BAGIAN 8. MABUK

27K 1.3K 10
                                    

"Tuan Xander," seorang wanita tua bertubuh kurus nan mungil membuka pintu sebuah rumah mewah berukuran cukup besar hanya untuk ditinggali sebuah keluarga beranggotakan 5 orang.

"Siapa Bi?" Terdengar teriakan dari dalam.

"Tu-" Wanita tua itu cukup takut untuk menjawab.

"Alexander Ferdinand. Putra tertua keluarga Ferdinand," jawab Xander lantang.

Suasana hening sesaat. Setelah itu, Liliana, dengan ekspresi murka muncul dari balik lorong.

Pyash!
Sebuah siraman membasahi wajah hingga bahu Xander. Liliana, datang dengan membawa sebuah pitcher berukuran besar berisi air putih, menyiramkannya ke wajah Xander.

"Berani sekali kau menampakkam batang hidungmu di rumah ini!" Bentaknya.

Xander tanpa ada rasa kaget sedikitpun, tersenyum kecil. "Apa kabar, Bibi? Setidaknya beri aku gelas jika kau menawariku minum,"

Liliana geram. "Sudah kukatakan jangan injak rumahku! Kau manusia hina! Rendahan!" Cacinya.

Xander tertawa kecil. "Bibi, terakhir kali aku kesini, usiaku jauh lebih muda lima tahun dari sekarang. Bolehlah sekali kali aku mengunjungimu dan Ayah,"

"Terakhir kali kau kesini itulah, suamiku justru mewariskan perusahaannya padamu, bukan Benjamin, putra kandungku!" Maki Liliana.

"Aku juga putera kandung suamimu, Bibi Liliana," balas Xander dengan senyum miringnya.

Wajah Liliana memerah. Tangannya gemetar marah.

Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya melukai sudut bibir Xander.

"Pergi!" Usir Liliana. "Aku mensyukuri hidupku sebelum wanita murahan dan putranya ini mengganggu hidupku,"

Pintu terbanting menutup dengan keras. Xander berdiri diam, mematung. Ia menyeka darah di sudut bibirnya lalu pergi.

*

Violetta mengunyah berondong jagung yang dibuatkan oleh Margareth. Di hari libur seperti ini, dia merasa sangat bosan.

"Sam, berhenti menatapku seperti itu," Violetta mulai terganggu. "Ayolah ini hari libur. Aku tidak akan pergi kemanapun. Pasang saja CCTV jika kau tidak percaya padaku." Celetuk Violetta gemas. "Tidak bisa dipercaya pria gila itu lebih memilih menyusahkan seseorang dibanding menggunakan teknologi,"

Sam tersenyum kecil, geli melihat tingkah Violetta. Dibandingkan dengan Xander dan dirinya yang memang sudah berumur, Violetta hanyalah seorang wanita muda yang baru saja menikmati kehidupan pasca lulus universitas. Miris sekali nasibnya justru berakhir di tangan Xander.

"Sam!" pekik Violetta keras. Sam hanya berdiri tanpa merespon ucapan Violetta tadi. "Tidak bisakah aku menikmati acara TV tanpa kau berdiri bagai patung, disudut ruangan seperti itu? Ini membuatku tidak nyaman!"

"Lalu apa maumu, Nona?"

"Duduk saja disebelahku dan kita menonton sama-sama,"jawab Violetta.

Sesaat Sam bengong. Dari sekian wanita yang Xander bawa ke rumah, hanya Violetta, gadis polos dan lugu yang justru mengajaknya menonton bersama. Wanita-wanita sebelumnya, semuanya berdandan glamor, mengenakan pakaian termahal mereka, yang tentu saja hasil rengekan pada Xander, dan gaya angkuh yang menyebalkan seolah rumah ini milik mereka. Tapi, toh Xander sendiri tidak begitu peduli dengan tabiat buruk jajaran kekasihnya.

"Sam, kau bengong lagi!"kesabaran Violetta habis. Ia berdiri lalu menarik Sam untuk duduk, menonton TV bersamanya. "Ini acara talkshow paling berbobot, kau tahu! No Gossip!" ceritanya.

ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang