"Apa? Tidak boleh. Ini rumahku, dan kau siapa? Kita tidak saling mengenal, kau, dan aku, bahkan tidak punya ikatan apapun!" aku berteriak di depan wajahnya. Benar, seharusnya memang begini kan? Aku harus berani.
"Jane..", Erick mendesah tepat di telingaku.
"you've been a bad girl. I've to punish you. What kind of punishment do you want, hmm, sweetie?"Erick memegang kedua lenganku sambil menyandarkan kepalanya pada bahuku. Aku bisa merasakan nafas beratnya. Cengkeramannya di sana terlalu kuat. Sakit. Aku tidak bisa bergerak. Badannya bergetar, aku juga.
"sesak", katanya lagi. Tatapannya semakin gelap.
Erick menjauhkan tubuhnya sedikit dariku agar bisa menatapku. Sekali lagi, nyaliku ciut. Aku lemah. Untuk menatapnya balik pun aku tidak berani. Bahkan ketika aku sudah merasa aman pun ternyata ada kejadian seperti ini dan aku tidak tahu cara menghadapinya.
"Sesak. Aku terlalu mencintaimu hingga rasanya se sakit ini. Terlalu banyak cinta di dadaku hingga rasanya sangat sesak. Tidak ada ruangan untuk oksigen lagi, Jane!" Erick mengguncang tubuhku beberapa kali.
Aku menggigit bibir menahan sekuat tenaga agar air mataku tidak jatuh. Cengkeramannya pada lenganku tidak lagi terasa sakit. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku juga ikut sesak mendengar Erick mengatakan itu semua.
Entah. Aku tidak bisa berpikir jauh lagi. Semuanya tidak masuk akal. Bahkan sejak awal aku menerima surat-surat darinya memang sudah tidak masuk akal. Aku sudah lelah mencerna semua kejadian ini.
"Kau harus mencintaiku juga", Ah, aku lupa bahwa orang asing itu masih menatapku disana.
"KATAKAN KAU JUGA MENCINTAIKU, JENNIFER!"
Aku tidak tahu apa yang kupikirkan saat itu, tapi aku menampar wajahnya dan menggunakan sisa-sisa tenagaku untuk mendorong tubuhnya hingga pegangannya pada lenganku terlepas.
Aku berusaha berlari ke arah pintu hingga aku sadar Erick meraih vas bunga yang ada didekatnya dan menghantamkannya pada kepalaku. Pandanganku kabur. Semuanya terjadi begitu cepat dan hal terakhir yang aku ingat adalah Erick memeluk kuat-kuat tubuhku sebelum pandangku menjadi gelap.
•••••
Jane. Aku tidak mengerti engkau. Kupikir kita sudah saling mencintai. Aku sudah memberikan semuanya padamu. Tapi apa? Kenapa kau malah seperti ini? Apa balasanmu?
Aku tidak tahu apa yang salah darimu. Kita sudah bertemu. Aku bisa menyentuhmu secara sadar, sekarang. Kau pun begitu. Aku bisa merasakan kau bersandar pada sentuhanku.
Bahkan, aku mulai bisa mengontrol aliran listrik dalam tubuhku saat aku menyentuhmu! Aku tidak percaya tapi ini berhasil. Aku sangat senang Jane, aku tahu kau juga merasakan hal yang sama.
Aku bisa merasakan aliran darah di pipimu saat itu. Menyentuh dan merasakan urat-urat halus berwarna biru dan merah disana. Semuanya sempurna! Kita semakin dekat. Kita bisa begini selamanya.
Tapi ternyata tidak. Sakit. Jane-ku menyakitiku. Kau menyakitiku saat aku berusaha mencari pembenaran atas apa yang telah aku lakukan.
Kau tidak ingat apa saja yang sudah kita lalui bersama saat itu? Kau pergi, kuliah, dimana pun kau berada, aku pasti mengawasimu. Melindungi mu.
Apakah kau juga tidak ingat kejadian malam itu, malam pertama aku bisa menyentuh kulit indahmu? Jane! Ah..mengingatnya saja sudah hampir membuatku meledak.
Tolong. Kejadian tadi malam membuatku takut. Membuatku takut jika aku harus kehilanganmu. Aku bisa mati hanya dengan membayangkannya.
Kupikir kejadian tadi malam bisa membuat Jane-ku paham. Saat aku lengah dari mu sedikit saja, kau sudah seperti itu. Dan sekarang kau mendorongku dan ingin berlari dariku?
Hey! Cantikku belum sadar rupanya. Aku harus mengajarimu lebih banyak. Aku tidak akan membiarkanmu bertemu lagi dengan orang-orang jahat itu.
Aku bisa melindungimu, selamanya. Apa aku harus membangun bunker hanya untuk kita berdua saja, Jane?
Kau malaikat. Aku tau itu. Dan kejadian barusan membuatku tidak mengenal Jane-ku. Itu bukan Jane! Siapapun di dalam sana keluarlah! Tolong kembalikan Jane-ku yang cantik. Aku tidak mau menyakitinya.
Maafkan aku, sayang. Aku kekasih yang buruk. Aku harus melakukan itu untuk menyadarkanmu. Apakah ini saatnya? Mungkin terlalu cepat, tapi kau sendiri yang memaksaku.
Jadi aku memutuskan untuk membawamu ke rumahku. Ke rumah kita. Kita bisa melakukan apapun disana tanpa ada yang mengganggu. Aku bisa menyentuhmu lebih banyak.
Kau pasti senang disana, Jane, aku janji! Aku tidak sabar ingin melihat ekspresi kegiranganmu saat kau sudah terbangun di kamar kita, nanti.
•••••
😭😭😭😭😭 GUYS! SO GLAD TO SEE YOUUU!!!
aku bahkan gatau apa yang harus kulakukan untuk menebus dosa ku udah gantungin kalian.
Setelah beribu-ribu purnama ternyata bisa up lagii huhuuu...
Ku kira ini bakal jadi salah satu cerita ku terbengkalai.Maafin mas Erick yang banyak bacot yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Jennifer
RomanceWarning 18+ "Dear Jen, aku gila. aku gila karenamu. aku tidak tahan jika aku hanya harus duduk diam sambil menandangimu tidur lewat layar monitor ini. aku harus menyentuhmu, Jen! aku harus merasakan senyummu! ku harap, kau membalas suratku secepat m...