13. Tragedi

2.1K 393 24
                                    

Aku baru mau masuk rumah setelah nyapu halaman, dikejutkan dengan panggilan Bunda.

Otomatis, kepalaku nengok.

"Sini, Nduk, bentar."

Aku nurut, nyamperin calon mama mertua. Tapi, semoga nggak deh, kasian mamaku dapet menantu kaya Haechan.

"Iya Bunda."

Beliau menyodorkan dua kartu.

"Ini kartu kalian ya, buat jajan sebulan. Yang punya Haechan bawa di kamu aja, biar dia nggak boros."

"Dua-duanya Bun?"

"Iya, sebulan harus habis. Tapi kalo kurang, Bunda sama Mamamu nggak akan nambahin."

Oke. Berarti kartuku harus dipake barengan sama Samuel. Sip. Harus hemat. Inget. Jangan belanja mekap mulu.

"Bunda pamit ya sayang, titip Haechan."

Titip Haechan.

Titip.

Haechan.

Oke.

"Siyap Bunaa, hati-hati!"

"Yogs, cepet sembuh ya kamu, biar bisa ngurusin dua kunyuk. Semangat!"

Dat, dua kunyuk.

Ya bener sianying.

Mama, Papa, Bunda, Ayah, perjalanan bisnisnya sengaja apa gimana si akutu ga paham. Kok bisa barengan.

Sehabis Bunda pergi, ponselku agresif bergetar di saku celana.

Arredondo is calling

"Oit, lo ga pelajaran hey?"

"Ini gua di toilet anying, susah payah curi kesempatan buat ngabarin lo."

"Iya cepet apa, gue mau mandi."

"Ini Mbak, Mas Haechan kejeledak."

Hah?

Hahahha.

Kejeledak doang pake bilang ke aku. Lucu nih Samuel.

"Ytrs?"

"Tangannya retak."

oh.

HAH?

BARUUUU AJA BUNDA LEPAS LANDAS UDAH BIKIN MASALAH AJA.

"Rumah Sakit Cempaka Rindang, ruang mawar kamar nomor tiga puluh sembilan."

Heh, ruang VVIP dong! Astagfirullah Haechan :)







INI DUIT WOY, DUIT!








Aku buru-buru ke atm buat ngecek saldo, takut ga cukup tapi malah kaget sama nominalnya.

Beli motor yuk?

Aku juga baru ingat, kalo Cempaka Indah tuh rumah sakit miliknya Ayah Haechan.

--

"Chan!" panggilku ke sosok yang lagi meringis nahan sakit.

Kok bisa sih, pecicilan sia!

"Han, ih, sakit," rengeknya manja.

Dan nggak tau gimana, Jeno sama Nana muncul bersamaan. Mereka datang entah dari mana, tiba-tiba nimbrung percakapan.

"Jam olahraga, dia manjat pohon trus jatuh," kata Nana. "Bola sepaknya nyangkut," lanjutnya.

Aku manggut-manggut. Kemudian, tatapanku dan Jeno bertemu.

"Kok lo nggak sekolah? Janjian nih sama si Renjun?" pertanyaan Jeno ditujukan padaku, pasti.

"Demam, udah turun sih gara-gara Haechan."

Tiga tikus got yang ganteng ini malah tertawa.

"Yaudah ya, lo berdua kan pasti sengaja cari celah buat bolos. Gue pulang dulu deh."

Habis tau keadaan Haechan, aku langsung pulang. Lagi pula sudah ada Jaemin sama Jeno sih.

"Han," Jeno mencegah tanganku.

"Hm?"

"Gue anterin pulang."








O, oke.








/Turut berduka cita atas meninggalnya Ayahanda Samuel, may he rest in peace 💚/

[✔] YOGYAKARTA 1.0 - Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang