Judulnya = nama lengkapnya Dilan 2018 ini.
Iya, panggilannya Nana. Kadang dipanggil Jaemin kalau orangnya lagi kalem aja. Tapi plis, dia tuh nggak pernah kalem!
Jaemin teman ketigaku setelah Samuel dan Haechan. Aku nggak sengaja melamun dengan mataku yang menatap ke arahnya. Dia seketika geer karena merasa kutatap dalam-dalam.
"Hei, Mileaku yang ke 71~ Kangen Dilan?" katanya.
Tidak kugubris, karena aku sedang memikirkan hal lain. Tapi dia lekas menghampiriku dan menghadapkan wajahnya padaku.
"Han?" panggilnya.
Aku tersentak kecil, lalu tersadar dari kegiatan melamunku. Setelah melihat Na Jaemin yang menumpukan tangannya di atas mejaku, aku berpaling.
Dia sama seperti Haechan. Menyebalkan.
"Jalan yuk nanti, sepulang sekolah. Oke Dilanku. Makasih Han! Sama-sama sayang."
Hah?
Dia monolog? Dasar gila!
"Apasih?!" kesalku.
Dia Na Jaemin, tapi suka mengaku sebagai Dilan 2018. Aduh, ingin sekali aku mengatakan, "Kisah Dilan - Milea berujung putus, dan lo masih ngarepin bikin dunia paralel mereka?"
Tapi, nggak bohong kalau Na Jaemin tuh tampan. Tinggal menunggunya mapan, gadis dan janda bakal berdatangan tuh.
Oh, ya. Baik Haechan, Jaemin, dan teman-temannya yang lainnya tuh anak tunggal semua. Mbarep tunggal, kalau dalam bahasa Jawa.
Katanya, anak tunggal tuh biasanya bisa berinteraksi dengan alam sebelah. Iya, mereka bisa berinteraksi dengan alam hewaniah.
Nggak cuma manusia yang diajakin ngobrol, cicak nempel di dinding juga diajak berdialog, seperti Na Jaemin kali ini.
Nih, ya-
"Bro, tau nggak kalo gue berhasil ngajakin Jihan jalan? Manusia es batu itu. Iya! Lah, yang bener? Dia hobi morotin?"
Aku mendelik!
Apa-apaan sih Tuan Muda Na Jaemin yth?! Aku mau marah, tapi nggak bisa.
Aku menidurkan kembali kepalaku di meja, menghadap jendela. Nanti kuajakin Samuel pergi ke Jogja City Hall sepulang sekolah.
Jangan salah, hey-! Meskipun aku awam, tapi aku dapat menghapal jalan menuju mall terdekat!
Ah, tidak dekat juga dari rumah, tapi aku cukup sering melewatinya setiap ingin berpergian kemana pun itu.
Tapi emang dasarnya Dilan kawe terniat cuma Na Jaemin. Dia benar-benar menepati janjinya dengan menungguku di ambang pintu kelas. Haechan saja sampai meroling matanya malas, apalagi aku.
"Ayo, Mileaku," katanya dengan nada yang dilembut-lembutkan.
Kamu pikir aku bakal luluh? Gitu?
Nggak.
"Mbak!"
Nah, suara Samuel nih.
"Apa?" aku menoleh untuk menjawab panggilannya.
"Mas Renjun nungguin di parkiran."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] YOGYAKARTA 1.0 - Huang Renjun
Teen FictionEND Yogyakarta dan kamu, dua hal yang membuatku terkesan akan skenario yang telah Tuhan lukiskan. Aku hanya bisa terus berdoa, agar kisah kita selalu terkenang, sepanjang masa.... [15+] A SEMI-FANFICTION Partnya banyak tapi setiap part pendek banget...