"Pulanglah, kumohon."

11.6K 1.3K 181
                                    

Dalam kurun waktu satu jam, Jungkook datang untuk menjemput namun Jimin keukeh mempertahankan pendiriannya.

Dia ingin sendiri, ingin memiliki ruang hanya untuk dirinya saat ini. Biarkan dia memikirkan perkara itu nanti. Jimin ingin tersenyum sebentar saja, melupakan siksaan bertubi-tubi yang terpaksa dia terima.

Kesepian, sendirian, bosan, Jungkook dengan wanita lain, peduli dengan wanita lain. Jimin ingin melupakannya sejenak. Apa itu permintaan yang terlalu sulit?

"Jimin? Buka pintunya, Jungkook menjemputmu.." Jimin diam tak bergeming, sibuk meremat jemarinya gelisah di atas kasur yang dulunya tak pernah absen dia tempati.

"Nggak boleh durhaka loh?"ujar sang Bunda mengingatkan Jimin akan statusnya terhadap Jungkook. Mereka bukan sepasang kekasih lagi, namun baik Jimin maupun Jungkook masih memiliki ego yang sama-sama tinggi dan tak terkendali.

"Suruh pulang aja Bun, Jimin nginep disini." Baekhyun menggeleng tak percaya sembari menatap pintu kamar yang tak kunjung terbuka, Jimin hanya mengurung diri seusai makan malam.

"Dosa nak, kasian Jungkook kalau kamu kaya gini."

"Bunda, tapi Jimin butuh waktu.."

"Nggak baik kalau nggak ada komunikasi. Setidaknya kamu ngomong dulu."

Cklek.

Akhirnya raut gelisah muncul dari balik pintu. Jimin menunduk, wajah yang terang-terangan mendeklarasikan bahwa perasaan empunya belum siap untuk menemui atau pun ditemui oleh Jungkook.

"Gimana kalau Jimin kirim pesan aja?"

"Ck, Jimin. Jungkook di bawah. Apapun yang terjadi, kalian udah nikah, bukan pacaran lagi. Tolong bicarakan dengan baik, ya?" setelah itu si mungil mendesah pasrah, mengekori Baekhyun turun dari lantai dua menuju ruang tamu.

Tak ada yang salah dengan perkataan Bundanya, Jimin memang harus belajar dari kesalahan-kesalahannya yang lalu. Tapi sakit hati bukan hal yang Jimin harapkan akan terus terjadi. Dia tidak siap menerima kenyataannya. Dia sungguh-sungguh ingin kabur saja daripada lebih dalam mengorek luka.

"Nak Jungkook.." yang dipanggil dengan sigap berdiri dan membungkuk hormat, lalu dia terkesima sejenak karena Jimin ada disana, persis di belakang Bundanya. Seperti saat dia datang untuk melamar Jimin, tapi kali ini atmosfernya jauh berbeda. Tidak ada kesenangan di ruangan itu. Yang ada hanya hawa mencekam.

"Bunda tinggal dulu ya.." Baekhyun tersenyum menenangkan, Jungkook ikut membentuk kurva pada sudut bibirnya. Merasa banyak berhutang pada Bunda.

Jimin yang tadinya bersembunyi, kini hanya dapat menatapi lantai gugup dan Jungkook yang kian mendekat padanya tak membantu sedikit pun.

"Jimin,"

"Kenapa kamu kesini? Aku bilangkan-."

"Ayo pulang.."lirihnya menyentuh lembut bahu Jimin yang segera ditepis kuat oleh pria bersurai cokelat itu.

"Hhh, biarin aku nginep disini."

"Sayang.."

"Aku pengen lepas rindu sama Ayah, sama Bunda. Kamu itu nggak ngerti apa gimana? Aku bosen di rumah besar kamu Jungkook. Itu bukan rumahku. Aku cuma orang luar. Jadi terserah kamu mau kerja sampai jam berapa juga aku nggak peduli?!"

Grebh.

"Please Jim, jangan ngomong sembarangan kaya gitu.."

"Emangnya salah ya aku minta waktu kamu sedikit? Kalo udah bosen, bilang Kook!"

Jungkook terhenyak menyaksikan kelemahan Jimin. Ketakutan yang masih berkeliaran dalam relung dadanya sehingga memikirkan hal-hal semacam itu. Jimin selalu beranggapan bodoh jika dia tidak ada, itu lah yang Jungkook takutkan.

Married To You [Kookmin] ⓇⓔⓥⓘⓢⓔⓓTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang