one

26.6K 876 11
                                    

"Dear Jennifer,
aku melihatmu lagi hari ini. Kau sungguh cantik. Bahkan bunga-bunga di sampingmu tadi tampak layu. Aku percaya, mereka pasti iri denganmu."

Ya tuhan, aku menemukannya lagi! Aku sudah tidak tahan. Ini sudah hari ke-8 aku menemukan surat aneh. Isinya pun selalu sama, selalu memuji tentang tubuhku, wajahku.

Aku sangat kawatir. Bukan hanya karena surat tanpa identitas si pengirim, tetapi juga tentang kata-kata frontal yang ditulisnya.

Bahkan aku risih saat membaca kalimat puitis yang menurutku sungguh berlebihan. Memangnya abad ke-berapa ini, seseorang masih mengirim surat dengan kalimat puitis.

Aku tidak sedang hidup di zaman Romeo dan Juliet dimana surat dengan kalimat cinta puitis sangat disenangi. Bahkan aku lebih suka mendapat chatting daripada surat aneh seperti itu.

"Somebody, please stop sending me a letter!" aku mencoba berteriak di koridor kampus, berharap seseorang yang selalu mengirimiku surat mendengar.

Namun jelas saat itu tidak ada orang yang peduli, tidak ada yang merespon. Kutarik nafas panjang, dan berharap surat itu tidak pernah datang lagi.

•••••

"Jane, ini terlalu creepy. Bisa saja seseorang di balik surat ini adalah stalker, atau lebih parah dia itu psikopat! Bisa saja dia merencanakan pembunuhan kepadamu. Lihatkan, seminggu ini seseorang mengirimimu surat untuk memancingmu? Kau harus berhati-hati, aku tidak mau sahabatku menjadi korban pembunuhan", Debora yang saat itu berada di rumahku sangat antusias melihat kepingan surat-surat kaleng itu.

Aku hanya diam menatap surat-surat didepanku. Kubuka satu persatu. Sungguh, suratnya memang membuatku ngeri.

Aku hanya penasaran, siapa orang gila yang sudah menerorku? Suratnya terlalu rapi untuk seseorang yang hanya ingin iseng.

Aku membuka surat pertama yang kudapat seminggu lalu, yang terselip di depan pagar rumahku.

"Dear Jennifer,
Kita tidak pernah benar-benar bertemu sebelumnya, tetapi aku merasa aku harus memberi tahumu sesuatu tentang diriku. Kau mungkin tidak akan mengenalku jika kau melihatku. Aku tidak terlalu bisa dikenang. Aku tidak tahu apa yang menarik tentangmu, tetapi ketika aku melihat wajahmu, aku merasa ada sesuatu perasaan aneh di dadaku. Campuran dari rasa girang dan ketakutan. Mungkin kau bisa menyebutnya cinta."

Saat itu, aku hanya berpikir mungkin hanya salah satu penggemar rahasia ku yang mengirimnya. Tidak terlalu kutanggapi saat itu. Aku hanya santai saja membaca suratnya, dan merasa geli bahwa kalimatnya sungguh berlebihan.

Aku bahkan tidak menyangka seseorang bisa menyebutkan seluruh kelebihanku pada surat yang ia tulis. Kupikir, aku tidak secantik itu. Dia terlalu berlebihan.

Rasa tenang ku berubah menjadi kawatir karena sudah seminggu surat-surat itu bermunculan. Apalgi kalimatnya sungguh frontal menyebutkan betapa cantiknya anggota tubuhku.

Debora merebut surat itu satu persatu dari tanganku. Tangannya berhenti pada salah satu surat, dan ia mulai gemetar.

"Dear Jennifer,
Ketika kau menyentuh hatiku saat itu, aku memandangmu dan mengingat semua tentang penampilanmu. Kulitmu sempurna. Kau benar-benar cantik. Aku harus mengikutimu. Bahkan namamu juga indah, Jennifer. Aku menguping saat teman kuliahmu memanggilmu Jane. Sangat cocok untukmu. Nama itu yang selalu kusebut setiap saat."

Ya, itu surat yang kutemukan di kotak suratku saat aku pulang kuliah. Mungkin orang gila itu sudah menemukan kotak suratku, sehingga ia tidak perlu menyelipkan di pagar lagi.

"Ya tuhan, Jane. Sungguh aku mulai ketakutan. Dengar aku, kau harus melaporkannya kepada polisi. Aku tidak bisa membayangkan hidupmu berakhir dibunuh oleh stalker gila!"

"Lantas, apa yang harus aku katakan kepada polisi, Debby? Tidak ada identitas di dalamnya, dan harus ku akui, tidak ada kerugian yang menimpaku karena surat-surat itu!"

Aku merasa bersalah sudah berteriak pada sahabatku. Padahal yang ingin dia lakukan hanya membantuku. Sungguh, aku panik. Ya tuhan, tolong aku. Orang gila itu mengacaukan pikiranku.

•••••

Maaf kalau berantakan. Maaf kalau banyak tulisan yang salah. Don't forget to vote, happy reading :)

Dear, JenniferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang