BAGIAN 3. XANDER

35.2K 1.5K 12
                                    

Xander pulang dari kantornya larut malam. Ia begitu lelah dengan setumpuk pekerjaan. Usahanya yang berorientasi pada segala sektor perdangangan ekspor impor membuatnya harus terus memutar otak demi kelangsungan perusahaan.

Begitu pintu dibuka, ia disambut oleh Anette yang siap membawakan tas kerja Xander, Gloria yang datang dengan secangkir teh hangat, dan Margareth yang siap membawakan sepatu Xander.

"Dimana Violet?!" Tanyanya galak.

"Di kamar Tuan..dia belum makan dari pagi, Tuan." Jawab Margareth

Xander sewot. "Paksa dia!" Bentaknya.

Margareth memejamkan matanya takut.

"Dimana Sam?!"

"Ya, Bos.." mendengar namanya dipanggil, Samuel muncul.

"Kau tidak berhasil menenangkannya?!" Sam mengangguk takut. Walaupun tubuhnya besar dan kekar, bukan dirinya jika harus memukul seorang wanita lemah yang tidak berdaya.

"Dia menumpahkan makanan yang Gloria bawa, dia juga memecahkan gelas," cerita Sam.

Mata Xander membulat. Ia melangkah marah ke ruangannya.

"Violet!" Xander membuka pintu dengan kasar. Violet, melihat kedatangan Xander, langsung berteriak.

"Kau seharusnya mati!" Kutuknya. Dengan langkah terhuyung, masih terasa sakit, ia berusaha menyerang Xander.

"Argh!" Xander tersentak. Pecahan kaca menancap di lengannya. "Violet!" Xander benar benar marah. Violetta dengan sengaja menancapkan pecahan kaca itu. Xander membanting pintu kamar lalu menguncinya.

"Kurang ajar kau!" Xander membanting Violetta ke atas ranjang.

"Berani sekali kau!" Ia mencekik leher Violetta. Wajah Violetta memerah. Ia kesulitan bernafas. Ia terus meronta melawan Xander.

Pada akhirnya, Xander melepaskan cekikannya begitu Violetta nyaris kehilangan nafasnya. Ini begitu menyiksa Violetta. Ia serasa di ambang hidup dan mati.

"Ugh!" Xander merintih sakit. Ia mengambil pinset dari atas lacinya berusaha melepaskan serpihan kaca yang tersisa di dalam luka tusuknya.

Darah mengalir membasahi lengan kemeja Xander. Sementara itu, Violetta menangis.

Seusai membersihkan lukanya, kini Xander kembali berurusan dengan Violetta.

"Kau! Bangun!" Dengan kasar Xander menarik krah piyama Violetta, membuatnya sedikit tergantung.

"Sudah kukatakan, aku yang akan membereskan kekacauan ini! Kau hanya perlu diam dan menurut denganku!" Makinya.

"Kau tidak bisa semudah itu membereskan apa yang kau rusak, Xander! Ini hidupku! Bukan hidupmu! Kau merusak hidupku!" Violetta balas memaki.

Plak!
Xander menampar Violetta dengan keras meninggalkan bekas merah di pipi Violetta.

"Aku tidak peduli dengan pendapatmu!" Xander melempar Violetta ke ranjang hingga kepala Violetta terantuk kepala ranjang.

"Setidaknya biarkan aku bertemu ayahku, Xander.." pintanya.

Xander menggeleng. "Tidak akan." Xander mengeluarkan barang barang Violetta dari lacinya. Sayang semua tidak lagi utuh, ponsel Violetta pecah, kartu kartu atmnya terbelah menjadi dua.

"Mulai hari ini kau tidak boleh menghubungi ayahmu lagi. Jika aku tahu kau menemui atau sekedar berbicara dengan ayahmu, kau akan menerima akibatnya,"

Xander melotot marah. Dengan langkah kasar, ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah seharian berkutat dengan aktivitasnya.

Satu jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang segar kembali. Udara dingin malam itu, tidak membuat Xander pantang menyegarkan diri dengan air dingin. Sekeluarnya ia dari kamar mandi, ia mendapati Violetta tertidur di ranjang dengan wajah sayu. Sejenak Xander menatap raut Violetta hingga akhirnya dia keluar dari kamarnya.

ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang