chapter 24

7.9K 640 23
                                    

Sinar matahari telah menembus kaca jendela. Membuat Adara terbangun. Ia merasakan kosong disebelah ranjangnya.

Adara mengernyit ketika melihat kertas di atas meja. Ia turun dari ranjang dengan pelan pelan. Lalu berdiri mengambil kertas di atas meja.

Darling, maaf aku harus berangkat pagi - pagi ke kantor, urusan mendadak disana. Aku tidak tega membangunkanmu. Aku sudah menyiapkan sarapan dan susu untukmu. Jangan lupa vitamin diminum juga. I love you, Darling

Alexis

Adara tidak bisa menyembunyikan senyuman. Meski ada rasa sedikit kecewa Alexis tidak pamit secara langsung. Dia sudah menulis kertas untuknya.

Setelah melihat kertas dari Alexis. Ia meletakkan di meja lalu melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa menit kemudian Adara keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Hanya rambutnya dibungkus handuk karena habis selesai keramas.

Tiba - tiba ada suara ketuk pintu lalu dibuka pelan. Pelayan itu masuk dan berjalan ke arah Adara dengan sopan.

"Maaf menganggu bu, ada tuan Wilis ingin bertemu dengan ibu" kata pelayan sopan.

Adara tersenyum, "Baik, aku akan segera kesana. Kamu siapkan sarapan buat kakakku ya"

Pelayan itu mengangguk lalu pamit keluar dari kamar.

Adara segera keluar dari kamar dan turun tangga pelan. Melihat Wilis berdiri disana sambil memakai pakaian santai dan topi.

"Kakak!!" Adara sedikit berteriak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak!!" Adara sedikit berteriak. Wilis tersentak kaget mendengar teriakan adiknya.

Adara berlari sehingga dirinya lupa sedang hamil. Wilis menatap adiknya dengan tatapan horor. Adara tidak peduli dengan tatapan kakaknya lalu berhambur dipelukan kakaknya.

"Adara, ingat kamu sedang hamil!" Desis Wilis tajam. Ia tidak mau keponakannya terluka akibat adiknya ceroboh.

Beruntung Wilis sudah merengkuh pinggang adiknya, jika tidak pasti terjadi keguguran.

Adara hanya terkekeh kakaknya mengoceh. "Artinya kakak sayang sama Adara" ucap Adara. Tangannya mengusap rahang Wilis untuk meredakan emosi.

Wilis hanya mendesah. "Sudah makan?" Tanya Wilis.

"Belum. Ayo sarapan kak. Aku sudah membuat sarapan buat kakak"

"Kamu yang masak?"

Adara menggeleng. "Pelayanku yang masak. Alexis melarangku melakukan aktifitas apapun" keluh Adara.

Wilis terkekeh sambil merengkuh pinggang adiknya dengan erat. "Posesif sekali Alexis. Dia sangat mencintaimu" Wilis mengecup pipi Adara.

Wilis menuntun Adara ke ruang makan. Disana pelayan sudah mempersiapkan makanan di atas meja. Akhirnya Adara dan Wilis makan bareng sekalian mengajak pelayan disana.

"Rencana mau kemana?" Tanya Wilis setelah selesai makan.

"Entah kak. Aku rasa ingin menemui Dokter Revan"

Wilis memicingkan matanya. "Ada hubungan apa dengan dokter Revan?" Wilis menatap adiknya dengan curiga

"Astaga.." Adara mendesah. "Aku hanya ingin memeriksa kandunganku. Dia sahabat Alexis" jelas Adara.

"Begitu ya.." Wilis memegang dagunya sembaru menatap adiknya. "Kakak akan antar kamu disana" tegas Wilis.

"Baiklah"

***

Mobil sudah mulai berhenti di parkiran depan rumah sakit.

"Kakak ikut menemani aku periksa kandungan?" Tanya Adara sebelum turun dari mobil.

"Maafkan aku sayang. Kakak tidak bisa menemanimu karena ada urusan di kantor" jawab Wilis dengan nada menyesal. Ya sekretarisnya baru saja kirim pesan. Klien dari luar negeri ingin menemuinya.

Adara tersenyum. "Tidak apa apa kak" Adara mengusap pipi Wilis. "Kakak sudah mengantarku disini. Itu artinya kakak sudah menemaniku"

"I Love You, Adara" Wilis mengecup kening Adara dengan lembut.

"I Love You Too, kakak" balas Adara.

Adara segera turun dari mobil milik kakaknya dengan hati - hati.

"Kabari kakak ya kalau sudah ada hasilnya" Kata Wilis. Adara hanya merespon dengan mengancungkan kedua jempol. Wilis terkekeh melihat repson adiknya.

Adara akhirnya bernafas lega ketika melihat mobil milik kakaknya sudah menghilang. Adara mulai masuk pintu utama rumah sakit dan mencari ruangan dokter Revan.

"Hai Adara. Akhirnya kamu datang juga" Revan memberi sambutan dengan merengkuh tubuh Adara dengan lembut.

"Tentu saja. Aku ingin memeriksa kandunganku" balas Adara.

Revan terkekeh. "Baiklah. Mari kuperiksakan"

Revan menuntun Adara berjalan ke arah bed. Dengan hati - hati, Adara terbaring  diatas bed. Dokter Revan melakukan pemeriksaan dengan Adara.

Beberapa menit kemudian selesai periksa kandungan Adara. Mereka duduk di sebuah sofa besar di dalam ruangan.

"Aku kirim hasilnya lewat email Alexis" ujar Revan menyandarkan punggung di sofanya.

"Terimakasih.." balas Adara. Revan mengangguk sebagai respon.

"Ku antar kamu pulang. Biar gak di cekik sama Alexis kalau kamu pulang tanpa pengawasan" Adara terkekeh mendengar perkataan Revan.

"Ayo.." Revan menggandeng tangan Adara dengan hati - hati. Adara sudah mengandung usia jalan 8 bulan.

Sampai didepan rumah sakit. Revan menepuk dahi dengan kasar.

"Kenapa?" Tanya Adara.

"Kunci mobil ketinggalan di ruanganku.." Revan meringis. "Tunggu disini..aku ambil kunci mobil dulu. Jangan kemana-mana" ucap Revan.

Adara mengangguk pelan. Melihat Revan sedang berlari kecil mengambil kunci.

"Ck. Revan lama banget" keluh Adara. Pasalnya sudah 20 menit lebih belum datang.

Tiba - tiba ada sebuah tangan membekap mulut Adara sehingga pingsan.

Seorang lelaki menggendong Adara dengan tertawa kemenangan.

"Aku berhasil mendapatkanmu" bisik lelaki sambil menyeringai.

.

.

.

.

To be continued.


SECOND LOVE [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang