five

13K 607 43
                                    

Stalker's POV


Aku mencintaimu Jane, dan kau akan dihukum. Aku tidak tega untuk melakukannya, tapi kau harus. Kau sudah jadi gadis yang tidak baik hari ini. Kau selalu bersama dengan pria itu.

Dimana sahabatmu? Aku lebih suka kau berjalan bersama gadis yang cerewet itu daripada melihatmu bersama pria lain. Dia selalu memandangimu penuh nafsu. Dan kau dengan polosnya terus tersenyum padanya seakan-akan dia adalah orang yang paling mencintaimu. Aku tidak tahan melihatnya.

Kau seharusnya tidak boleh begitu, Jane. Besok lagi kau tidak boleh memakai pakaian itu. Aku tidak akan membiarkan semua orang bisa melihat dadamu.

Kau melakukan dosa, sayang. Aku tidak suka itu. Jane ku tidak murahan. Seharusnya kau bisa menjaga dirimu.

"See ya, Lewis", kau melambai kearahnya saat itu.

Lewis. Aku akan mengingat nama itu sepanjang hidupku. Nama pria yang berani menyentuh gadisku. Nama pria yang tidak benar-benar mencintai dan hanya memanfaatkan gadisku.

Aku marah saat itu. Bagaimana bisa kau dengan mudahnya jatuh kepelukan pria seperti itu Jane? Tapi aku bisa menahannya. Aku bukan orang jahat. Jane ku tidak akan mencintai orang jahat.

Hari ini kau kuliah dan aku tidak bisa melindungimu. Aku punya pekerjaan di rumahmu, Jane. Kuharap kau tak keberatan.

Hal pertama yang aku lakukan adalah memasang kamera pengawas di sudut jalan yang biasa kau lewati saat pulang. Dengan begitu, aku bisa memastikan kau aman saat melewati jalan itu.

Hal kedua, aku memanjat pagar rumahmu dan memanjat pohon apel yang berada tepat di depan jendela kamarmu. Aku memasang kamera kecil di ujung dahan. Dengan begini, aku bisa mengawasimu saat kau berada di kamar, sayang.

Semuanya sempurna, sampai aku menyadari satu hal. Aku menggeser jendela kamarmu dan itu terbuka. Haha, Jane ku yang ceroboh. Kenapa kau bisa sampai lupa menutup mengunci jendela kamarmu?

Aku benar-benar tidak menyangka bahwa semudah ini aku bisa masuk ke kamarmu. Aku sudah berada di kamarmu, Jane. Aku tidak percaya.

Aku membawa kamera dan mulai mengambil gambar seluruh bagian kamarmu tanpa terkecuali. Senang rasanya bisa melihat semuanya dari dalam.

Sesuatu bergejolak lebih dan lebih di dalam tubuhku. Ketika aku duduk di ranjangmu, aku membayangkan bahwa kau tertidur di sana juga. Aku mengambil bantalmu dan membawanya kepelukanku.

Aroma manis tubuhmu benar-benar memabukkanku, Jane. Aku bisa menghirup selimut dan bantalmu dalam-dalam, dan saat itu juga aku seperti tersengat listrik.

Aku tidak mengerti, kenapa bisa semenyenangkan ini ketika aku bisa memeluk benda yang juga selalu kau peluk.

Aku semakin tidak tahan untuk segera bisa menyentuhmu, Jane. Tapi aku harus bersabar. Semua butuh proses. Melihat lemarimu membuat aku merasa semakin dekat dengamu. Aku mengambil seluruh pakaianmu dan mulai menciuminya satu persatu.
Sekarang aku tahu rahasia terdalammu. Oh, aku juga tidak lupa membawa baju-baju mu yang menurutku sungguh tidak pantas. Baju-baju yang bisa membuat orang berbuat jahat kepadamu. Aku akan membakarnya nanti dirumah. Atau tidak, aku bisa menyimpannya.

Saat melihat meja di samping tempat tidurmu, ada sesuatu yang sangat memuakkan. Fotomu dengan pria itu. Aku membantingnya hingga pecah. Maaf sayang, tapi aku harus melakukannya.

Kau tampak bahagia di foto itu, dan aku tidak suka karena disampingmu ada pria lain. Jadi setelah figuranya pecah, aku bisa memotong fotonya dan menyimpan fotomu untuk diriku sendiri.

Aku membuka laci dan disana terdapat banyak make up. Untuk apa Jane? Kenapa kau menutupi kecantikanmu dengan benda benda itu? Aku tidak suka jadi aku membuangnya.

Saat aku tidak sengaja melihat ke sudut ruangan, aku menyadari bahwa ada sebuah ventilasi. Ketika aku membuka skrupnya dan melihat ke dalam, ventilasi itu tidak terlalu kecil dan kameraku bisa masuk kesana. Sempurna bukan? Dengan cara ini aku bisa melihat seluruh pergerakan yang kau lakukan dari kamera ini.

Tapi semua belum lengkap, Jane. Masih ada sesuatu yang kurang. Cukup lama aku berputar-putar di dalam kamarmu sampai akhirnya suatu ide melintas di kepalaku.

Aku menyibakkan seprei yang menjuntai dan menutupi ruang di bawah tempat tidurmu. Gelap, tapi cukup lebar. Memang sulit untuk bergerak di dalamnya dan agak pengap, tapi aku bisa mengatasinya.

Dengan cara ini, tidak akan ada yang tahu aku disini dan kita dapat menghabiskan waktu bersama. Nah, sekarang baru sempurna. Saat aku di dalam sini, aku memastikan untuk membawa kamera, tentu saja.

Sebelum aku pulang, aku menulis surat lagi dan menyelipkan ke bawah bantalmu. Dengan ini aku bisa memastikan kau menerima dan membacanya.

Oh, aku juga sudah bisa melihat reaksimu lewat kamera di ventilasi. Aku tak sabar menunggumu pulang. Aku mencari pena dan mulai menulis.

"Dear, Jennifer
Aku benar-benar tidak tahu cara menghentikan semua ini. Semua yang bergejolak dalam diriku saat aku melihatmu membuatku ingin mengikutimu lagi dan lagi. Jangan takut. Aku bukan orang jahat. Sungguh. Kau tahu bahwa setiap orang berbeda-beda cara mengungkapkan cintanya. Mungkin kau berfikir bahwa kenpa aku tidak menemuimu langsung. Aku berbeda, Jane. Aku lebih suka melihatnu dari jauh. Tapi tenang saja suatu saat aku akan menemuimu dan bicara padamu, aku janji. Aku sungguh mencintaimu. Aku sangat ingin melindungimu, dan itu alasan aku selalu mengikutimu. Aku selalu mengawasimu dimana pun kau berada, sayang. Mungkin kau sering melihat ku tapi kau mengabaikanku. Dengan ini satu-satunya aku bisa merasa dekat denganmu. Kuharap, setelah kau membaca surat ini, kau akan mengerti."

Aku turun kebawah dan menunggumu pulang. Selalu saja kau pulang saat hari sudah gelap. Aku berdiri di depan rumahmu dan kau membiarkan jendelamu di lantai bawah terbuka sehingga aku bisa memandangimu.

Aku berdiri berjam-jam di tamanmu hanya untuk memandangi wajah cantikmu, berharap kau tidak tidur. Sangat menyebalkan ketika kau mematikan lampu dan naik ke atas.

Aku harus kembali ke rumah dan berkutat dengan kesendirianku. Tapi ada satu hal yang membuatku cepat-cepat pulang kerumah. Reaksimu tentu saja.

Aku akan melihat reaksimu yang terekam di dalam kameraku. Tentu saja melihatmu di video tidak semenyenangkan melihatmu di kehidupan nyata. Tapi tak apa, aku harus sabar.

•••••

Dear, JenniferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang