24. it's been a while

3.6K 412 67
                                    

Mau bilang long time no see tapi kayaknya ga cocok, karena long time no story seems more fit with this situation. Satu tahun, lebih, tanpa cerita. Bukan berarti tidak ada cerita yang dibagikan, cuma waktu yang rasanya sulit ditemukan di celah kesibukan.

After through thick and thin college's life now i'm struggling with the next step. We both workers now dengan jadwal yang begitu penuh dengan ketidakcocokan satu sama lain, di tambah Erga yang harus pindah-pindah kota kerja nya. Dalam kurun waktu satu bulan kita ketemu cuma bisa di hitung satu sampai tiga jari aja. Atau kadang gak ketemu sama sekali dan berujung tiga bulan kemudian baru ketemu, kayak kali ini.

"Aku bentar lagi sampe. Kamu udah sampe?"

"Udah, aku di deket pos satpam pake jaket abu-abu celana jeans ya."

Erga mengiyakan di sebrang telfon. Gue memasukan ponsel ke dalam sling bag pink kesayangan sambil melihat ke arah kanan di mana bis dari arah bandara datang. Kurang dari 10 menitan, mata gue menangkap Erga turun dari bis dengan koper hitam nya. Dia sempat melirik kanan kiri sampai akhirnya matanya menemukan gue yang berjalan ke arahnya dengan senyum sumringah.

Ia melebarkan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menarik koper. Gue pun masuk ke dalam rangkulannya. "3 bulan, Ga." ucap gue dengan ekspresi melepas lega.

Erga hanya tersenyum lalu terkekeh. "Pulang yuk?"

Esoknya, sepulang gue kerja Erga bilang di mau jemput. Bukan di kantor tapi di halte bis yang jadi tempat biasa gue turun sebelum nyambung pake ojek online untuk sampai ke rumah. Dengan motor matic berwarna hitam doff nya, Erga menunggu di pinggir pertigaan tak jauh dari halte dengan pakaian ciri khasnya, yaitu celana pendek warna khaki juga hoodie yang kali ini berwarna tosca.

"Mau langsung pulang? Apa kemana?" tanya nya.

"Emang kamu mau kemana?" tanya gue balik.

Erga mengangkat bahunya. "Gatau, aku kan emang ga punya rencana selain jemput kamu."

Hah tipikal.

"Pulang dulu aja deh ya? Mau mandi dulu abis itu pikirin dah kita mau kemana."

Namun sesampainya di rumah, kita berdua justru terduduk di sofa dengan segelas milo hangat di masing-masing tangan karena tidak adanya tujuan tempat atau pun rencana untuk dilakukan malam ini. Ditambah hujan di luar mengguyur dengan derasnya yang mana makin menambah ketidakmauan kita berdua keluar rumah terutama Erga. 

"Emang kayaknya kita disuruh pacaran di rumah aja, Ga."

"Kalau gak ujan emang kamu mau kemana?" tanya Erga.

Kini giliran gue yang mengangkat bahu. "Gatau sih, males juga keluar kalo ga punya tujuan. Ngabisin bensin sama bikin masuk angin doang."

"Nah," balas Erga. "Lagian kalau di luar emang kamu bisa kaya sekarang gini? Gak bisa kan."

Telak.

Iya juga sih.

Kalau di luar gue gak akan bisa leluasa sedeket ini sama Erga karena kita berdua kalo di luar gak pernah sesumbar kemesraan ibaratnya, kalau jalan ya jalan aja samping-sampingan. Makan ya makan aja ngobrol bentar lalu pulang. Skinship maksimal kita kalau di luar pegangan tangan doang. That's it.

Di rumah pun sebenernya gak jauh beda, kecuali ketika gak ada orang rumah masing-masing alias rumah kosong kaya hari ini. Rumah gue yang kebetulan kosong karena orang tua gue ada trip dari kantor yang hari ini alias barusan banget pergi sampai lusa membuat gue dan Erga sedikit leluasa melepas rindu setelah 3 bulan gak ketemu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

him | wonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang