Akhir-akhir ini kamu semakin gak enak badan. Sering pusing dan mual juga. Kamu segera ke toilet saat kamu benar-benar tidak bisa menahannya lagi. Tapi saat kamu sudah di sana, tidak ada yang bisa kamu keluarkan. Kamu belum pernah seperti ini sebelumnya. Kamu kembali ke meja kerjamu dengan wajah pucat dan tubuh yang makin lemas.
"Y/N, kamu sakit? Pulang aja. Kamu udah lemes banget itu," kata seorang temanmu yang kebetulan baru saja meletakkan dokumen di meja kerjamu.
"Paling masuk angin aja. Toh ini hampir waktu makan siang. Aku istirahat aja nanti."
"Jangan maksain diri lho. Kalau udah sakit, nanti aku ijinin aja ke bos. Biar kamu bisa istirahat di rumah."
"Makasih banyak ya, tapi aku masih kuat."
Kamu segera menyelesaikan pekerjaanmu dan menyiapkan map berisi dokumen yang perlu ditandatangani oleh managermu. Saat kamu berjalan ke ruangan atasanmu, tiba-tiba kepalamu mendadak terasa berat dan sangat pusing. Kamu kehilangan keseimbangan dan akhirnya jatuh pingsan. Sekilas kamu melihat Jinyoung berlari ke arahmu dengan wajah cemasnya lalu kamu benar-benar kehilangan kesadaran.
.
.
.
.
."Ha-hamil?" Jinyoung terkejut mendengar penuturan dokter yang baru saja memeriksamu.
Beliau bilang bahwa kamu tidaklah sakit, melainkan sedang mengalami morning sickness karena kamu sedang hamil dan usia kandunganmu kurang lebih 5 minggu. Jinyoung bingung bagaimana caranya untuk menyampaikan hal ini padamu. Dia tahu bahwa kamu pasti akan menolak kenyataan ini.
"Tuan Bae Jinyoung. Selamat ya," kata sang dokter.
"N-ne, kamsahamnida."
Penculik itu... Aku akan menghabisinya, batin Jinyoung.
.
.
.
.
.Kamu duduk bersandar di ranjang, pandanganmu kosong, pikiranmu kacau untuk saat ini. Kamu dihadapkan oleh fakta dimana kamu tengah mengandung anak dari penculik itu. Hari ini seorang polisi bernama Lee Taeyong juga datang menemuimu untuk memberitahu bahwa pelaku penculikan itu telah meninggal karena mobilnya menabrak truk saat polisi melakukan pengejaran terhadapnya. Jeno? Sepertinya sudah tahu keadaanmu saat ini dan memutuskan untuk menghilang, tak ingin disangkut pautkan lagi denganmu. Kini kamu sendiri yang harus menanggung malu karena sudah hamil di luar nikah.
Mati
Mati
Mati
Hanya itu yang kamu pikirkan saat ini. Karena kamu tidak mau ambil pusing untuk menanggung malu atas kejadian yang menimpamu, akhirnya kamu memutuskan untuk mati.
"Ya, aku hanya perlu mengakhiri hidupku dan semuanya akan selesai."
.
.
.
.
.Semua orang di kantor menatapmu aneh. Kabar tentang kehamilanmu sepertinya sudah tersebar diantara teman-teman kantormu dan itu membuatmu sangat tidak nyaman. Kamu berusaha bertahan tapi cibiran orang-orang itu membuat telingamu sakit. Mungkin mengakhiri hidupnya di kantor adalah pilihan yang tepat.
Saat makan siang, diam-diam kamu pergi ke rooftop. Kamu melepaskan sepatu high heels yang kamu kenakan lalu memanjat pagar dan bersiap untuk melompat.
"Son Y/N!!" Suara Jinyoung mengalihkan perhatianmu. "Kamu jangan nekad! Kamu gak kasihan sama Mama nanti sendirian? Kamu tega mau ninggalin Mama sama Papa?"
"Aku udah bikin malu, Jinyoung. Aku cuma aib di keluargaku. Mending aku mati sekarang."
"Enggak, kamu itu korban. Kamu gak salah, apalagi anak yang ada dalam rahim kamu. Dia gak tau apa-apa. Please jangan lompat."
"Temen-temen, orang kantor, tetangga, bahkan Jeno... Dia udah jijik sama aku. Terus aku harus apa?"
"Kamu masih punya aku, Y/N. Selama ini kamu anggap aku apa? Aku sudah janji sama Mama dan Papamu, juga sama diriku sendiri bahwa aku bakal jagain kamu. Aku mohon jangan gegabah. Kita bisa bicarain ini baik-baik, Y/N."
Kamu masih menangis sambil berdiri di atas dinding pembatas. Kamu merenungkan kembali kemungkinan apa saja yang akan terjadi setelah kamu bunuh diri nantinya.
"Y/N aku cinta sama kamu," kata Jinyoung dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
"Aku cinta sama kamu, bukan sebagai sahabat, tapi sebagai Son Y/N. Aku sayang sama kamu."
Jinyoung perlahan mendekatimu.
"Sudah lama aku pendam perasaan ini ke kamu. Kalau kamu pergi, buat apa aku hidup? Aku mau gantiin posisi Jeno kalau kamu butuh sandaran saat ini. Aku gak peduli orang bilang apa tentang kamu. Mereka gak tahu apa yang telah kamu lewati selama ini. Aku cinta kamu. Please jangan lompat, ok?"
Jinyoung naik ke atas dinding itu, meraih tanganmu kemudian memelukmu. Orang-orang yang sedang melihat kalian dari bawah gedung bernapas lega saat Jinyoung berhasil membujukmu. Namun, kakimu tak sengaja tergelincir saat akan turun dari dinding.
"Y/N awas!!!" Jinyoung memelukmu dan ikut terjatuh.
Beruntung tim pemadam kebakaran datang tepat waktu sehingga mereka sudah siap dengan life net mereka. Kalian jatuh di atas life net dalam kondisi saling berpelukan.
.
.
.
.
.TBC
A/N
Finally...
Akhirnya gue menemukan inspirasi buat nulis ini
Semoga masih banyak yang nungguin cerita ini ya?
Please vomment if you like this work
And happy holiday!!
![](https://img.wattpad.com/cover/135996037-288-k995764.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Ayah ❌ Bae Jinyoung
Fanfiction"Aku terima kamu apa adanya. Aku mencintaimu." Bagian dari Wanna One as a Daddy series jihyeonnn, January 2018