Rela tak rela, Jungkook harus kembali bekerja tiga hari lagi. Sudah banyak kepentingan kantor yang dia terlantarkan. Jadi sudah diputuskan, ini hari terakhir mereka honeymoon.
"Kamu jangan terlalu mikirin oleh-oleh buat dibawa pulang. Nanti kamu capek." Jimin menoleh sebentar, namun kembali sibuk dengan satu tangan yang memilah dan memilih banyaknya jajanan.
Sementara itu, sebelah tangannya lagi digamit kuat oleh Jungkook. Biar tidak mengulang kejadian kemarin-kemarin. Mau tak mau Jimin harus terima, demi menghindari omelan Jungkook juga.
"Iya, Kook. Tetep aja ini juga penting kan? Hehe.."
"Huft, iyadeh yang.." Jungkook menyerah, Jimin itu selalu menempatkan perasaan orang lain di atas perasaannya.
Senang bila orang lain bisa senang dan sedih bila mereka juga bersedih, Jungkook hafal betul dengan sikap over simpatic milik Jimin yang kadang membuatnya harus termakan cemburu. Boleh dikatakan Jimin merupakan sosok extrovert.
Tak terhitung, sudah berapa banyak oleh-oleh yang Jungkook jinjing dengan satu otot lengannya. Dia tidak rela melepaskan anak ayam paling bandel ini.
"Ji, udahan yuk?"lirihnya. Tumitnya sudah mati rasa, Jungkook diam-diam bertanya dalam hati, bagaimana Jimin bisa seaktif ini ketika berbelanja. Berbeda lagi dengan Jungkook yang aktif ekhem--di ranjang.
Super sekali.
"Bentaran, Kook."
Sekali lagi, Jungkook mengalah. Setelah menghabiskan waktu sekitar dua jam lebih, akhirnya Jimin memilih untuk berhenti. Dahinya berkerut sedikit menatap kantong yang mereka genggam.
"Ini udah cukup, Kook?"ujarnya tak yakin. Jujur, jika cukup berani Jungkook ingin melempar sebagian dari apa yang dia genggam guna mengurangi bebannya.
"Ini lebih dari cukup, Ji."nada bicaranya begitu lelah sehingga Jimin cepat-cepat beralih untuk menatap Jungkook.
"Kookie, kita istirahat disana aja atau langsung pulang? Kamu kecapean.."tangan yang bertaut tadi, Jimin lepas sejenak. Terulur mengusap keringat sebesar biji jagung di dahi Jungkook dengan tissue.
Padahal Jimin yang berbelanja dan memilih oleh-olehnya, Jungkook tinggal mengikuti saja tapi keringatnya lebih banyak daripada Jimin sendiri.
Kepala Jungkook mendongak ke kanan, memberikan isyarat bahwa lehernya juga basah oleh keringat. Jimin dengan telaten mengusapnya, aksi mereka sedikit banyaknya membuat orang yang berlalu lalang merasa iri.
"Pulang aja deh.."mata sayu, Jungkook berucap pelan sekali seusai menghembuskan napas lelah.
"Yaudah, ayo."
🌻
"Makasih udah jadi suami paling pengertian, Jungkookie.." surai si bongsor dibelai-belai sayang. Pria itu telah jatuh ke alam mimpi, terlalu lelah. Jimin tak henti-hentinya mengulas senyum.
Dia juga merasa akan merugi bila berkedip, ingin terus-terusan mengamati makhluk ciptaan tuhan yang ditakdirkan untuknya.
"Aku berdoa, semoga secepatnya kita bisa jadi orangtua yang hebat ya."
Cuph.
Posisi kepala Jungkook yang ada di pahanya, membuat Jimin tak leluasa untuk bergerak, jadi dia hanya mengecup singkat rambut Jungkook yang menguar aroma kesukaannya. Lembut sekali, menggelitik hati.
"Ji sayang Kookie,"
🌻
"Ji? Jimin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married To You [Kookmin] Ⓡⓔⓥⓘⓢⓔⓓ
FanficJust Some Kookmin Story written in Bahasa. ------ Warning (bxb) Rated : T - M -Kookmin- Kisah sehari-hari keluarga kecil Jeon dengan bumbu-bumbu penyedap tak sehat tapi nikmat. fluff!Kookmin Started on : June 2018 Ended on : May 2019