Reminder : semua ceritaku unsur 21+ ya, bukan 18+ jadi pasti banyak adegan sexnya. Ditambah latar ceritaku adalah di dunia barat yang mana hidup serumah, have sex before marriage, adalah hal yang lumrah. Buat kalian yang merasa sudah cukup umur diperbolehkan membaca. Tapi buat kalian yang belum cukup umur dan nekat buat baca, it's okay tapi mohon kebijaksanaan dalam menanggapi cerita. Jdi yang kemarin kemarin pm aku minta buat menghilangkan adegan sexnya karena takut dibaca anak kecil di luar sana. Mohon maaf tidak bisa kulakukan.. Jadikan ceritaku sebagai hiburan kalian, bukan buat ditiru yaaks, terima kasih 🙏
Violetta masih bersama Xander di kamarnya. Mereka masih membicarakan hal hal yang ingin Violetta tahu.
"Florencia..dia bercerita banyak tentangmu." Ucap Violetta.
Xander mengangkat satu alisnya. "Apa yang dia katakan?"
"Dia bilang, kau memiliki banyak wanita selama ini. Kenapa, Xander? Kenapa kau tidak memilih satu wanita saja?"
Xander menghela nafas. "Lebih baik kuceritakan saja sedari awal. Aku tidak mengharapkan kau mau mengerti karena aku sendiri menyadari, aku bukan pria baik. Aku juga tidak ingin kau mengasihani aku, Violetta," Xander bangun dari tidurnya. Ia lalu mengajak Violetta ke kamarnya. Violetta mengikuti Xander keluar dari kamar.
"Sam," panggil Xander saat melihat Sam ada di ruang tengah, bersama August dan Bobby tengah bermain game. Hal itu sudah biasa mereka lakukan di hari libur. Terlebih mereka semua tinggal bersama Xander dan butuh hiburan dikala senggang. Satu unit xbox sengaja Xander sediakan untuk mereka bermain.
"Ya, Bos!" Sam langsung berdiri diikuti oleh Bobby dan August.
"Hari ini aku tidak menerima tamu. Kalian juga, jangan ganggu aku," ucapnya.
Sam melirik Violetta. Violetta hanya mengangkat bahunya tidak tahu apa maksud Xander. Kini mereka berdua berada di kamar Xander. Violetta menatap ke sekeliling. Kamar ini adalah kamar pertama kali mereka bercinta, dengan paksaan sebagai catatan. Kamar bagai neraka. Rasanya Violetta ingin sekali meruntuhkan kamar ini dan kabur. Namun kini, semua terasa biasa saja.
"Duduklah," ujar Xander. Violetta menurut. Ia duduk di tepi ranjang sementara Xander tengah sibuk mencari sesuatu dari dalam lemarinya. Ia lalu menghampiri Violetta dengan sebuah box kayu penuh debu. Ia duduk di samping Violetta dan membuka box itu. "Ini ibuku," katanya. Ditunjukkannya foto wanita cantik berambut kriting panjang dengan tatanan khas wanita era delapan puluh-an. "Namanya Claire,"
"Aku lahir dari seorang pelacur yang menjual diri pada pria pria kaya." Ucapnya dengan begitu tenang. "Aku hasil dari salah satu pelanggannya. Tuan Ferdinand. Ya, aku putra Tuan Ferdinand tapi bukan putra Nyonya Lilian. Dia bukan pula ibu tiriku. Itulah sebabnya saat pernikahan Benjamin, dia begitu marah aku hadir. Tidak ada wanita manapun yang senang melihat kehadiran anak dari suaminya dengan seorang pelacur."
"Sejauh yang aku ingat, aku tidak pernah bicara dengan ibuku. Dia menolak kehadiranku. Dia memilih bekerja siang malam menjual dirinya pada pria kaya daripada bertemu denganku. Kami tinggal berdua tapi rasanya aku tinggal sendirian. Aku terbiasa mengurus diriku sendiri. Tapi satu hal yang pasti, Tuan Ferdinand tanpa sepengetahuan Claire sering datang mengunjungiku. Dia begitu baik padaku. Dia memgajariku beberapa hal termasuk bisnis. Aku benar benar menghormatinya. Aku tetap mendapat sosok ayah darinya."
"Lalu saat usiaku lima belas tahun aku pindah dan bersekolah di St. Pieter. Tidak banyak yang bisa kuceritakan di masa ini. Aku..hanya pria menyedihkan. Oh, ini Pamela. Dia temanku." Xander menujukkan sebuah foto mereka berdua. Xander terlihat tampan dengan balutan Tuxedo dan Pamela dengan mini dress merahnya. Kata Xander, itu foto saat pesta kelulusan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXANDER
Romance[ Warning content 21+ ] Banyak adegan dewasa. Bagi yang belum cukup umur, diharap tidak membaca Masa depan dan mimpi Violetta hancur begitu ayahnya, yang merawatnya sejak kecil menjual dirinya pada seorang pria kaya nan kejam, Xander, yang tidak lai...