chapter 26

7.6K 581 18
                                    

Keluarga Adara sudah berkumpul di depan UGD. Bahkan Keluarga Alexis termasuk Ayah Alexis datang.

Wilis baru saja seleasai meeting dengan klien luar negeri langsung menuju ke rumah sakit setelah mendapatkan kabar dari Leo. Bahkan gak sempat pulang.

Alexis sedari tadi mondar mandir di depan pintu UGD. Membuat keluarga kewalahan melihat tingkah Alexis.

"Nak, tenanglah. Adara sangat kuat menghadapi semua ini. Dia wanita yang tangguh" ucap Mama sembari menyentuh pundak Alexis.

"Maafkan saya, Tante. Ini salah saya karena saya tidak bisa menjaga Adara dengan baik"

Mama Adara menggelengkan kepalanya. Ia menarik Alexis kedalam pelukannya. Untuk memberi ketenangannya. Mama Adara paham Alexis sedang cemas keadaan putrinya begitu sebaliknya.

"Jangan menyalahkan dirimu. Ini bukan salahmu" Mama Adara mengusap punggung Alexis.

Alexis merasa bersalah. "Maafkan saya" Lirih Alexis. Air mata berhasil keluar dan membasahi pipi Alexis. Ya. Seorang Alexis menangis.

"Berdoalah nak. Supaya Adara baik - baik saja. Tante percaya sama kamu. Kamu harus kuat ya. Tante gak suka kamu lemah seperti ini" Mama Adara berkata lembut pada Alexis lalu mengusap air mata Alexis.

"Tante.."

"Kamu sudah berhasil membawa Adara dari tempat gelap itu" Mama Adara memotong ucapan Alexis. "Adara sudah bahagia bersamamu"

Alexis hanya diam dan mendengarkan perkataan Mama Adara. Ia tidak bisa mengatakan apa apa lagi.

Dokter itu keluar dari ruang IGD dan membuat semuanya berdiri.

"Bagaimana keadaan adik saya, dok?" Wilis bertanya lebih dulu.

Alexis hanya menatap dokter. Menunggu jawaban dari mulut dokter. Ia berdoa dalam hati bahwa Adara baik-baik saja.

"Sebelumnya saya minta maaf. Kondisi Adara sedang kritis dan saya berhasil mengeluarkan bayi dalam keadaan prematur. Saya sudah melakukan dengan terbaik. Dan bayi itu saya masukan ke dalam inkubator. Saya akan melakukan perawatan untuk bayi itu"

"Tapi apakah keadaan putri saya baik baik saja?" Papa bertanya dengan tenang.

"Kondisi Adara sedang kritis. Kemungkinan besok akan stabil. Bapak harap sabar menunggu Adara keadaan sadar"

Papa hanya mengangguk setelah mendengarkan penjelasan dari sang dokter.

"Saya akan memindahkan Adara ke kamar perawatan ICU dulu. Saya permisi" pamit Dokter lalu masuk kedalam ruangan lagi.

"Aku akan mengurus sesuatu" Kata Wilis lalu pergi dari hadapan mereka. Tingkah Wilis membuat Alexis bingung. Namun dia tidak peduli. Yang dia pikirkan adalah Adara dan buah hatinya.

"Kamu masuklah. Tante sama Om akan pergi ada urusan. Tapi nanti kembali kesini lagi" Ucap Mama Adara.

Alexis hanya mengangguk lemas. "Iya Tante. Saya akan menjaga Adara. Hati - hati ya"

Kedua pasangan suami istri mengangguk. Lalu pergi dari hadapan Alexis.

"Nak, ayo masuk" Alvin menyentuh pundak putranya. "Ayah akan mengurusi adminstrasi dulu ya"

Alexis mengangguk lagi. Lalu masuk kedalam ruangan di ikuti oleh Leo. Sedari tadi Leo hanya diam. Hati sedang bergemuruh. Ia marah dan memaki diri sendiri.

Leo berjanji akan balas dendam untuk Adara. Ia merasa bersalah dengan Tuan Maxime karena kurang menjaga Adara dengan baik.

"Leo.." panggil Alexis membuat Leo tersadar dari lamunan.

"Kapan Adara sadar?" Lirih Alexis saat matanya menatap seseorang yang terbaring lemah di atas bed.

Wajah cantik menjadi pucat. Tangan kini di pasang infus. "Bahkan aku merasa sakit ketika melihat seseorang yang ku cintai terbaring disana"

Alexis mendekat dan menyentuh tangan Adara yang bebas dari infus. "Kumohon bangunlah. Aku merasa tersiksa disini"

Leo berdehem dan menyentuh pundak Alexis. "Adara wanita yang kuat. Aku janji akan balas dendam untuk Adara"

Alexis tidak menjawab. Hanya diam membisu. Menatap Adara dengan penuh menyesal.

***

Di tempat lain, Wilis datangi kediaman orang tua Daren.

"Saya tidak menyangka kamu datang di rumah saya. Ada perlu apa kamu datang disini?" Kata Damian, ayah Daren.

"Saya mohon dengan anda. Jauhkan putra anda dengan adik saya. Adik saya mengalami kritis karena perbuatan putra anda. Dan saya tidak akan menyetujui kerjasama proyek dengan anda"

Damian terkejut mendengar penyataan Wilis yang notabene rekan bisnis sekaligus sebagai kakak Adara.

"Bagaimana bisa..?? Putra ku melalukan hal sekejam ini pada Adara?"

Wilis dengan tenang mulai menceritakan kejadian tempo itu. Hati Damian tercubit. Tidak menyangka putranya melakukan hal seperti ini pada Adara. Mantan menatu kesayangan kini terbaring kritis.

"Maafkan putraku. Saya sebagai orang tua merasa gagal mendidik Daren. Saya harap kamu memaafkan atas perbuatan putra saya"

"Maaf Tuan Damian, saya tidak bisa kasih maaf buat putra anda. Karena putra anda melewati batas. Saya sebagai kakak tidak menerima atas perbuatan putra anda. Saya akan melakukan jalur hukum. Terimakasih"

Wilis berdiri dengan tenang lalu meninggalkan Damian yang hatinya sedang kecewa.

Rose datang melihat suaminya dengan wajah murung di sofa.

"Sayang. Kamu kenapa?" Rose menghampiri suaminya. "Apa yang terjadi?"

"Daren. Dia telah melewati batas. Dia telah menyakiti Adara hingga kini keadaan kritis. Baru saja kakaknya datang memberi kabar buruk. Dia tetap akan menempuh jalur hukum buat Daren. Aku tidak peduli dengan Daren lagi. Aku sangat kecewa"

Rose menutup mulut dengan tangannya. Terkejut mendengar penjelasan suaminya. "Papa..maafkan putra kita. Tolong selamatkan Daren" lirih Rose.

"Papa tidak bisa. Daren harus tanggung jawab. Jangan ikut campur ma"

Rose menggelengkan kepalanya. "Tapi pa. Mama tidak tega kalau Daren di penjara"

"Papa tidak peduli ma. Biarlah Daren menerima resikonya sendiri. Sekarang mama masuk ke kamar"

Damian berdiri meninggalkan Istrinya yang menangis. Menangis karena tidak rela putranya di penjara.

Rose tidak bisa membayangkan jika Daren masuk penjara. Bahkan tidur tidak nyaman di balik jeruji.

"Ya Tuhan" Rose memegang dadanya. Terasa sesak di dadanya.

Rose akan menjenguk Adara. Dan memohon untuk mencabut tuntutan jalur hukum yang di lakukan oleh kakaknya Adara.

.

.

.

.

To be continued.

SECOND LOVE [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang