CHAPTER 13. TETAP DISINI

20.2K 1.1K 17
                                    

George kaget begitu mendapati Xander ada di depan apartmennya. Ia baru saja pulang dari pekerjaannya sebagai seorang kurir pengiriman barang. Kehidupannya berbalik 180 derajat kini.

"Apa lagi maumu?!" Marahnya. Ia benar benar malas melihat wajah Xander.

"Dimana Violetta?" Tanya Xander tanpa basa basi.

"Apa maksudmu? Dia harusnya bersamamu! Oh, dia kabur darimu? Baguslah!" Jawab George. Ia lalu berlalu meninggalkan Xander.

"Begitu? Atau kau ingin foto bugil putrimu tersebar?"

Langkah George terhenti. Xander tersenyum. "Ingat kan, aku pernah bercinta dengan putrimu? Sayang kan jika keindahan tubuh putrimu dinikmati oleh mata pria pria di luar sana?" Ujar Xander.

"Brengsek kau!" George menghantamkan bogem mentahnya ke wajah Xander. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Tapi Xander justru tertawa.

"George, George. Lebih mudah jika kau bekerja sama denganku. Kau melaporkanku atas tuduhan penculikan, 'kan? Lalu apa hasilnya? Kasusmu tidak berlanjut, George. Kau tidak akan bisa mengalahkanku," George tertawa. "Cari dia sebelum malam ini atau semua foto putrimu kusebar," ancamnya. "Pikirkan, siapa disana yang peduli dengan putrimu? Pasti dia yang membantu putrimu kabur dariku," ancamnya. Ia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya lalu melap ujung bibirnya yang terluka.

" Kenapa kau lakukan ini pada putriku?!" George mendorong Xander hingga menghantam dinding. " Apa salah putriku padamu?! Aku yang merugikan perusahaan, kenapa putriku yang jadi korbannya?!" teriak George murka. Beberapa orang yang lalu lalang sesaat berhenti untuk menyaksikan pertengkaran mereka. " Kau tahu dia putriku satu-satunya! Dia satu-satunya hartaku dan kau merenggutnya!"

" Kalau begitu cari dia sebelum malam!" balas Xander. Ia mendorong George hingga George terjungkal. Ia lalu memperbaiki jas kerjanya yang kusut. " Ini hukumanmu, George. Kau tahu aku mencintai putrimu, tapi kau menghalangiku."

" Tidak mungkin kubiarkan putriku bersama pria brengsek sepertimu! Dia harus bersama pria baik-baik, bukan pria yang gemar meniduri wanita manapun!" cecar George.

Duk! George terkapar. Xander menendang wajah George cukup keras. " Jaga bicaramu," begitu ucapnya sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan George yang tergeletak tak berdaya.

**

Dom mondar-mandir di sekitar meja kerjanya. Ia bingung dan kalut. Ia masih tidak bisa mempercayai foto yang ia lihat. Tapi mau bagaimanapun, sangat jelas itu adalah Violetta. Violetta menyembunyikan sesuatu dan ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. 

" Dom, berhenti. Kau membuatku pusing. Seseorang mencarimu di lobi," ucap Patrick sambil geleng-geleng kepala. "Kau bertingkat aneh hari ini," lanjutnya.

Dom mengerutkan dahinya. " Siapa yang mencariku?" tanyanya. Patrick menggeleng tidak tahu. " Seorang pria paruh baya, kurasa. Sepertinya dia agak panik. Segera temui dia,"

Dom, dengan penuh rasa penasaran mengangguk dan segera menuju lobi bawah. Sesampainya di lobi bawah, betapa kagetnya ia melihat George duduk gelisah dengan sedikit memar di wajahnya.

" Paman? Kau kenapa?" Dom bergegas menghampirinya. " Wajah paman terluka!" kagetnya. " Kita obati dulu, Paman!" ajaknya namun George langsung menolaknya.

" Bukan itu yang penting, Dom! Katakan dimana Violetta?!" katanya cepat.

Mata Dom membulat. " Sebenarnya apa yang terjadi dengannya, Paman?! Aku benar-benar tidak mengerti! Apa Paman bertengkar dengan Violetta?" 

George menggeleng. " Violetta dalam bahaya, Dom! Kau harus memberitahu dimana Violetta berada!" katanya cepat.

" Tidak, Paman!" Dom menggeleng cepat. " Aku tidak akan memberitahumu sampai aku tahu apa yang terjadi!" tandasnya. George pun menangis. Dom semakin tidak mengerti. Sesuatu pasti terjadi hingga George, yang ia kenal begitu tegar dan kuat, menangis di hadapannya.

ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang