"Ini udah jam makan siang, Ji."

6.8K 909 98
                                    

Hari ini setelah selesai mandi bersama, Jungkook dan Jimin memutuskan--atas permintaan khusus dari Jimin untuk cuddle saja di atas kasur. Lagipula pergelangan kakinya masih sedikit sakit untuk dia bawa berjalan.

Tak terasa sudah lima hari mereka berada disini. Jungkook asyik mengelus dan mengusap lengan Jimin, pria mungil itu membelakanginya. Menyalurkan perasaan tenang dan aman.

Ternyata mereka tidak perlu berlibur jauh-jauh, karena sebenarnya yang paling penting itu adalah komunikasi dan waktu untuk satu sama lain. Itulah yang dapat Jungkook tangkap dari segala permasalahan ini.

"Kook, keripiknya jangan dihabisin aih!" Jimin merengut sebal, sedikit bergeser karena merajuk. Snack-nya ludes karena Jungkook tak mau berhenti mengunyah.

Mereka sedang menikmati film romansa komedi. Jungkook hapal betul hal-hal semacam ini merupakan selera Jimin sekali. Toh, dia juga menikmati karena dengan begitu dia bisa dengan mudah mendengar tawa renyah si mungil.

Bibir berisinya akan melengkung dan terbuka untuk menampilkan deretan gigi tak rata yang tetap menawan. Bulan sabit akan timbul di matanya dan yang tak kalah imut, Jimin akan melemparkan badannya pada Jungkook setiap kali tertawa. Kebiasaan yang paling Jungkook sukai.

Jadi, tentu saja Jungkook menikmatinya.

"Pelit amat yang, kan bisa beli lagi. Sampai pabriknya juga aku sanggup," Jimin memutar bola matanya malas, sifat angkuh Jungkook mulai bertebaran dan membuatnya sesak nafas.

"Jimin, kamu kok makin kurus kerempeng gini? Kamu kemanain istri semokku?"

Plak.

Pantat Jimin jadi sasaran.

Dia menatap Jungkook tajam, namun seperti biasa. Tak cukup untuk membuat pria itu ketakutan dan beranjak. Dengan kata lain, reaksinya tidak mempan.

"Salah sendiri bikin istri nangis terus, aku jadi nggak napsu makan."

Keterdiaman Jungkook membuat Jimin agak menyesal membeberkan alasannya. Namun dia tak sepenuhnya salah, karena menangis terus-terusan, Jimin jadi sering lupa untuk makan.

Apalagi akhir-akhir ini mereka sering bertengkar, meskipun itu untuk hal kecil. Jungkook juga menyadarinya.

Si bongsor bangkit dan meraih hoodie dengan warna yang sama seperti biasanya, hitam. Dan juga biasanya Jimin akan melengkapi dengan warna putih. Atau bisa jadi sebaliknya.

"Kamu mau ke--"

"Keluar sebentar,"

Jimin berusaha duduk, meneriaki nama Jungkook namun pria itu sudah meninggalkannya tanpa kecupan seperti biasa. Jimin mendesah kecil.

Berdoa dalam hati, semoga Jungkook tidak marah ataupun merajuk padanya. Dia sudah cukup lelah dengan semua hal itu.

Jadi, sambil menunggu Jungkook untuk pulang, Jimin hanya berbaring dan kembali menikmati tontonannya meskipun tak sefokus pertama kali.

Jungkook tidak ada disampingnya, rasanya aneh. Ada yang hilang. Tidak hangat lagi. Rasanya ada yang kurang. Tidak senyaman pertama kali.

🌻

"Jimin-ah, aku pulang." Kantuk yang barusan menyergapnya, lenyap sudah. Jimin langsung terduduk dan menatapi Jungkook dengan raut heran.

Pria itu menghabiskan waktu dua puluh menit untuk menjinjing kantung plastik yang harumnya merebak di satu ruangan, menggoda untuk dicicipi. Sudah jelas makanan.

Married To You [Kookmin] ⓇⓔⓥⓘⓢⓔⓓTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang