BAGIAN 2. ANCAMAN

43.8K 1.6K 12
                                        

Violetta membuka matanya. Tubuh polos hanya tertutup selimut itu terasa sangat sakit.  Ia begitu sedih dan putus asa dengan apa yang terjadi semalam. Ia tidak percaya ayah yang selama ini merawatnya sejak ibu meninggal saat melahirkannya, tega menjual putrinya sendiri ke seorang pria gila nan kejam seperti Xander.

Suara shower mewarnai pagi Violetta yang kelam. Itu Xander. Ia hendak berangkat ke kantornya. Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka. Xander keluar dengan handuk melilit menutupi bagian bawahnya.

Disaat yang bersamaan, pintu kamar diketuk.

"Tuan, pakaian yang anda minta sudah datang," ternyata salah satu pelayannya.

Xander membuka pintu. Sebuah kotak berukuran cukup besar diterima oleh Xander.

Violetta sempat bertemu pandang dengan pelayan yang mengantar kotak itu. Raut wajah si pelayan menunjukkan ia turut berduka dengan apa yang dialami Violetta.

"Ini pakaianmu," Xander meletakkan kotak itu di hadapan Violetta.

Violetta tiba tiba menangis sesegukan.
"Kenapa kau?!" Xander kesal." Jangan cengeng!"

"Kau yang membuatku seperti ini! Kau merebut masa depanku, Xander! Kau..kau bahkan menperkosaku! Bagaimana jika aku hamil?!" Tangis Violetta pecah.

Xander berdecak. Ia justru membuka lemarinya. Ia sudah harus bersiap untuk pergi ke kantor.

"Jika kau hamil, tentu saja aku ayahnya. Aku akan menikahimu,"

Violetta terbelalak. "Semudah itukah pemikiranmu?! Kau tidak memikirkan perasaanku?!"

Xander terdiam untuk sesaat. "Tidak. Aku tidak perlu pendapatmu."

"Apa?!"

"Kau tidak perlu memikirkan masa depanmu yang kukacaukan ini. Aku tentu saja akan membereskannya,"

"Aku..aku tidak sudi menikah denganmu!" Teriak Violetta.

Xander mulai geram. Ia bergerak cepat menghampiri Violetta lalu mencengkeram dagu Violetta dengan kasar.

"Diam dan terima saja apa yang kulakukan padamu!" Bentaknya marah.

"Aku akan terus melawanmu sampai kapanpun, Xander. Camkan itu!" Ancam Violetta

"Lalu akan kusebar foto bugilmu. Aku punya banyak dan jika kau berpikir untuk membakar foto foto yang kusimpan di laci, atau menghapusnya dari ponselku, fotomu akan tetap tersebar, sayang."

Wajah Violetta memerah menahan marah. Ingin rasanya menghajar wajah Xander. Tapi itu adalah hal sia sia yang membuat tenaga. Tubuh mungilnya tidak akan sepadan dengan Xander.

"Cepat mandi, lalu kita makan pagi bersama,"

Violetta menggeleng. "Aku mau pulang," jawabnya.

"Pulang? Kemana? Rumahmu sudah menjadi milikku untuk menutupi hutang ayahmu pada perusahaan."

Mata Violetta melebar. "Lalu- lalu dimana Ayah?!"

Xander tersenyum sambil menggeleng. "Bukan urusanku."

"Kau! Itu Ayahku!"

"Lupakan dia, Violet! Dia menjualmu padaku!"

Violetta menggeleng marah. "Kau memaksanya, bukan?! Katakan padaku apa yang kau lakukan pada ayahku! Aku belum bertemu dengannya sejak dia pergi menemuimu! Aku bahkan hanya mendapat perintahnya dari telepon! Aku ingin menemuinya!"

Xander berdecak kesal. Ia mengambil dasinya lalu bergegas keluar tanpa menjawab pertanyaan Violetta.

"Xander!" Violetta turun dari ranjangnya berusaha mengejar Xander menuntut jawab.

ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang