri mungil ini? Jungkook tidak berdaya.
Kepala Jimin bergerak ke atas dan ke bawah. Bibirnya masih digigit kuat, membuat Jungkook meringis kecil. Menyentuh hati-hati objek yang menjadi candu baginya seperti menggenggam sebutir permata.
"Shh udah jangan digigit bibirnya, kasihan."
"..gigit bibir aku aja,"
Jimin terpaku, matanya mengedip lambat, memperhatikan raut wajah sang suami. Tak berapa lama dia terkekeh pelan, begitupun Jungkook yang mengusak surainya.
Dia berjinjit, mengalungkan lengan pada bahu lebar si bongsor. Bibirnya mendekat pada milik Jungkook, membuat Jungkook harus tertegun beberapa kali.
Jungkook spontan menutup mata ketika Jimin tak lagi berjarak. Namun dia mengernyit pelan, tidak ada rasa kenyal disana, matanya terbuka lagi.
Ternyata yang menempel memang bukan bibir, tapi lidah hangatnya. Jungkook tentu saja terpancing ketika lidah itu menyapa bibirnya. Mengusapnya dengan gerakan tak beraturan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married To You [Kookmin] Ⓡⓔⓥⓘⓢⓔⓓ
FanfictionJust Some Kookmin Story written in Bahasa. ------ Warning (bxb) Rated : T - M -Kookmin- Kisah sehari-hari keluarga kecil Jeon dengan bumbu-bumbu penyedap tak sehat tapi nikmat. fluff!Kookmin Started on : June 2018 Ended on : May 2019