10 Marry You

3.5K 472 31
                                    

Setelah peristiwa kamu hampir bunuh diri itu, Jinyoung langsung mengantarmu pulang ke rumah. Kalian disambut oleh ibumu yang sedari tadi sudah menunggumu dengan cemas. Salah seorang temanmu menghubungi ibumu dan memberitahukan semua yang terjadi padamu di kantor. Beliau sangat khawatir, tapi begitu mendengar kamu sudah diantar pulang oleh Bae Jinyoung, rasa cemasnya sedikit berkurang.

"Mama, kami pulang," kata Jinyoung.

"Y/N." Ibumu langsung memelukmu erat sambil menangis. "Kamu gakpapa kan sayang? Jinyoung, kamu juga gakpapa kan?"

"Gakpapa, Ma. Kami baik-baik saja."

"Sejak kapan kamu jadi nekad begini? Ibu sudah bilang untuk tidak mendengarkan omongan orang lain. Kenapa kamu masih nekad?"

"Maafin aku, Ma. Aku... Gak tahu harus gimana lagi. Aku takut Mama sama Papa malu," tangismu kembali pecah saat berada di pelukan ibumu.

"Gak, kamu gak bikin Mama malu. Mama sedih kalau kamu begini terus. Orang-orang gak tau kondisi kamu sebenernya, jadi kamu jangan sekali-kali nekad kaya gitu lagi ya?"

"Uhm... Ma, sebenarnya ada yang ingin Jinyoung sampaiin ke Mama," kata Jinyoung kemudian.

"Ada apa, Jinyoung? Katakan saja."

"Apa boleh Jinyoung menikahi Y/N?"

.
.
.
.
.

Jinyoung kini duduk di hadapan ibunya. Setelah tadi sempat membuatmu dan ibumu kaget karena memintamu menjadi istrinya secara tiba-tiba, ibumu bilang jika dia serius dia harus melamarmu dengan orangtuanya dan sekarang Jinyoung masih dalam tahap diskusi dengan ibunya.


"Jinyoung kamu gak salah kan? Kamu yakin mau menikahi Y/N?" Tanya Ibu Jinyoung memastikan.

"Iya Bunda, Jinyoung yakin. Aku sayang dan cinta Y/N dari dulu. Aku gak mau dia terpuruk, dengan cara ini Jinyoung bisa ngelindungin Y/N."

"Masih ada cara lain, Nak. Kamu tidak perlu..."

"Tidak ada cara lain, Bun. Aku gak bisa biarin Y/N sedih berlarut-larut. Tabungan Jinyoung cukup kalau masalah buat keperluan rumah tangga. Bunda tahu juga kan?"

"Bunda paham kok, tapi kau sudah tahu juga bukan kalau Y/N..."

"Ya, Jinyoung tahu. Y/N sedang hamil. Tapi itu kan tidak penting. Jinyoung cinta sama Y/N dan akan menyayangi anak Y/N seperti anakku sendiri."


Akhirnya ibu Jinyoung menyerah karena keputusan puteranya sudah final.


"Kapan kita bisa ketemu Y/N dan orangtuanya? Bunda telepon ayah dulu, biar kita bisa ke sana bertiga."

.
.
.
.
.

Pernikahan kalian diadakan secara sederhana sebulan setelah pertemuan keluarga kedua belah pihak. Yang hadir di pernikahan kalian hanyalah keluarga dekat saja. Namun semua itu tak mengurangi rasa bahagia Jinyoung. Senyuman terus terukir di wajahnya dari awal hingga berakhirnya acara tersebut.

Kamu sedang merapikan ruang tamu sementara Jinyoung masih merebahkan dirinya di sofa ruang tengah dengan malas mengganti chanel televisi. Kamu memang sudah berhenti dari pekerjaanmu saat ini, sementara Jinyoung masih mengambil cuti menikah selama seminggu.

"Pao, kamu bosen gak sih?" Tanya Jinyoung kemudian.

"Biasa aja. Kenapa?"

"Jalan yuk."

"Jalan kemana?"

"Kemana ya? Lah kamu gak mau kemana-mana emang? Kata Bunda kalau lagi hamil muda biasanya suka minta aneh-aneh," kata Jinyoung.

"Aku pengen jajan aja sebenernya. Tapi gak mau jajanan biasa," jawabmu.

"Emang jajanan yang gak biasa kaya gimana?"

"Aku pengen cilokeu."

"Hah? Apa itu? Cilokeu? Makanan apa sih itu?" Jinyoung bingung karena belum pernah mendengar nama makanan itu sebelumnya.

"Aku lihat di internet. Itu jajanan Indonesia."

"Masa kita ke Indonesia dulu cuma mau jajan cikokeu?"

"Kita coba ke Ansan aja. Ya ya ya? Please?" Bujukmu sambil aegyo.

Jinyoung udah lemah kalau liat aegyo kamu kaya gini. Jadilah dia setuju dan nurutin kamu. Sementara kamu nyelesaiin beres-beres, Jinyoung udah dandan ganteng dan duduk manis di sofa ruang tengah.

"Aku siap-siap dulu ya."

.
.
.
.
.

TBC

A/N

Terlalu sedikit?

Atau biasa aja?

Btw selamat hari raya idul fitri buat yang merayakan

Mohon maaf lahir dan batin ya

[✔] Ayah ❌ Bae JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang