Ada pepatah yang mengatakan bahwa kita bisa karena kita terbiasa, mau setidaksuka apapun kita dengan hal yang tengah terjadi tersebut kita harus ikhlas. Life should and must goes on. Jalani aja apa yang ada dan tengah terjadi di dalam hidup kita because that's how life work.
Duh, ngomong apa sih gue.
Ya, jadi intinya gue telah belajar dari kejadian yang kini tengah gue alami. Tentu aja soal Erga, siapa lagi kalau bukan dia? Yang tiba-tiba hilang tanpa kabar bagai di telan bumi.
Dan ngomong-ngomong soal Erga, gue udah pasrah soal mencari-cari kabar nya dia yang entah bagaimana keadaan nya di sana. Mungkin, dia udah lupa betul-betul kali ya kalau dia punya pacar di Jakarta yang sejak hampir dua bulan lalu uring-uringan nunggu kabar dia padahal, udah banyak cara yang ceweknya lakukan untuk dapat jawaban tentang dia yang tiba-tiba hilang namun, ternyata yang gue dapat selalu sama, nihil dan selalu ada aja cobaannya.
Sebenernya, beberapa hari setelah gue sadar bahwa Erga gak ngehubungin dan balas pesan dan telfon gue sama sekali, gue langsung jalan untuk menemui orang yang paling dekat dengan Erga, orang tua nya. Gue udah dua kali ke rumah Erga dan kata tetangga nya ternyata orang tua nya sedang keluar kota. Ibu nya ke Jogja untuk ngerawat Nenek nya Erga yang sakit dan Ayah nya ke Malang untuk dinas kerja.
Selepas dari rumah Erga saat itu gue langsung ngehubungin Gathan, di sini gue udah gak tau mau hubungin siapa lagi. Saat itu juga gue menjelaskan hasil yang gue dapat dari berkunjung ke rumah Erga yang kosong dengan suara yang sudah tidak bisa dijelaskan betapa parau dan kasiannya gue saat itu.
"Telfon lah gimana sih lo!"
Gue ingat betul betapa kesalnya Gathan saat itu, karena tak habis pikir akan gue yang begitu bego.
"Gue gak nyimpen nomer nyokap nya Erga, Than.."
Decakan keras terdengar di ujung telfon. Gathan emosi. Gue paham betul.
"Dih, bego!"
"Kok lo jahat sih.."
"Ya lo lagian kebiasaan udah gue bilang nomer telfon tuh simpen, jangan ngadelin id line mulu!"
Gitu lah Gathan, teman paling nyebelin sekaligus paling setia di sisi gue. Dia lah orang satu-satu nya yang selalu stay di samping gue setiap gue ada masalah. Meskipun dulu gue kalo cerita ke dia diem-diem alias main belakang karena.. ya tau sendiri lah Erga suka sensitif gitu kalo denger soal Gathan.
⚪
"Gimana bimbingannya?"
Gue menoleh, menatap Gathan yang gue harap kini berubah jadi Erga.
Ah, tuh kan gue mulai lagi.
"Lanjut bab 3 dong gue!!" ucap gue sombong.
Gathan mendecak pelan. "Gausah sombong lo! Tetep aja nanti juga kita wisuda barengan."
Jawaban Gathan barusan membuat gue membatu untuk beberapa detik.
Ucapan itu.
Persis, sama persis dengan ucapan gue ke Erga ketika dia selesai bimbingan dua bulan lalu.
Ya Tuhan, Ga.. lo.. apa kabar?
Hati gue seperti teriris lagi. Rindu yang beberapa hari lalu sudah mereda kini mencuat lagi.
"Omongan lo persis banget omongan gue ke Erga waktu itu dah, Than."
"Mulai lagi kan.."
Gue tersenyum kecut. "Sulit tau, lo belom rasain aja di tinggal gitu aja tanpa kabar."
KAMU SEDANG MEMBACA
him | wonwoo
General FictionHe speaks action, not words. Because that's what a real man does.