Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 45 menit dari rumah, tibalah kalian berdua di kota Ansan. Begitu keluar stasiun, kalian disuguhkan pemandangan yang berbeda dari pasar-pasar Korea pada umumnya. Mata kamu langsung berbinar tatkala melihat stan-stan yang penuh jajanan dari berbagai negara yang ada di sana.
"Ahjussi, ada yang jual cilokeu tidak?" Tanya Jinyoung pada stan negara Thailand.
"Tidak, kami tidak menjualnya," jawab seorang pria paruh baya yang menjaga stan tersebut.
"Cil, ini kan stan Thailand. Mereka gak jual lah," katamu sambil menyikut Jinyoung.
"Oh iya ya. Hehehe," Jinyoung nyengir sambil ngusap lehernya yang tidak gatal. "Ahjussi, kami bisa beli cilokeu dimana ya? Stan Indonesia jauh dari sini?"
"Oh stan Indonesia. Kalian lurus saja, sekitar 100 meter nanti di kanan jalan ada stan Indonesia. Kalian bisa tanya di sana."
"Baiklah. Kamsahamnida," Jinyoung segera berjalan menggandengmu sesuai dengan arahan paman tadi.
Entah kenapa detak jantungmu menjadi tak karuan saat ini. Apa karena sekarang Jinyoung menggandeng tanganmu sebagai seorang suami, bukan sebagai teman?
"Nah ini dia," seru Jinyoung saat sudah sampai di depan stan. "Eh bentar. Ini kok gak ada yang jual cilokeu?" Jinyoung serius melihat daftar menu yang ada di stan itu. "Mareutabakeu. Mareutabakeu. Y/N, ini adanya mareutabakeu. Kamu mau itu?"
"Itu apa?" Tanyamu.
"Ahjussi, mareutabakeu itu apa ya?"
"Kami jual dua jenis Martabak, ada Martabak Manis dan Martabak Telur. Martabak manis itu terbuat dari terigu, gula, telur, dan diberi topping. Kalau martabak telur terbuat dari terigu, adonan telur, daging giling, serta beberapa sayuran. Rasanya gurih. Tuan bisa pilih isian atau topping untuk martabak manis," jelas si penjual.
"Y/N, kamu mau yang mana?" Tanya Jinyoung.
"Dua duanya boleh?"
"Toppingnya?"
"Cokelat kacang keju. Kayanya best seller," ujarmu setelah melihat bintang 5 di sebelah menu martabak manis tersebut yang berarti itu recommended.
"Yang martabak telur?"
"Terserah kamu aja."
"Ahjussi, kami pesan satu mareutabakeu manis topping cokelat kacang keju dan satu mareutabakeu telur spesial ya," kata Jinyoung.
"Baik tunggu sebentar ya?"
Pemilik kedai tersebut segera membuatkan pesanan Jinyoung. Jinyoung dan kamu mencari tempat duduk yang sekiranya bisa untuk istirahat.
"Eh disitu ada satu," kata Jinyoung sambil menunjuk satu kursi yang disediakan pemilik kedai. Karena kedai martabak itu lumayan ramai, jadi tempat duduk juga penuh.
"Lah kamu gimana?"
"Yaudah sih aku gampang. Yang penting kamu duduk dulu. Kasihan nanti kamu sama adek capek," katanya.
Pipimu memanas saat Jinyoung memberi perhatian padamu. Kamu sadar ini bukan kali pertama kamu jalan berdua dengan Jinyoung, tapi kamu baru tahu kalau Jinyoung seperhatian ini padamu, bahkan pada anak yang sudah jelas bukan anaknya.
"Permisi, apa boleh istri saya duduk di sini?" Tanya Jinyoung pada seorang wanita yang juga duduk di tempat itu.
"Tentu saja. Silakan, Nona," kata wanita itu.
Kamu tersenyum kemudian menempatkan diri di sebelah pelanggan itu.
"Pengantin baru ya?" Tanya wanita itu.
"Ne? Ahh... Iya, kami pengantin baru," jawab Jinyoung canggung.
"Jarang ada orang yang nikah muda seperti kalian. Lucu liatnya. Romantis."
"Kamsahamnida," jawab Jinyoung lagi.
"Sudah isi?"
Kamu dan Jinyoung saling bertatapan, kemudian kamu tersenyum sambil menjawab, "ya, jalan 3 bulan."
"Semoga nanti lancar ya sampai kelahiran si kecil. Oh pesananku sudah jadi. Tuan, kamu bisa duduk di sini." Wanita itu segera memberi tempat duduknya pada Jinyoung kemudian berpamitan pergi.
"Kepo banget deh tuh ibu-ibu. Tapi biarin deh akhirnya aku dapet duduk samping kamu," kata Jinyoung.
"Kan terserah ibu itu mau tanya apa."
"Gak suka dikepoin aku tuh. Kalau kamu yang kepoin gapapa."
"Apalagi yang perlu aku kepoin? Aku udah tahu kamu luar dalem."
"Yakin yang dalem udah tau?" Tanya Jinyoung sambil senyum malu-malu mesum.
"Aku gelitikin nih ya kalau mesum."
"Ihh... Kamu tuh yang mesum. Pikirannya udah kemana-mana."
Kamu memukul Jinyoung perlahan sambil tertawa.
"Nah gitu dong ketawanya. Aku seneng liat kamu ketawa lagi. Ya, Dek ya? Bunda cantik ya kalau ketawa?" Kata Jinyoung sambil mengelus perutmu.
"Bunda?"
"Panggilnya Ayah sama Bunda aja nanti."
"Yaudah iya."
Setelah sekitar 20 menit, pesanan kalian selesai dibuat. Jinyoung segera membayar pesanannya lalu mengajakmu mencari tempat untuk makan.
"Di situ aja yuk?" Ajak Jinyoung ke satu bangku kosong yang ia lihat. Kalian berdua duduk di sana sambil menikmati kudapan yang baru kalian beli.
"Yang manis enak. Sini aku suapin. Aaa..." Jinyoung mengulurkan tangannya untuk menyuapkan sepotong martabak manis padamu.
"Hemm... Enak. Pantas aja recommended."
"Kalau saja dekat apartemen ada yang jual," kata Jinyoung sambil makan martabak. "Eh tapi kita gak nemu cilokeu-nya. Maaf ya."
"Gakpapa, yang penting kita udah jajan. Kapan-kapan aja kita cari cilokeu bareng," katamu.
"Dek, yang sabar ya. Nanti ayah beliin cilokeu. Sekarang makan mareutabakeu dulu."
Kamu tersenyum mendengar Jinyoung mengajak janin di rahimmu bicara.
.
.
.
.
.TBC
A/N
Jangan ditanya apa ada yang jual martabak di Korea
Karena gue juga gak tau
Kalau gue jualan cilok disana kira-kira laku kagak ya?
Btw gue mau bilang terima kasih atas segala doa dan semangatnya
Karena kemaren gue sidang skripsi dan alhamdulillah lulus
Semoga pengurusan administrasi bisa lancar sampai wisuda
Thanks for reading❤
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Ayah ❌ Bae Jinyoung
Fanfiction"Aku terima kamu apa adanya. Aku mencintaimu." Bagian dari Wanna One as a Daddy series jihyeonnn, January 2018