Perpisahan

1.5K 40 2
                                    

Keesokan Harinya...

Kesehatan Aisyah yang makin memburuk, membuat Ali tak ingin pergi dari sana. Mulai dari sholat sampai makan Ali tetap ada di ruangan itu, walaupun keluarga Aisyah ada disana Ali tetap tak mau beranjak Pergi.

Setelah berjam-jam akhirnya gadis itu pun mulai sadar.
"Ah.. Aku dimana?" lirih Aisyah yang baru tersadar. Matanya melihat sekeliling dan mendapatkan ali yang tengah tertidur di sopa.

"Ali...Al"sahut Aisyah membangun Ali
"em...Aisyah, kamu dah bangun?"balas Ali yang langsung mendekatinya. " gimana udah baikkan?"
"Hm, sudah"
"Syukurlah."
"Mira bagaimana?"
"Aku tidak tau."
"Aku ingin bertemu dengannya"
"Tapi kamu masih sakit syah"
"Plis Al"

Ali terdiam. Aisyah emang
keras kepala, sulit untuk meyakinkannya tentang kesehatannya sendiri. Ali menghela nafas panjang menatap Aisyah yang masih memohon.

"Huhf, begini saja" ucapnya mengambil hp Aisyah dan memulai Video Call.
"Pegang hp mu, aku akan pergi keluar mencari tau bagaimana keadaan mira oke. Kau tetap disini jangan kemana-mana, mengerti" pinta Ali yang di balas anggukan kepala oleh Aisyah.

Ali pun pergi mencari ruangan dimana Mira di rawat.setiap ruangan ia cek, hingga akhirnya ditemukan lah gadis itu tengah terbaring Lemas dengan selang Impus yang ada ditubuhnya.

"Mira.." lirih aisyah membuat ali menatap teleponnya. "Al, ayo masuk."
.
"Tapi syah,-"
.
"Aku mahon"
.
Ali membuang nafas kasar, aisyah memang kelas kepala, ia tidak mengerti posisi Ali saat ini.

'Krek..'
'Bug..'

Baru saja Ali membuka pintu, satu pukulan sudah mendarat di pipinya , membuat ia terjatuh ke lantai.
.
"Ali..."teriak aisyah disebrang sana.
.
"Ngapain disini hah?!"
"Ridwan?,apa-apan ini?!"
"Denger yah, gara-gara lo pergi gak ada kabar, Mira jadi sering Melamun, dia jadi sering Mikirin lo yang gak berguna!"

Ali hanya diam, begitu juga aisyah yang hanya diam mendengarkan ocehan ridwan.

"Lo mening pergi, jangan pernah muncul lagi dihadapan gue atau pun Mira. Pergi?!"
"Tenang Rid, Aku tau kamu suka sama Mira , tapi cinta tidak bisa di paksa. Begitu juga mira yang menyukaiku, aku tau tentang itu, tapi sayangnya Hatiku sudah milik orang lain. Jodoh itu ditangan tuhan, kau tidak perlu cemas akan kehilangannya, karna tuhan tau apa yang terbaik untukmu." jelas ali lalu pergi dari sana , meninggalkan Ridwan yang masih mematung.

......
..........

Ia tak tau harus berbuat apa. Hanya diam di taman yang ia lakukan. Melamun memikirkan yang ridwan katakan.

"Ali.." panggil Aisyah yang kini ada disampingnya. Ali pun menoleh Dengan senyum tipis diwajahnya. "Kamu gak papa?"
"Aku baik-baik saja ko syah."
"Pipi mu bengkak"
"Oh..ini , nanti juga hilang"

Hening sesaat, hingga akhirnya Mereka berduapun sama-sama mengucapkan kata "Maaf" membuat keduanya saling menatap.

"Maaf kan aku ali, seharusnya aku tak memintamu menemui mira"
"Tidak apa Aisyah, aku yang harus nya minta maaf, karna aku menghilang tampa kabar membuat keadaan mu memburuk"
"Itu bukan salahmu"
"Aku tidak tau apa yang akan terjadi jika kau yang ada diposisi Mira. Mungkin karna diriku, kau akan mengalami kecelakaan itu."

Aisyah hanya diam sambil menatap Ali.

"Syah,bisakah kita batalkan janji yang waktu itu?. Ikutlah denganku syah, kita menikah . aku berjanji padamu pendidikan mu akan tetap berjalan."
"Tapi al,-"
"Pilihan ada padamu. Menikah Hari ini atau tunggu aku 5tahun lagi"
"5tahun?!. Selama itu kau mau kemana?"
"Kau tidak perlu tau syah. Cukup do'a kan agar aku berhasil"

Ketika Cinta BertasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang