Matahari menyapa dengan lembut wajah dua pria dengan bobot berbeda. Jungkook dan Jimin masih terlelap sambil memeluk satu sama lain. Sementara selimut yang awalnya membungkus tubuh mereka sudah tergeletak tak berdaya di atas lantai.
Jam dinding hampir menunjuk angka sembilan lewat seperempat. Jimin mulai menggeliat, sementara Jungkook tak terusik sedikitpun.
Hamparan awan putih memenuhi bingkai langit biru. Jimin mengucek mata demi memperjelas pandangan, lengan kekar Jungkook sudah terhempas ke tempat lain.
"Nghh, udah pagi ya?"katanya entah pada siapa, sebelum bangkit Jimin memutuskan untuk mengecup ringan bibir Jungkook.
Senyumnya secerah matahari pagi ini, semangatnya menggebu. Jimin membuka pintu berlapis kaca yang membatasi kamar dan balkon disana.
Semilir angin yang masuk membuat Jungkook tanpa sadar merapatkan selimutnya dan kembali terlelap dengan nyaman. Jimin yang menyaksikan adegan itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Hmm, masak apa ya?"
Setelah kalimat itu terlontar, Jimin memukul keningnya pelan. Dia sedang liburan dan tidak seharusnya berpikir untuk memasak disini tanpa bahan-bahan.
Dengan begitu, Jimin memesan sarapan untuk diantar ke kamar mereka. Selama dia mandi, Jungkook belum juga terbangun.
Bahkan ketika keluar dari kamar mandi, keadaan masih sama. Wajah polos Jungkook yang sedang terlelap sukses mengundang Jimin untuk mendekat, menyentuh surainya hingga Jungkook mulai terusik.
"Jiiii, aku capek hnn.."keluhnya, membalikkan badan, berguling-guling mencari posisi baru kemudian kembali terlelap membuat Jimin harus urut dada.
Yasudahlah, dia tidak ingin mengganggu Jungkook untuk saat ini. Makanan pesan antar sudah datang, Jimin membuka pintu dan menerimanya dengan senyum ramah menghasilkan sang pengantar yang terpana untuk beberapa detik.
Untung saja Jungkook masih terlelap dengan nyaman di kasur, jika tidak, dapat dipastikan pengantar tersebut akan kena tatapan maut tak mengenakkan--yang kini berputar-putar dalam pikiran Jimin.
Jimin bersenandung senang akibat wangi yang mengundang itu seraya menata berbagai jenis makanan di atas meja, satu menit kemudian sepasang tangan melingkar di pinggang rampingnya.
"Morning, sayang." Kepalanya otomatis berbalik untuk melihat wajah seseorang yang sudah dia duga dari awal.
Siapa lagi kalau bukan Jungkook.
"Morning apanya? Kamu kesiangan, Kookie."ujarnya sembari menepuk-nepuk tangan Jungkook yang masih merekat.
"Mandi dulu, aku tunggu. Lima belas menit nggak siap, aku bakal habisin semuanya sendiri."
"Ck, aku males mandi. Makan dulu ya?" Nada memelas yang jarang mempan bila dia lontarkan pada Jimin, sudah pasti.
"Nggak! Mandi dulu Kookie ih,"
Nah, kan.
"Iya, iya tapi sun-nya mana?" Jimin tersenyum, mau tak mau memberi Jungkook kecupan ringan.
Dia pikir kapan lagi bisa membahagiakan Jungkook meskipun hanya dengan hal-hal kecil seperti ini. Jimin mendapati sudut bibir laki-laki itu perlahan mulai naik.
Akhirnya Jungkook melangkah dengan senyuman lebar serta dentuman langkah kaki yang terlampau kuat-- sepertinya dia dilanda rasa senang berlebihan.
Dalam kurun waktu dua puluh menit, Jungkook keluar juga dengan penampilan santai, menggunakan kaos oblong dan celana bahan selutut namun tetap menawan. Aku memang tampan sejak lahir, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married To You [Kookmin] Ⓡⓔⓥⓘⓢⓔⓓ
FanfictionJust Some Kookmin Story written in Bahasa. ------ Warning (bxb) Rated : T - M -Kookmin- Kisah sehari-hari keluarga kecil Jeon dengan bumbu-bumbu penyedap tak sehat tapi nikmat. fluff!Kookmin Started on : June 2018 Ended on : May 2019