six

12.8K 582 15
                                    

Under 17 it's highly not recommended to read this part.

•••••

Aku tidak peduli lagi. Ini bahkan sudah sangat larut dan mungkin hampir tengah malam. Sambil merapatkan jaketku aku berjalan tergesa-gesa keluar rumah.

Aku harus menemuinya. Entah siapa dia dan bagaimana rupanya, aku harus tetap bertemu. Aku tak tahan lagi, sungguh. Salahku tak begitu akrab dengan tetangga yang berada di sekitar rumahku.

Yang kukenal hanya seorang wanita tua di seberang rumahku karena dia sering mengantar makanan jika memasak terlalu banyak. Apa aku harus bertanya padanya? Oh jangan. Akan sangat mengganggu.

Aku berputar-putar cukup lama di jalanan dengan harapan akan menemukan rumah yang baru saja dihuni. Tapi nihil.

Aku bahkan tidak hafal jumlah rumah kosong yang berada di lingkungan tempatku tinggal. Tapi aku harus melakukan sesuatu. Aku tidak boleh diam dan pasrah. Aku bahkan tidak tahu orang itu bermaksud jahat atau tidak.

Saat akan masuk, aku menyadari bahwa pagar depan rumahku terbuka. Oh, mungkin karna terburu-buru tadi aku lupa menguncinya dan tertiup angin sehingga terbuka lebar.

Aku masuk dengan langkah gontai sambil mengunci pagarnya. Mungkin aku bisa mencarinya besok. Aku harus. Jika tidak, dia akan semakin senang menerorku. Aku harus segera memberi tahu Debora.

Aku membanting tubuh ke ranjang dan langsung membuka ponselku untuk menelepon Debora. Aku bahkan tidak tahu harus bercerita darimana. Mungkin sekarang bukan rasa takut lagi yang kurasakan saat membaca surat-surat bodoh darinya. Semacam lebih ke penasaran.

"Jane! Are you crazy? Lihatlah ini sudah jam berapa? Kau mengganggu mimpi indahku!" bentaknya saat durasi teleponnya sudah berjalan.

"Calm down! Aku hanya mau memberi tahumu kalau aku menemukan surat lagi",

"Huh! I don't care! Aku tidak percaya kalau kau meneleponku tengah malam hany.."

"DIBAWAH BANTAL TEMPAT TIDURKU", potongku cepat. Seketika keheningan menyelimuti kami berdua. Aku yakin saat ini Debora pasti hilang rasa kantuknya karena kaget.

"Di bawah bantal? Dia masuk ke rumahmu?" ucapnya lirih seakan tidak percaya.

"Masuk ke kamarku. Aku bahkan juga tidak tahu bagaimana dia bisa masuk",

"Kau sudah mencoba lapor polisi? Kau tidak takut?"

"Entahlah, tapi yang penting sekarang aku harus bisa menemuinya. Aku harus tahu siapa orang dibalik semua ini."

Dan aku terus berbincang dengan Debby hingga menjelang pagi. Agak sedikit lebih tenang sekarang. Kulirik jam beker di meja dekat ranjangku, menunjukkan jam 03.00 AM.

Aku menarik nafas panjang melihat figura di sampingnya telah pecah dan fotoku dengan Lewis menghilang. Aku jadi tidak bisa tidur sekarang. Aku hanya memikirkan bagaimana cara agar aku bisa menemukannya.

Di suratnya, selalu ada pesan tersirat bahwa dia selalu mengawasiku. Pasti mudah kan, menemukannya. Tidak tahu lah, aku semakin frustasi. Memikirkannya cukup bisa membuatku mengantuk.

Dear, JenniferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang