chapter 1

34.3K 1.5K 33
                                    

Bagaimana rasanya jika suamimu tiba-tiba datang membawa seorang wanita lain yang hamil mengandung darah daging suaminya.

Wanita lain adalah sahabat mu sendiri.

Jika hati tergores pisau sangat lancip rasanya sakit. Jika dikasih lemon pasti rasanya sungguh perih.

Itulah yang di rasakan Adara ketika Daren tiba-tiba membawa wanita lain yang sedang hamil mengandung darah daging suaminya.

"Aku minta restu darimu. Aku mohon mengertilah". Ucap Daren sambil menggenggam erat tangan wanita lain.

Adara menutup matanya secara perlahan. Sungguh hatinya sesak. Mengapa suaminya harus memilih jalan seperti ini.

"Mengapa kamu memilih seperti ini. Tidakkah kamu mengerti perasaanku"

Daren menatap istrinya dengan dingin. Haruskah ia mengerti perasaannya. Ia merasa tertekan ibunya ingin memiliki cucu.

Daren berdiri dengan kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daren berdiri dengan kasar. "Haruskah aku mengerti perasaanmu. Dengar!! Aku dan Mira minggu depan akan menikah"

Setelah itu Daren menarik Mira dengan lembut lalu keluar dari apartemen.

Adara menghembuskan nafasnya dengan kasar. Hari ini sungguh sangat berat. Pulang dari kantor keadaan lelah ditambah kabar yang mengejutkan.

Dengan berat hati Adara harus menerima kenyataan ini.

Usia pernikahan Adara dan Daren sudah 3 tahun. Namun Adara belum memiliki keturunan. Hal itu membuat mertuanya ingin memiliki cucu.

Adara merasa tertekan dengan pernyataan ini. Tidak sabarkah mertuanya jika ingin mrmiliki cucu.

"Ya Tuhan..apa yang harus ku lakukan hari ini. Kuatkan hati ku"

Guman Adara sambil memegang dadanya yang rasanya sesak. Adara langsung menuju ke kamar lalu tidur.

Paginya pukul jam 08.00 Adara sudah berada di kantor.

"Selamat datang bu Adara". Ucap Salah satu pegawai

Adara tersenyum dan membalas. "Selamat pagi juga"

Adara berjalan sambil membawa berkas ke ruang atasannya.

Saat sampai didepan ruangan. Ia membuka pintu secara perlahan. Adara melihat Alexis sedang berbincang-bincang dengan pria paruh baya. Ia berdehem membuat mereka menatapnya.

"Selamat pagi..". Ucap Adara sopan. Ia harus profesional di kantor meskipun atasanya adalah sahabatnya.

Alexis menatap Adara dengan heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Alexis menatap Adara dengan heran. Mengapa wajahnya tidak seperti biasanya.

"Wajahmu kenapa?". Tanya Alexis sambil menangkup pipi Adara.

Adara menggeleng kepalanya. Ia menyerahkan berkas ke Alexis.

Alexis mengangkat salah satu alis. Ia sungguh heran dengan sikap sahabatnya. Ia menarik tangan Adara dengan kasar dan menghempaskan di sofa.

"Hemm..ayah keluar dulu. Kalian berdua selesaikan dengan baik"

Setelah mengucapkan itu lelaki paruh baya itu sudah keluar. Alexis langsung mengunci pintu menggunakan remot.

Alexis menatap Adara dengan tajam. "Katakan..apa yang terjadi?".

Adara hanya diam dan menunduk. Ia tidak berani menatap Alexis.

Alexis memegang dagu Adara agar menatapnya. "Ada apa hem?". Ucap Alexis lembut.

"Aku baik-baik saja. Hanya saja aku sedang lelah". Bohong Adara. Dia tidak ingin membuat Alexis khawatir dengan dirinya.

"Kamu yakin?"

Adara mengangguk dengan yakin. "Ya"

Ponsel tiba-tiba berdering. Alexis berdiri mengambil ponsel yang ada di meja kerjanya. Lalu mengangkat.

"Ya". Alexis mengangkat salah satu alisnya menatap Adara setelah mendengarkan apa yang diucapkan dibalik ponselnya.

Adara hanya salah tingkah saat Alexis meihat sikapnya.

"Baiklah". Alexis melempar ponsel dengan kasar. Ia mengacak rambutnya dengan frustasi.

"Apa lagi yang kamu sembunyikan dariku Adara. Aku ini sahabatmu bukan sih. Mengapa kamu menyembunyikan semuanya dariku"

Adara terbelalak kaget. "Apa maksudmu?".

"SUAMIMU AKAH MENIKAH LAGI. APA KAMU TIDAK SAKIT HATI HAH. BAGAIMANA PERASAANMU JIKA SUAMIMU MENIKAH LAGI"

Adara hanya diam

"Apa karena mertua tolol itu mendesakmu ingin memiliki cucu?"

"tolong jangan katakan seperti itu". Lirih Adara.

Alexis terkejut baru saja membentak Adara. Dia menarik Adara kedalam pelukannya. "Maafkan aku. Aku hanya tidak menerima kenyataan ini. Aku tidak mau wanita yang kusayang disakiti cowok brengsek seperti suamimu".

"Ini semua salah ku. Karena aku belum bisa memberi keturunan". Adara terisak didalam pelukan Alexis.

Alexis mengusap punggung sahabatnya. "Tuhan memang belum memberi keturunan. Kamu harus bersabar. Ini bukan salahmu".

"Apa yang harus ku lakukan". Lirih Adara. Air mata menetes dipipi mulusnya.

Alexis menghapus jejak air mata dengan ibu jarinya. "Aku selalu disampingmu. Tolong jangan menangis. Ada ayah dan bunda selalu disampingmu".

Adara mengangguk dan membalas. "Hanya kamu yang selalu mengerti perasaanku. Mengapa suamiku tidak mengerti perasaanku"

"Sudahlah. Sekarang lupakan masalah itu dulu. Nanti makan siang bersama"

"Baiklah. Aku akan pergi keruanganku". Hendak berdiri namun ditahan Alexis.

Adara menatap Alexis. "Apa?"

"Kerjakan berkas disini saja"

"Tapi..."

"Tidak ada bantahan. Aku atasanmu"

Adara mulai cemberut. Aura Alexis kembali dingin.

"Kamu aneh. Tadi bersikap lembut dan sekarang berubah dingin". Kesal Adara.

Alexis terkekeh. "Begitulah diriku". Alexis mengedipkan matanya ke arah Adara.

"Dasar....". Geram Adara. Alexis hanya tertawa keras.

Untung sahabat kalau bukan sahabat ingin rasanya melemparkan sepatu high hell ke mulutnya. Batin Adara

.

.

.

.

To be continued.

SECOND LOVE [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang