ten

11.5K 579 89
                                    

Hah! Aku tidak menyangka bahwa aku benar-benar menemui Jennifer terang-terangan. Masuk ke kamarnya saat kosong. Eh, tapi aku mendengar ada suara air mengalir di kamar mandinya.

Jane ku sedang mandi ternyata. Aku menenangkan pikiran saat otak liarku tiba-tiba memikirkan apa yang sedang terjadi di dalam sana.

Cukup lama Jane ku di kamar mandi, dan aku hanya memandang keluar jendela setelah membereskan ranjangnya yang berantakan.

Ceklek

Aku tahu pintu kamar mandi sudah terbuka saat aroma mawar tiba-tiba tercium dan Jane pasti ada disana, dibelakangku. Aku membenarkan topi dan mempersiapkan mental sebelum berbalik.

Aku tidak merasakan pergerakan lain. Jane ada di belakangku dan tidak melakukan apapun. Padahal aku sudah bersiap kalau ia akan berteriak atau memukulku dari belakang.

Saat aku menyadari bahwa cintaku tidak melakukan itu, ada sedikit kebahagiaan meletup dalam dadaku. Jane pasti tau bahwa aku bukan orang yang membahayakan untuk dirinya.

Aku berbalik dengan cepat saat itu dan aku langsung bisa menangkap raut wajah Jane yang terkejut, tapi ditahan. Dia hanya berdiri disana tanpa melakukan apapun. Matanya mulai menelusuri dari kepala hingga kakiku.

Ah! Aku baru sadar kalau Jane ku hanya memakai handuk untuk menutupi tubuhnya. Keputusan yang buruk saat bertemu denganku, sayang.

Aku menatapnya intens dan dia memasang ekspresi waspada seakan aku akan menyerangnya. Tapi aku memang sedang berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyerangnya saat ini.

Aku maju mendekatinya, tapi justru dia melangkah mundur menjauhiku. Aku berhenti pada langkah kedua ku. Kenapa? Ini aku, Jane.

Aku melepas topiku dan mengacak rambutku frustasi sedangkan Jane masih menatapku disana.

"Mengapa kau melakukan ini?"

ah.. Itu dia. Sesuatu yang kutunggu sejak tadi. Akhirnya ia berbicara padaku!

Aku hampir melompat karena ledakan dalam tubuhku, tapi aku berhasil menahannya. Aku ingin sekali tersenyum, tapi kutahan saat melihat Jane semakin waspada. Aku mungkin bingung tapi itulah yang kulihat.

Tidak peduli, aku akan menyentuh Jane ku. Tidak peduli dia akan berteriak atau memukulku. Itu masalah nanti dan sekarang aku sangat ingin menyentuhnya saat dia sadar.

Aku melangkah kearahnya dan dia mundur sampai menabrak tembok di belakangnya. Gotcha. Ia semakin menatapku was-was dengan wajah cantiknya.

Aku menatapnya dan dia semakin mengeratkan genggaman tangannya pada ujung handuknya di dadanya, berharap tidak melorot. Ah, manisnya.

Aku semakin mendekat dan aroma mawar semakin memabukkanku. Dia memejamkan erat matanya seakan aku ingin menyakitinya. Tak perlu kawatir, kau cintaku, Jane.

Aku menyentuh pipinya pelan, merasakan kulit halus itu ditanganku hingga menjadi aliran listrik yang menyenangkan menjalar ke seluruh tubuhku.

Mataku meneliti seluruh wajahnya, dan kulihat Jane sudah mengobati luka di sudut bibirnya. Good girl. Tatapanku yang menginterupsi membuatnya gugup hingga menggigit bibirnya. Jangan lakukan itu, Jane! Aku sedang berusaha sekuat mungkin untuk tidak "menerkammu" sekarang juga.

"Because i love you too much, my Jennifer"

Matanya melebar saat aku berkata seperti itu. Ia langsung melepas tanganku darinya dan memalingkan wajahnya dari ku. Aku sedikit kecewa dibuatnya. Kenapa Jane? Kau tak mencintaiku?

Jane ku menunduk dan rambutnya ikut menutupi wajahnya. Aku masih belum selesai. Aku meraih dagu Jane dan mengangkatnya agar wajahnya menatapku lagi. Aku menatap kedalam matanya.

Seketika matanya berkaca-kaca dan sebulir air mata keluar dari sana. Ia bergetar hebat setelahnya. Hah? Jane ku takut dengan ku? Aku tidak mengerti, tapi situasi ini membuat dadaku sakit.

"My love", aku menenangkannya dengan mencoba membawanya ke pelukanku, tapi ia semakin menangis dan bergetar.

Aku perlahan melepasnya dan mundur. Aku mengerti. Jane ku butuh waktu. Ia terguncang. Aku tahu Jane sudah menyadari semuanya. Mungkin ia sedang mencerna pelan-pelan apa yang terjadi.

Apa aku menyakitinya? Apa aku berbuat salah? Mengapa Jane ku menangis seperti itu? Seharusnya tidak begini! Aku mencintainya dan dia pun harus mencintaiku juga. Aku tidak mau cintaku takut denganku.

Segala perdebatan yang ada di otakku membuat dadaku semakin sakit. Aku tetap menatap Jane yang menangis disana. Aku menunduk dan memakai topiku lagi. Aku akan pergi jika Jane belum siap bertemu.

Aku berjalan pelan ke pintu yang ada disampingnya. Aku menatapnya dan mata kita bertemu. Tiba-tiba tangannya meraih lenganku.

Sengatan listrik menjalar di seluruh tubuhku, lagi. Aku kaget. Entah, rasanya bahagia saat Jane menyentuhku dengan kehendak dirinya sendiri.

"Are you my guardian angel?"


Dear, JenniferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang