Mansion besar milik Xander terasa sangat sunyi. Biasanya akan terdengar suara Violetta berceloteh menceritakan berbagai macam hal pada seisi penghuni mansion. Tak jarang ia juga ikut membantu ketiga pelayannya memasak makan malam sambil mengobrol. Kadang, ia juga mengajak Sam, bodyguard pribadinya menonton TV bersama ketimbang membiarkan Sam hanya duduk diam mengawasinya. Pribadi Violetta yang menyenangkan mampu membuat mansion seolah hidup dan berwarna. Kini, kepergian Violetta dari rumah membuat semua sirna. Mansion kembali seperti sedia kala, sunyi tanpa suara.
Xander berdiam diri di ruang kerjanya. Di atas meja, berderet botol minuman keras yang telah habis isinya. Sebagian telah pecah akibat amukan Xander yang melempar botol itu ke tungku perapian. Kepergian Violetta ternyata ikut membawa separuh hidupnya. Ia berantakan dan kacau. Ya, Xander memang mencintai Violetta. Memang benar, di awal kisah, Violetta hanya sebuah objek pembalasan dendam karena penolakan keras darinya dan ayahnya. Ia tidak puas jika hanya dengan mengambil keperawanan Violetta secara paksa. Ia ingin wanita itu menderita dan menebus kesalahan mereka karena menolak Xander. Akan tetapi, hati tidak bisa ditebak. Keberadaan Violetta disekitarnya lambat laut melunakkan hatinya. Violetta berhasil menjebol dinding keras yang menyusun hati Xander.
Sikap Xander yang acap kali labil bukan karena ia tidak bersungguh-sungguh mencintai Violetta. Tidak! Xander benar-benar mencintainya! Ia tidak pernah meragukan perasaannya terhadap Violetta. Masalahnya ada di masa lalunya. Xander pernah sejatuh cinta itu pada seorang wanita, Rebecca. Dia istri yang sangat ia kasihi. Ia rela melakukan apapun untuk melindunginya. Ia begitu menyayanginya. Sayangnya, hatinya bertepuk sebelah tangan. Pernikahan berlandaskan bisnis itu membuat Rebecca tidak serta merta menaruh hati yang sama pada Xander. Rebecca hanya menganggap Xander sebagai room mate dan tidak lebih. Janin yang sempat hadir di perut Rebecca tidak meluluhkan hati Rebecca. Ia tidak menerima janin itu dan memilih untuk menggugurkannya. Tidak bisa dibayangkan bagaimana hancurnya hati Xander. Ia tidak bisa memiliki hati wanita yang ia cintai, pun ia harus kehilangan bayinya. Perceraian tidak terelakkan setelah itu. Memang, Xander kerap bergonta-ganti wanita. Tidak terhitung berapa wanita yang ia bawa ke mansionnya untuk memuaskan hasratnya. Tidak ada yang benar-benar ia cintai sebagaimana ia mencintai Rebecca. Bayang-bayang mantan istrinya itu tertinggal untuk waktu yang lama.
Hingga sampai di suatu waktu ia melihat Violetta, putri George, salah satu bawahannya di perusahaan. Ia melihat Violetta dalam suatu acara yang dihadiri para kolega perusahaan. Ada yang berbeda dalam diri Violetta yang tidak bisa ia temukan dalam wanita manapun yang ia kenal, Rebecca sekalipun. Sebagai mana seorang pria yang menginginkan sesuatu, tanpa ragu ia memintanya. Dengan jantan ia menemui George dan menanyakan perihal putrinya. George hanya tertawa. George sengaja. Sebab, ia tidak ingin putri semata wayangnya jatuh pada sosok seperti Xander. Ia memilih untuk menjauh dari Xander. Belum menyerah, ia menghampiri Violetta secara langsung. Ia ingat bagaimana mata bulat Violetta menatapnya.
"Tidak," jawab Violetta saat Xander mengajaknya berkencan. "Walaupun kau bos ayahku, bukan berarti kau bisa mengajak wanita manapun untuk berkencan," Violetta pun berlalu meninggalkan Xander.
Penolakan Violetta saat itu tentu saja mengagetkannya. Tidak ada wanita yang menolak seorang Xander. Harga dirinya tercoreng akibat penolakan itu. Xander mencobanya untuk menghampirinya sekali lagi.
"Kau kira bisa membeliku dengan semua kemewahan yang kau tawarkan?" untuk kedua kalinya Violetta menolak Xander. "Jangan bermimpi," keberanian Violetta menghancurkan harga dirinya sebagai seorang pria penakluk wanita.
Violetta menolak Xander mentah-mentah. Rasa marah yang menumpuk dihatinya, menjadikan Xander mencari cara untuk memberi gadis pemberani itu pelajaran. Bersama para tangan kanannya, mereka menyusun rencana busuk, mencuri uang perusahaan agar George bertanggungjawab. Kerugian perusahaan yang cukup besar --berdasarkan hasil audit-- membawa George dalam masalah besar. Hartanya habis untuk mengganti kerugian perusahaan. Xander memanfaatkan keputusasaan George dengan mengambil Violetta, putrinya sebagai objek pembalasan dendam. George kehilangan segala-galanya tanpa tahu kenyataan yang sebenarnya.
Hidup bersama Violetta, mendengar ocehan Violetta, melihat wajahnya dari bangun tidur hingga bersiap tidur, menumbuhkan perasaan di hati Xander. Perasaannya semakin menguat membuatnya tidak siap jika harus kehilangan Violetta. Sekali lagi ia mencari cara agar Violetta tetap berada di sisinya. Ia tidak ragu melakukan hal-hal kotor seperti menebar foto telanjang Violetta saat ia mencoba kabur agar ia kembali ke sisinya. Rasa takutnya semakin menumpuk saat ia mulai menyadari salah satu bodyguard kepercayaannya, Sam, menyukai wanitanya.
Ia menyadari perubahan tatapan Sam pada wanitanya jauh sebelum pernikahannya digelar. Beberapa kali ia melihat cara Sam menatap wanitanya. Ia pria, sama seperti Sam jadi ia tahu bagaimana cara pria menatap wanita yang disukainya. Diam-diam, ia membandingkan dirinya dengan Sam. Selama ini, ia begitu sering menyakiti Violetta. Sedangkan Sam, dia menjaga Violetta dari bahaya yang mengintai. Bagaimana jika Violetta jatuh hati padanya? Rasa khawatir pun berubah menjadi cemburu. Xander mulai memperhatikan gerak-gerik bodyguardnya itu. Tanpa diketahui oleh siapapun, Xander memasang sebuah kamera pengintai di mobil yang dikendarai oleh Sam untuk mengantar Violetta pergi. Ia menyaksikan saat Sam mencoba mencium bibir Violetta. Xander memutuskan untuk diam walaupun otaknya sudah dipenuhi oleh rencana jahat, mengorbankan Natasha untuk memberi Sam pelajaran. Puncaknya adalah saat Xander mendengar pembicaraan Violetta dan Sam melalui perekam suara yang terpasang di balik kalung leher anjingnya. Sekejab ia menghentikan semua pengobatan Natasha dan memulangkannya. Tanpa rasa kasihan ia mengusir Sam dan Natasha dari mansion. Beruntung bagi Sam dan Natasha, Xander tidak mencelakai mereka.
Tok..tok, pintu diketuk pelan. "Tuan, makan malam sudah siap," Annete berucap dari balik pintu ruang kerjanya.
Xander hanya diam tak menjawab. Makan malamnya terasa membosankan. Seenak apapun masakan Annete, jika tidak ada Violetta disampingnya akan terasa hambar. Xander kemudian membuka laci meja kerjanya. Ia mengambil sebuah ponsel hitam dengan hardcase lucu berbentuk kepala anjing. Violetta pergi dari rumah meninggalkan semua barangnya termasuk ponselnya. Violetta cerdik. Ia sengaja meninggalkan barang-barangnya agar Xander tidak bisa lagi melacaknya.
Xander mengusap layar ponselnya. Kunci layar pun terbuka. Foto mereka berdua terpampang jelas dengan Xander jr berada di tengah mereka. Xander menghela nafas. Bagaimana mungkin ia meragukan perasaan Violetta? Violetta memasang foto bersamanya sebagai wallpaper ponselnya. Bagaimana pula ia bisa mencurigai Violetta serendah itu? Violetta menamai kontak di ponselnya dengan sebutan "My Man". Bagaimana mungkin Violetta tidur bersama Sam jika selama ini Violetta berada dirumah dengan pengawasan penuh dari seisi penghuni mansion? Mungkinkah mereka melakukannya saat tengah pergi keluar? Tidak. Xander seharusnya mengenal Violetta dengan baik. Violetta tidak mungkin melakukan hal itu. Mereka berdua memiliki perasaan yang saling terbalas.
Xander menekan tombol di ponselnya.
"August," ucapnya. "Kita akan mencari Violetta," tandasnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/150962487-288-k184157.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXANDER
Romance[ Warning content 21+ ] Banyak adegan dewasa. Bagi yang belum cukup umur, diharap tidak membaca Masa depan dan mimpi Violetta hancur begitu ayahnya, yang merawatnya sejak kecil menjual dirinya pada seorang pria kaya nan kejam, Xander, yang tidak lai...