/Buset, komen ngapa :(/
Samuel. Anak itu udah dua hari nggak mau makan. Kurus? Iya, banget. Nggak tau lagi gimana aku harus maksa dia makan.
Dia tetap adikku, terlepas dari adopsi atau bukan, dia tetap bayiku yang tersayang.
Aku bahkan sempat marah-marah ke Haechan karena nggak tau harus berbuat apa. Samuel cuma diem di kamar. Tiap dianterin makan, nggak jawab.
Dan di waktu makan berikutnya, dia belum nyentuh makanannya sama sekali.
Apa ya nggak laper....
"Muel, lo tuh manusia," kata Haechan barusan, di depan kamar si kecil.
Hsjksjsks kesel.
Aku cuma bodoamatan di sofa ruang tengah. Urusan Samuel kuserahkan ke Haechan. Aku capek.
Tapi emang ya naluri seorang kakak, langsung bertindak tanpa nunggu aba-aba.
Aku memasak nasi goreng spesial kesukaan Samuel. Topping cumi, ayam, dan telur dadar. Tunggu aja ya, masih aja nolak berarti munafik heuh.
Asli baunya doang udah enak banget, Haechan sampe nyamperin mau nyicip. Udah nyicip, bablas ngambil sepiring. Oala matahari.
Sesudah kelar aku langsung naik ke kamar Samuel. Nggak ditutup, orangnya lagi tiduran.
"Muel, makan dulu ayo," aku menyentuh pundaknya yang membelakangiku.
Dia masih diam. Udah kaya patung, beneran. Ini masih manusia kan....
"Samuel, bangun. Makan dulu biar nggak sakit," aku tidak berputus asa membujuk.
Tapi, tiba-tiba-
Prang!
"Keluar. Gue udah bilang gamau."
Yeah, dia melempar piring di tanganku, hingga pecah dan berserakan di lantai. Huft, sabar.
Aku menatap punggungnya kesal, kalimat yang ingin kukatakan tertahan, ya udah nggak usah aja.
"Muel, meskipun lo sedih, lo harus tetep makan," gumamku pelan.
Samuel seharusnya masih bisa mendengarkan. Yah, aku tiba-tiba teringat petuah nenek.
Menyakiti diri sendiri sudah termasuk dosa yang tidak kecil, kata beliau.
"Kalo lo ragu, lo masih adik gue."
Aku bergegas membereskan kekacauan di lantai, tapi Haechan dateng, makin mengacau.
"Apa-apaan?! Heh, Samuel, lo tuh-"
"Chan, diem. Udah sana turun aja, habis beresin ini gua turun," potongku.
Tapi Haechan bergerak cepat mendatangiku. Eh, Chan, jangan kesini nanti kena beli- aw!
Perih!
"Han! Aduh tangan lo berdarah kan. Kenapa ga minta tolong sama gue hah? Emangnya gue invisible apa disini? Kan-"
"Berisik!"
Bukan aku. Iya, itu suara Samuel yang masih marah. Percaya aja udah, Haechan Samuel dijadiin satu dalam situasi kaya gini bukan hal yang tepat.
"Chan, sstt, keluar sana lo!"
Haechan merengut, tapi dia tetep bantuin membereskan pecahan kaca. Dia nggak kena, tapi aku kena.
Sakit...
Setelah kelar, dia menggandengku ke arah dapur.
"Diem disini atau gue marah sama lo."
H, huh? Baiklah Chan, hft.
/pengen baca dan balesin komen kalian yang ngehype cerita ini :(/
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] YOGYAKARTA 1.0 - Huang Renjun
Ficção AdolescenteEND Yogyakarta dan kamu, dua hal yang membuatku terkesan akan skenario yang telah Tuhan lukiskan. Aku hanya bisa terus berdoa, agar kisah kita selalu terkenang, sepanjang masa.... [15+] A SEMI-FANFICTION Partnya banyak tapi setiap part pendek banget...