37. Gerobak Angkringan dan Lagunya

1.1K 204 17
                                    

Malam Minggu.

Jeno selalu mengajakku keluar, seperti saat ini. Biar nggak penat, begitu katanya.

Di atas ninja hitamnya, dia nangkring di depan rumah menungguku. Aku males keluar, tapi tetep harus menghargai Jeno.

"Muel, mau nitip apa nih?"

"Nyawa lo aja. Sampe lecet dikit, gue ajak baku hantam tuh Mas Jeno. Aamiin semoga pdktnya lancar," cerocosnya tanpa rem.

"Eeehh, mulut. Iya makasih deh gue gaperlu keluar uang. Bye."

Baru aja pake sepatu, Samuel teriak dari dalem.

"Enak aja pulang dengan tangan kosong, bawain martabak telur pokoknya!"

Ye bocah.

"Yok Jen," aku naik ke atas motornya, lalu berpegangan seperti biasa.

Ya, seperti saat touring ke Kopeng.

Sepanjang jalan, Jeno ngajak ngobrol random kaya biasa. Dia juga ngajak muter Jogja. Dari Mergangsan, Wirobrajan, Godomanan, bahkan dia sampe ngelewatin Pasar Kangen.

Berakhir di angkringan Tugu. Bayangan Renjun yang menceritakan filosofi Tugu Jogja terputar kembali.

Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu

Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat

Penuh selaksa makna

Terhanyut aku akan nostalgia

Saat kita sering luangkan waktu

Nikmati bersama, suasana Jogja

Suara musik angkringan membuatku sedikit terhanyut. Lagu dengan judul Yogyakarta yang dibawakan oleh Katon Bagaskara.

Jeno menyesap kopinya. Aku yang menyarankan kopi arang padanya, hehe. Dia suka.

Seperti biasa, aku pesan susu hangat. Cupu? Biarin.

Musisi jalanan mulai beraksi

Seiring laraku kehilanganmu

Merintih sendiri, ditelan deru kotamu

Aku tersenyum kecut.

Walau kini kau tiada tak kembali

Namun kotamu hadirkan senyummu abadi

Izinkanlah aku untuk slalu pulang lagi

Bila hati mulai sepi tanpa terobati

"Han, sepeda yok?" ajaknya.

Aku langsung menariknya ke shelter terdekat. Tentu saja langsung bersemangat kalo tentang bersepeda.

Oh, sekarang sistemnya sudah berbeda, ya? Sebelumnya gratis, sekarang berbayar. Satu jam, lima ribu rupiah.

"Tiga jam, mas."

Jeno yang mesen. Ngapain anjir lama-lama? Ya gapapa. Masih sore ini, belum ada jam tujuh.

"Han, duluan. Gue di belakang lo, ngejagain. Alun-Alun Keraton, tau kan jalannya?"

Aku ngangguk. Jeno senyum sampe kelihatan eye-smilenya. Buru-buru, aku bergegas mengayuh sepeda.

Maksudku, menghindari kontak mata....

[✔] YOGYAKARTA 1.0 - Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang