Violetta membuka matanya pagi itu. Sebuah hembusan nafas terasa di dekat wajahnya.
"Xander?" Gumam Violetta.
Rupanya Xander sudah kembali dari perjalanan panjangnya. Ia tertidur pulas dan tampak begitu lelah. Ia tebak, jadwal bisnisnya teramat sibuk selama disana.
Violetta menatap ke jam digital di samping tempat tidurnya. Pukul enam pagi. Ia melirik Xander jr. Bahkan puppynya itu belum bangun, masih tertidur nyaman di atas ranjangnya pula. Violetta bermaksud untuk turun dari ketika tangan Xander justru melingkar di perut Violetta.
"Jangan pergi," ucapnya. "Disini saja,"
"Kapan sampai? Kenapa tidak kau bangunkan aku? Aku harusnya membukakan pintu untukmu,"
Xander menggeleng. "Aku tidak tega. Kau terlihat begitu lelah setelah merubah susunan perabotan rumah ini. Annette menceritakannya padaku," jawabnya lirih. Matanya tetap terpejam.
"Kau..ingin bicara, atau tidur?" Tanya Violetta.
"Aku hanya ingin bersamamu, itu sudah cukup." Jawab Xander.
Violetta membatalkan niatnya untuk turun. Ia hanya duduk di atas ranjangnya, menatap Xander. Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Tiba tiba, Xander merayap dan menyandarkan kepalanya di atas pangkuan Violetta.
"Apa yang ingin kau tanyakan padaku?" Celetuk Xander.
Violetta terbelalak mendengarnya.
"Kau ingin bicara sepulang aku dari Swiss kan? Tanyakan saja sekarang," lanjut Xander. Violetta tersenyum. Rasanya, Xander sedang ingin dimanja saat ini.
"Xander," Violetta mengelus rambut Xander dengan lembut. "Oh!" Tiba tiba Violetta memekik teringat akan Florencia. "Florencia-"
"Dia sudah pergi dari rumah ini," jawab Xander. "Sudah kukatakan dia tidak boleh menginjakkan kaki disini lagi,"
Violetta ternganga. "Kau mengusirnya?!"
Malam sebelumnya, Xander sampai di kediamannya tengah malam. Ia mengharapkan Violetta membukakan pintu untuknya. Namun sosok yang membuka pintu justru membuat Xander terbelalak marah.
"Xander! Sayangku!" Teriak Florencia. Ia menghamburkan dirinya dan langsung memeluk Xander dengan erat. Ia bahkan mencoba mencium bibir Xander.
"Sam?!" Xander mendorong Florencia dan melotot ke arah Sam. Sam mengangkat bahunya. "Aku menyerahkannya pada bos saja," jawabnya.
"Kau ini sedang apa?!" Marah Xander pada Florncia.
"Aku merindukanmu, sayang! Maafkan aku meninggalkanmu saat itu! Aku menyesal. Kumohon, maafkan aku. Aku kesal karena kau tidak mau bercinta denganku padahal aku siap menjadi Nyonya Xander di rumah ini!" Rengeknya.
Xander berdecak marah. "Aku tidak peduli, Florencia."
"Ayolah, Xander. Lihat! Kau menyukai payudara besarku ini kan? Aku menghabiskan banyak uang untuk membuatmu puas!"
Xander tidak menggubrisnya. Ia justru melangkah masuk mencari keberadaan Violetta. "Dimana Violetta?" Tanyanya pada ketiga pelayannya.
"Nona tidur, Tuan. Dia kelelahan seharian mengatur ulang perabotan di rumah," cerita Annette.
Xander menatap ke sekeliling. Benar apa yang Annette katakan. Susunan perabotan di rumah ini berubah. Terlihat lebih..hidup. Beberapa tanaman baik sintetik maupun sungguhan berukuran besar mengisi kekosongan di sudut sudut ruangan.
"Xander! Kenapa kau mengacuhkanku," Florencia menghampiri Xander dengan kesal. Ia cemberut. Bukan ini yang ia harapkan. Seharusnya Xander senang ia kembali. Xander sendiri yang dulu mengatakan bahwa ia menyukai hubungan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXANDER
Roman d'amour[ Warning content 21+ ] Banyak adegan dewasa. Bagi yang belum cukup umur, diharap tidak membaca Masa depan dan mimpi Violetta hancur begitu ayahnya, yang merawatnya sejak kecil menjual dirinya pada seorang pria kaya nan kejam, Xander, yang tidak lai...