Anggap saja Jimin terpaksa datang, tapi bukan keahliannya untuk membohongi diri dengan setitik rasa sedih yang mencuat dan kian menyebar kala melihat Jungkook sakit, terlebih lagi bila itu karenanya.
Pria bongsor itu tak bergerak sekali pun ketika Jimin masuk membawa nampan yang diisi dengan segelas air putih dan bubur di dalam mangkok berwarna pastel itu. Jungkook hanya bungkam seraya menatapi Jimin ketika nampan itu disodorkan ke arahnya dengan perlahan.
Jika Jimin bisa merajuk, kenapa dia tidak?
"Terserah kamu mau makan atau nggak, yang jelas buburnya aku taruh disini.."
'Kok nggak dibujuk sih? ' Batin Jungkook berteriak kesal. Dia ingin dibujuk lalu dengan begitu bisa melancarkan imajinasinya untuk bermanja-manja tapi sayangnya semua tak sesuai rencana.
Jungkook berusaha duduk, menatap Jimin seolah memberi tanda bahwa dia ingin makan saat itu juga. Memperhatikan Jungkook bergerak kesusahan, Jimin terpaksa membantu dan memberikan mangkok berisi bubur tersebut padanya.
Lagi, dengan susah payah Jungkook mengangkat sendok dari dalam mangkok, tangannya bergetar tak mau diam membuat Jimin geram. Akhirnya ditariknya paksa sendok tersebut dari tangan Jungkook dan mulai menyuapinya.
Sang suami tersenyum senang, Jimin tak ingin melihatnya kesusahan, artinya dia masih banyak peduli pada keadaan Jungkook.
"Sa-."
"Jangan bicara, kamu lagi makan!"jawab Jimin cepat seraya memenuhi mulut Jungkook dengan bubur, tak memberikan sang dominan kesempatan berbicara.
Akhirnya Jungkook mengalah, membiarkan Jimin menghetikan usahanya. Toh, tak ada gunanya jika dia membela diri saat ini, karena bagaimanapun Jimin belum siap untuk mendengarkannya.
Mangkok sudah kosong, menit-menit berikutnya suasana berubah hening, Jungkook kembali bungkam. Begitupun Jimin yang tak bisa menolong situasi ini.
"Jim, tambah.."katanya tiba-tiba menghasilkan Jimin yang mengernyit keheranan karena dia tahu betul porsi makan Jungkook seperti apa.
Bukannya Jungkook masih lapar, hanya saja dia masih ingin merasakan kasih sayang Jimin lagi, dia begitu merindukan perlakuan si mungil sebagai seseorang yang riang dan hangat, sebagai orang yang menyayanginya.
"Kamu masih lapar?" Jungkook mengangguk ragu.
"Tadi itu udah banyak tahu, entar kembung. Tidur aja biar aku kompresin."ujar Jimin panjang lebar tanpa melihat ke arah Jungkook, mangkoknya dia bawa kembali ke dapur. Sang suami diam-diam tersenyum lagi.
Karena Jimin yang meminta, maka Jungkook segera menurutinya. Dia bersyukur, Jiminnya masih perduli. Tapi Jungkook tak bisa tidur, lima menit berlalu, Jungkook masih menunggu dan pria mungil itu akhirnya datang.
"Kenapa belum tidur?" Nada penuh penekanan dengan wajah yang sarat akan rasa tidak suka terpampang jelas, Jungkook menatap sendu sementara Jimin mendesah berat.
Ini termasuk cobaan untuknya, Jimin masih marah tapi Jimin harus tetap menjalankan tanggung jawabnya.
Saat berada di dapur tiba-tiba dia memikirkan hal itu lagi dan Jimin merasa sedih lagi. Siapa yang tahu, mungkin saja ini yang terakhir kalinya dia merawat Jungkook. Dalam hati Jimin memberontak tak terima, dia tidak menyukai ide itu.
"Kookie mau cuddle..? "ujar Jungkook hati-hati, memperhatikan ekspresi Jimin yang terpekur.
Jimin mengusap tengkuknya bingung harus bagaimana namun akhirnya menurut juga, Jimin pikir demi mempercepat tugasnya sepertinya tidak masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married To You [Kookmin] Ⓡⓔⓥⓘⓢⓔⓓ
FanficJust Some Kookmin Story written in Bahasa. ------ Warning (bxb) Rated : T - M -Kookmin- Kisah sehari-hari keluarga kecil Jeon dengan bumbu-bumbu penyedap tak sehat tapi nikmat. fluff!Kookmin Started on : June 2018 Ended on : May 2019