"Udah, jangan dibahas lagi ya?"

15.1K 1.4K 130
                                    

"Sayang..jangan gini" Kini nada Jungkook melembut, dia tidak suka Jimin seperti ini, dia tidak akan membiarkan Jimin keluar dari rumah lagi. Sudah cukup bagi Jungkook untuk uring-uringan seharian ini sebab tak melihat sang kekasih hati.

"Hiks, kamu nggak peduli kan aku kesepian di rumah? Sendirian? Terus kamunya pergi.."

"Sayang,"

"Sekarang..aku cuma keluar karena bosan kamu tinggal setiap saat, kamu marah? Egois!"

"Nggak gitu, Jimin!"

"Kamu bahkan bentak aku tadi! Padahal aku cuma pergi sendiri ke taman terus hiks terus nolong adik kecil..hiks.."

Brugh.

"Maaf, sayang maaf. Aku nyariin kamu daritadi, aku khawatir kamu kenapa-napa."

"Nggak mau tahu, pokoknya aku pengen ke rumah Ayah! Kookie hiks jahat..hiks." tangan mungil itu terangkat menepuk-nepuk pelan dada Jungkook, melampiaskan kekesalannya di sana.

"Nggak boleh, kamu nggak boleh pergi lagi. Kamu lihat? Aku hampir gila nyariin kamu, Jimin.."

Kemudian Jungkook menahan tangan Jimin dan melingkarkannya di pinggangnya, tak lupa mengusap lembut punggung mungil yang bergetar pelan.

Sibuk mengecup lamat-lamat dahi Jimin sepenuh hati, namun Jimin enggan berhenti, dia masih terlihat betah menangis di dada Jungkook yang kepalang basah.

"Shh, tidak apa. Maaf, maaf sayang.."

Jungkook tidak akan menampik kenyataan bahwa dia juga merindukan sosok Jimin sebagai pelengkap harinya, namun tanpa sadar tumpukan pekerjaan mengharuskannya untuk sibuk sendiri, bahkan tak punya waktu untuk merawat diri dan disana lah Jimin berperan penting.

"Ini juga sulit untukku.."

Pria mungil itu tak pernah mengeluh saat melakukan tugasnya namun Jungkook buta akan semua pekerjaan dengan tujuan membahagiakan Jimin yang tak pernah memandang cintanya dari segi materi.

"Aku mencintaimu, Jimin-ah.." Jimin diam, namun dia tersenyum begitu kalimat itu dengan mudahnya meluluhkan hatinya.

"Jika aku bisa, aku ingin terus menemanimu,"lanjutnya mencoba mengetuk kembali pintu hati yang lebih kecil, menangkap atensi Jimin.

Siapa yang tak ingin membunuh waktu dengan orang terkasih? Jika Jungkook punya kekuasaan sejenis itu, tak diragukan lagi sudah pasti dia melakukan semua hal semaunya sampai dia merasa puas. Terutama untuk bersama Jimin.

"Maafin aku Ji, tapi aku masih marah ya. Kamu belum makan kan dari pagi? Tuh meja makan aja masih penuh."

"B-biarin, kamu juga nggak makan masakan aku. Percuma juga aku masak, hiks.." tangis yang tadinya sudah mereda kini kembali menyambangi telinga Jungkook, membuatnya meringis kecil.

Great. Sepertinya dia sudah membuat keputusan gegabah, salah bicara.

"Ah sayang, udah jangan gitu. Aku masakin ya? Kamu harus makan, deal?"

"Aku mau mandi aja!"

"Wah jangan dong yang, entar malah aku yang makan kamu." Seketika Jimin mengernyit tak suka. Jungkook ini paling pandai menghancurkan suasana.

"Ish! Pergi sana! Aku mandi sendiri lah. Kamu masak buat aku, dasar bad bunny!"ujarnya seraya melepas pelukan sang suami, menatap Jungkook dengan bibir mengerucut dan lelehan air mata dimana-mana. Membuat Jungkook jadi tidak tega memarahi Jimin lama-lama.

"Huhuu nggak dapat jatah, nih? Sedih aku.."ujarnya mencebik main-main seraya mengusap lembut jejak air mata di wajah si mungil.

"Jatah tidur di sofa, mau?" Bibir cemberut imut, tangan yang berkacak di pinggang, tolong beritahu Jungkook, di bagian mana dia harus merasa takut? Oh iya, jatah tidur di sofa.

Married To You [Kookmin] ⓇⓔⓥⓘⓢⓔⓓTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang