thirteen

6.1K 390 73
                                    


Aku terikat. Aku terbangun dan kedua tangan dan kaki ku sudah terikat. Kepalaku sakit. Sudah berapa lama aku pingsan? Oh iya, aku hampir lupa. Ada iblis duduk disana sedang mengawasiku. Tatapannya marah, aku tahu. Ahahaha, ingin kuludahi wajah tampan itu.

Sebanyak apapun aku ingin bergerak, aku tidak melakukannya. Pegal. Pergelangan ku juga sakit. Tapi aku harus menyimpan tenaga. Aku tidak mau berteriak. Sia-sia.

Lihat dia. Masih diam di tempat duduknya, menatapku dengan gairah. Kau ingin aku berteriak dan melawan, kan? Tenang saja, aku tidak akan melakukannya. Aku ingin melihatmu depresi karena menunggu hal yang tidak akan terjadi.

Oh, Erick. Siapa kau? Ketika malaikat dan iblis bersatu, dia terbentuk. Aku menegang ketika akhirnya melihat dia berdiri. Aku sedikit menggerakkan tanganku, dan baru sadar jika ikatannya sangat kencang.

"Welcome home, Sweet Stuff", dia meraba kepalaku yang sudah dia balut dengan kain, dan melepasnya dengan kasar.

Sakit. Aku sangat ingin menangis sekarang. Aku ingin Lewis. Aku ingin Debby. Kenapa dia melakukan ini kepadaku?

"Cantik. Kenapa bisa secantik ini, Jane? Aku sangat, sangat, sangat gila karenamu", dia membelai pipiku, aku bisa merasakan tangannya yang dingin.

Nafasnya tiba-tiba memberat dan dia mulai menyentuhku lebih banyak. Aku merasakan air mata panas ku jatuh dan mengalir di pipiku. Aku tidak bisa bergerak.

"i love you. I love everything about you. I think about you constantly. Do you feel the same way about me, Jane?"

Aku berusaha menahannya. Menahan emosi di dalam dadaku. Aku ingin berteriak tapi suaraku seperti direnggut. Air mataku mulai berjatuhan.

Dia menatapku iba. Kepalanya mendekat kepadaku dan dia menciumi pipiku yang sudah basah. Iblis itu... menangis juga.

"Aku sangat mencintaimu hingga aku ingin meremukkan kepalamu sekarang juga. Tidakkah kau mengerti apa yang kurasakan, Jane? Tolong aku. Aku tidak bisa menahannya lagi. Kau milikku! Harus dengan apa aku menunjukkannya?"

Aku tetap bertahan hingga akhirnya dia membuka baju ku dan mengekspos perutku. Aku menangis semakin kencang. Apa yang akan dia lakukan?

Aku melihatnya membuka nakas dan mengeluarkan sebuah lilin dari sana. Pikiranku makin kacau. Melihat dia menyalakan lilin, semakin membuatku tidak karuan memikirkan kejadian terburuk yang bisa saja terjadi.

Benar saja, dia mendatangiku dengan lilin menyala di tangannya. Senyumnya aneh dan aku ketakutan. Ikatan di pergelanganku semakin erat saat aku berusaha melepaskan diri, dan itu melukai ku.

"Nah, aku tahu sekarang apa yang bisa membuktikan bahwa kau milikku. Sayang, aku harus menandaimu"

Matanya berbinar saat bergantian melihat perutku dengan lilin yang ada di tangannya. Dengan gerakan cepat, dia membawa lilin itu keatas perutku dan meneteskan lelehan lilin disana.

Perutku mengejang. Tiap tetesannya membuatku terbakar. Aku bergerak semakin brutal. Sudah cukup. Aku tidak tahan lagi. Menangis seperti ini bahkan tidak membuatmu berhenti.

"Erick, aku kesakitan. Erick, maafkan aku. Sakit sekali", aku berusaha berbicara di sela-sela tangisanku.

Erick mengangkat wajahnya dan berhenti sebentar hanya sekedar untuk melihatku. Dia menghapus air mataku perlahan, lalu menamparku agak keras.

"Diam! Sayang, kau merusak karyaku! Bagaimana aku bisa menyelesaikannya kalau kau bergerak terus? Ini hadiah untukmu, Jane, bersabarlah" setelah dia menduduki pahaku dan dan melanjutkan "karya"nya.

Aku tidak mengerti cara kerjanya. Apakah jika manusia merasakan cinta yang berlebihan maka dia bisa menjadi iblis seperti ini? Jika iya, aku memilih untuk tidak merasakan cinta sama sekali.

Dia bilang bahwa dia mencintaiku. Dia bilang bahwa aku cantik. Dia bilang...aku mengagumkan. Tapi dia juga yang merusak semuanya. Dia menyakitiku.

"nah, sudah!" wajahnya yang bahagia, matanya berbinar-binar sangat berbanding terbalik dengan keadaanku sekarang.

"Jane-ku sangat cantik! Lihat, aku sudah menandaimu! Sekarang kau milikku! Oh tuhan, aku sangat bahagia!" Erick menciumi perutku bekas tetesan lilin tersebut. Tersentuh oleh bibirnya membuat kulitku semakin perih.

Erick kembali ke nakas dan mengambil kameranya. Dia sibuk memotret ku. Dari atas hingga bawah. Sampai ia berhenti di perutku dan memotret "karya"nya berulang kali.

Dia menunjukkan fotonya padaku. Kulitku melepuh kemerahan. Lukanya membentuk satu kata. Mine.

•••••

Hai, aku bakal up double, ditunggu ya! Love you guys.

Dear, JenniferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang