Namanya cakep, kayak orangnya. Lee Jeno.
Memiliki eyesmile yang menawan, tapi dia jarang menunjukkannya. Jarang banget, dia terkenal karena wajahnya garang kalau kata orang-orang.
NGGAK GARANG DENG, GANTENG.
SETIDAKNYA GITU BAGIKU.
Tapi emang garang ya bangsat. Iya maap aku plin plan kaya ayunan bayi.
Jadi, Jeno ini ternyata teman semejaku. Dia duduk di sebelah kananku dan Renjun duduk di depan Jeno.
Barusan, dia telat. Iya, si Jeno ini suka telat, bahkan kemarin dia habis bolos.
Definisi seongok bad boy emang :)
Dia dateng-dateng, ngeles ke Bu Boa kalau ban motornya bocor di tengah perjalanan ke sekolah. Kalau untuk alasan bolos kemarin, dia bilang "Lupa bu, kalo kemaren hari Senin."
Untung bukan Nana yang begitu, bisa jadi bangsat beneran dia.
Setelah dia sampai di bangkunya, dia melirik kearahku, kemudian–
"Lo ngapain disini?" tanyanya dengan nada ketus.
"I, itu–"
"Dia kan murid baru, malih! Udah, duduk, salahin aja lo bolos kemaren!" kata Renjun mewakiliku.
Ah elah, baru saja mau kujawab, "Daftar jadi calon menantu mamamu," malah diduluin Renjun :)
Ga deng, canda. Aku nggak mau ya, kalau menantu mamaku sebrutal Jeno.
Setelah Jeno menaruh tasnya (yang aku yakin bahkan dia nggak bawa buku), dia seketika menidurkan kepalanya di atas meja.
"Blangsak bener," gumam Haechan di seberang kiriku.
Hahaha.
Iya, blangsak. Tapi ganteng Chan, lebih ganteng dari kamu....
Tidak lama kemudian, kepala Nana menyembul dari sebelah kiri Haechan.
"Lia, sayang. Ambilin buku tugas Jeno di laci dong, mau gue salin."
Dat Lia sayang.
"Lia sayang, ndasmu!" umpat Jeno, Renjun, dan Haechan bersamaan.
Jeno terbangun dari tidurannya ketika Bu Boa menatap ke arah kami dengan tatapan 'mati aja lo pada ya anying.'
Bu Boa masih muda, kawan. Bahkan Na Jaemin pun menyebutnya 'Mileaku yang pertama.'
"Tuan Muda Lee Jeno," panggil Bu Boa. "Tolong selesaikan nomor delapan."
Jeno berdiri dan berjalan ke depan tanpa ragu. Jaemin, Renjun, Haechan, menatapnya dengan tatapan 'buset gue mudeng aja kaga.'
Sementara, siswa lain sudah bertepuk tangan bahkan sebelum jari Jeno menyentuk spidol.
"Jeno pinter, ya?" tanyaku pada Haechan.
Malah melongo. Ditanyain juga.
"Pinter banget woy tulung, gue aja heran itu otak dikasih makan apa...."
Iya, ini Jaemin yang jawab gaes.
Selesai Jeno ngerjain soal, Bu Boa cuma ngelirik bentar, lalu bilang,
"Seperti harapan Saya, Tuan Muda Lee Jeno Yang Mulia."
Lebay anying bu....
Tapi kalau jenius bad boy, bolehlah jadi menantu mama saya!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] YOGYAKARTA 1.0 - Huang Renjun
Teen FictionEND Yogyakarta dan kamu, dua hal yang membuatku terkesan akan skenario yang telah Tuhan lukiskan. Aku hanya bisa terus berdoa, agar kisah kita selalu terkenang, sepanjang masa.... [15+] A SEMI-FANFICTION Partnya banyak tapi setiap part pendek banget...