Violetta masih menangis dan berteriak saat engsel pintu kamarnya bergerak turun. Tangisnya sekejab hilang saat melihat Natasha masuk ke kamarnya.
"Natasha?" Saat itu Violetta mengerti alasan Sam membawanya kembali dengan paksa. Natasha taruhannya.
"Wah, benar kata Om Xander. Tante Violetta berhenti menangis." Natasha berlari kecil naik ke atas ranjang Violetta.
"Tante kenapa menangis?" Tanyanya polos. Jarinya menggapai air mata Violetta yang mengalir di pipi. "Tante sakit, ya? Teman temanku juga suka menangis seperti tante saat mereka sakit. Tapi aku tidak, tante! Sebab, kata kakak dan Om Xander, aku harus kuat!" Katanya. Ia lalu menceritakan semua kegiatannya di rumah sakit, para perawat baik yang selalu merawatnya, teman teman yang senasib dengannya, kehilangan rambut karena kemoterapi yang mereka lakukan.
Cukup lama mereka mengobrol hingga suara Xander menghentikan mereka.
"Natasha, sudah malam. Beristirahatlah," kata Xander. Natasha menurut.
"Aku tidur dulu, tante!" Ucap Natasha sambil berjalan pergi.
Kini giliran Xander yang berdiri di depan pintu, menatap Violetta diam. Ia lalu menutup pintunya.
"Kau pulang," ucap Xander pelan.
Violetta langsung melemparnya dengan apa yang bisa ia raih. Vas bunga, bantal, guling, remote AC, gelas, bahkan lampu meja ia lempar. Xander berhasil menghindarinya namun suara pecahan ramai terdengar. Sam, diluar sana yang mendengar memutuskan pergi menyusul Natasha.
"Kau gila, Xander! Kau benar benar menghancurkan hidupku!" Cecar Violetta.
Xander tersenyum. "Kan sudah kubilang. Kau disini saja. Tidak perlu kemana mana."
"Aku tidak sudi, Xander! Keluar dari kamarku!" Violetta turun lalu mendorong Xander untuk keluar. Xander kokoh pada posisinya.
"Kubilang pergi! Aku membencimu, Xander!" Teriak Violetta keras.
Greb! Violetta tercekat. Xander mencekik lehernya dan mendorongnya menghantam dinding. "Apa kau bilang? Berani kau bicara seperti itu padaku?!"
Violetta meludahi Xander. "Kau gila! Kau sakit jiwa, Xander!"
Xander murka. Ia menarik Violetta. Ia lalu membantingnya dengan keras ke ranjang. Ia melepas ikat pinggangnya lalu mengikat kedua tangan Violetta ke atas ranjang.
"Minggir kau berengsek! Mati saja kau," Kaki Violetta meronta. Ia berusaha menendang Xander.
Mendengar umpatan yang dilontarkan Violetta, Xander semakin lepas kendali. Ia mencari dua selimut tipis dari dalam lemarinya lalu menggulungnya bak sebuah tali. Di ikatnya kedua kaki Violetta di sudut sudut ranjangnya.
"Percaya diri sekali kau berkata seperti itu, hah?! Apa yang pria itu ajarkan padamu hingga kau berani melawanku?!" Teriak Xander.
Suara teriakan marah mereka berdua yang saling bersahut membuat Sam harus menenangkan Natasha yang ketakutan.
"Tidak apa apa. Mereka hanya bertengkar. Mereka akan berbaikan tidak lama lagi," ucap Sam.
"Lepaskan aku!!!" Teriak Violetta marah.
"Kau pergi meninggalkanku dan tinggal bersama pria itu?! Katakan apa kau bercinta dengannya?!"
"Apa kau bilang?! Aku tidak semurah itu dan dia tidak sebejat kau, mengerti?!" Balas Violetta.
"Oh," tiba tiba senyum terukir di wajah Xander yang justru membuat Violetta berpikir sesuatu yang buruk akan terjadi. "Aku bejat, begitu?"
Violetta menelan ludah. "Xander, apa yang kau lakukan? Xander, jawab aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXANDER
Storie d'amore[ Warning content 21+ ] Banyak adegan dewasa. Bagi yang belum cukup umur, diharap tidak membaca Masa depan dan mimpi Violetta hancur begitu ayahnya, yang merawatnya sejak kecil menjual dirinya pada seorang pria kaya nan kejam, Xander, yang tidak lai...