14. little happiness

3.9K 719 24
                                    

"Jadi, kamu kosongnya kapan?"

"Gatau.."

"Kenapa gatau?"

"Banyak banget tugas aku, mau nangis liatnya juga."

"Aku juga banyak."

"Tapi ini deadline semua masalahnya."

"Kebiasaan sih, kan aku bilang jangan suka nunda."

"Semangatin kek orang mah."

"Ngapain aku semangatin orang males yang hobi nunda?"

"Tajem banget ya mulut lo kalo ngomel. Sebel banget."

"Ya, makanya disiplin kalo gamau diomelin."

"Ah bawel."

"Yaudah, mainnya kapan-kapan aja lah. Pas libur semester aja."

"IH KELAMAAN."

"Biarin."

"Ga--,"

Tuuuut.

Ye anjir di tutup dong telfonnya. Sialan banget.

Gue ngelempar handphone ke kasur asal. Kesel banget. Erga nyebelinnya gak ilang-ilang. Heran, kok bisa sayang gue gak ilang-ilang sama dia padahal tingkat nyebelinnya makin naik tiap hari.

Jadi, hari ini niatnya gue sama Erga mau jalan nemenin dia nyari buku ke Gramedia. Cuma, tugas gue ini nyebelin banget udah gue kerjain tiap hari masih gak ketemu juga ujungnya. Iya sih bener kata Erga gue suka nunda-nunda, tapi gue juga punya pembelaan atas itu. Gue nunda bukan karena males juga, tapi karena gue butuh waktu rehat, gue butuh istirahat. Bisa gila gue nugas mulu gak ada istirahatnya.

Udah istirahat aja gue berasa udah di ambang nyaris gila, gimana gue gas terus nugasnya? Haduh, gak kebayang deh.

Gue menatap laptop di hadapan gue yang menampilkan laporan yang masih setengah jadi. Beneran mau nangis gue liatnya. Bayangin aja tiap mata kuliah pasti ada laporan akhirnya. Padahal, temen-temen gue di prodi dan fakultas lain udah pada libur. Kaya Erga, contohnya. Tuh anak udah leha-leha, tinggal beberapa essay aja yang harus dia selesain.

Pantulan cermin di samping meja belajar menampilkan wajah gue yang super kumel.

"Jelek banget sih lo, ya ampun." racau gue.

Gue geleng-geleng kepala, menampar pelan pipi gue untuk kembali fokus. Gue menarik nafas dan kembali mengetik.

"Semangat, semangat!!"

Namun, beberapa jam kemudian handphone gue bunyi. Ada pesan masuk.

Erga
mau whopper apa cheeseburger?

hah??
lo beliin gue?
apa gimana?

Erga
iya
mau apa?
buru

whopper

Erga
ok

sama fries yg saus keju

Erga
gak

IH
pelit lo


Gue mendecak sekaligus mengulum senyum. Erga tuh kalo diibaratkan dengan satu hal dia tuh kaya kado. Gak ada yang bisa nebak isinya apa.

Kira-kira satu jam kemudian, gue samar-samar denger suara Erga di bawah lagi ngobrol sama nyokap. Gue langsung panik, mau pasang muka jutek tapi gue seneng tapi gue sebel sama dia ah tapi Erga gemesin.

"Nih,"

Suara berat yang udah lama banget gak gue denger secara langsung kini masuk ke dalam indera pendengaran gue. Anjir, alay banget gue gini aja deg-degan.

"Thanks." ucap gue singkat.

Erga tersenyum simpul lalu duduk di ujung kasur gue.

"Kentang nya aku kasih mamah kamu, aku lupa beliin buat dia soalnya." lapornya di saat gue tengah membuka bungkusan yang dia bawa.

"Gapapa."

Melihat wajah gue yang tengah akting jutek, Erga terkekeh pelan. "Kenapa sih?"

"Gapapa." jawab gue lagi.

Gengsi dong gue kalo bilang gue deg-degan. Padahal pacaran udah lama, gak sekali diginiin. Tapi, masih aja kaya anak abg baru pacaran kemaren sore.

"Udah ke Gramedia nya? Ketemu gak bukunya?" tanya gue, mengalihkan pembicaraan.

"Ketemu,"

Gue mengangguk.

"Gimana tugasnya? Sampe mana?"

Dengan mulut penuh, gue menghela nafas. "Gatau sampe mana. Masih lama ketemu ujungnya kayaknya."

"Kebiasaan sih, nunda mulu."

Gue mendecak. Mood gue sedikit menurun. "Mulai lagi."

"Emang bener."

"Iya emang lo bener gue salah. Ah, tau gini lo mending gausah ke rumah, Ga. Ngomel doang." ujar gue sedikit emosi.

"Bedain ngomel sama ngebilangin." tegasnya.

Gue melirik dia sinis, kemudian berbalik membelakangi dia untuk nyelesain kerjaan gue. Males berdebat dan memilih untuk ngerjain laporan gue sebelum mood gue bener-bener ilang.

Sedangkan Erga, duduk sambil ngebuka bungkus buku yang dia beli tadi. Paling dia siap-siap mau baca buku barunya.

Dua jam kemudian akhirnya gue bisa tutup laptop. Gue melirik Erga yang masih asik baca. Fokus banget. Sebel gue langsung ilang ngeliat dia begitu.

"Kirain udah pulang? Taunya masih disini."

Erga menoleh, kemudian menutup bukunya. Bibirnya lagi-lagi membentuk senyum tipis sekilas. Tumben.

"Sengaja,"

Alis gue menaut. "Maksudnya?"

"Katanya butuh semangat?" ujarnya.

Bibir gue otomatis membentuk senyum. Gak bisa gue tahan kalo diginiin sama Erga, seolah saraf senyum otomatis gue langsung nyala.

Gue menatap Erga, memberikan dia senyum yang gak bisa gue sembunyikan lagi. Bener kata orang, a hapiness doesn't always come from a big thing.

Look, what he just did. A little things also can be called as happiness.

"Makasih."

"Untuk?"

"For your little happiness that you always make and give to lift up my mood. You're such a gift. Thank you."

**


him | wonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang