"Kalau kamu jadi aku gimana perasaanmu, Kook?"

6.9K 914 220
                                    

Kacau. Seribu kalipun Jungkook mengamati kertas itu, isinya enggan berubah. Rangkai huruf-hurufnya masih terpatri sama. Tetap menyakitkan untuknya.

Dokter Lee yang menangani Jimin, memutuskan untuk melakukan pemeriksaan ulang pada Jimin dan juga Jungkook. Kembali memastikan kedua kalinya dengan lebih teliti.

Jimin tidak tahu, Jungkook tidak akan memberitahunya pada si mungil. Dia tidak ingin istri imutnya itu merasa terbebani. Jungkook tidak akan tega.

Memang tidak dipungkiri, bahwa Jungkook begitu mengharapkan kehadiran bayi kecil sebagai pelengkap untuk keluarganya. Namun Jungkook tak sebodoh itu untuk mengorbankan Jimin.

Dia sangatlah mencintai Jimin sampai-sampai tak bisa bernapas setiap Jimin mengabaikannya dan membuat Jungkook harus merelakan waktu bermanjanya untuk dihilangkan sementara.

"Maaf, Ji." Saat ingin menangis, biasanya akan ada Jimin yang menawarkan sentuhan lembut hingga membuatnya tenang tapi sekarang Jungkook tidak mendapatkannya. Dia terpaksa menanggung rahasia itu sendirian, entah sampai kapan.

🌻

"Kookie.."

"Iya sayang, aku disini." Lengan Jimin diusap penuh perhatian, Jungkook tersenyum menenangkan. Jimin baru saja bangun dari tidurnya.

"Kita kok masih disini? Ayo pulang..hm?"katanya pelan, suaranya belum benar-benar pulih. Sudut bibir terpaksa Jungkook tarik lebih lebar, menahan sesak di hati.

"Sabar ya? nanti juga kita pulang. Masih ada yang harus diperiksa.."

"A-apa..yang--"

"Setelah ini kamu harus baik-baik aja, jangan stress lagi. Aku bersalah udah bikin kamu pusing dan terbebani, jadi jangan pikirin tentang baby dulu." Mata sipit Jimin membentuk garis lurus, bibir digigit pelan. Tidak tahu harus merespon seperti apa.

"Kookie-."

"Istirahat ya,"potongnya cepat, dia sudah tegak seraya memperingati Jimin namun pria mungil itu malah bersungut manja.

"Udahan Kook, capek baring terus."

"Yaudah. Aku mau keluar sebentar, jangan kemana-mana. Tungguin aku disini."Jungkook mengusak surai Jimin dengan gerakan lambat, lalu keluar dengan wajah tak terbaca.

Jimin terduduk, merasa ada yang tak beres. Dia menyadari sikap aneh yang Jungkook tunjukkan padanya. Gelagat gelisah itu tak akan bisa mangkir dari pikirannya. Kaki mungil yang tak dapat mencapai lantai, bergoyang ringan.

Kondisinya lebih baik daripada beberapa jam yang lalu, panasnya juga sudah reda. Jimin tidak tahu mengapa tiba-tiba tubuhnya berontak seperti ini. Bisa dibilang jarang terjadi.

Salah satu suster memasuki ruang rawat Jimin, menyapanya dengan senyuman sopan yang dibalas tak kalah ramah, lalu melontarkan pertanyaan dasar dan kembali meninggalkannya sendirian lagi.

Beberapa saat kemudian Jimin tersentak ketika Jungkook masuk. Pria bongsor itu membawa makanan, pastilah untuk Jimin. Namun sungguh, dia tidak punya sedikitpun selera untuk makan.

"Jimin, kita makan ya?"

Jimin menatap sang suami dengan raut menyesal, memberi isyarat bahwa dia belum ingin mengisi lambung. Kepala itu menggeleng, menolak tawaran si bongsor.

Married To You [Kookmin] ⓇⓔⓥⓘⓢⓔⓓTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang