Jimin tidak pernah berniat membawa dua teman baiknya itu ke dalam masalah keluarganya.
Tidak.
Padahal niatnya adalah mengajak mereka ke sini karena tempatnya luas dan lengkap untuk kebutuhan. Dia sendiri tidak mengira ayahnya yang jarang pulang rumah berbulan-bulan malah ada di rumah di saat mereka tiba. Well, memang itu rumah ayah Jimin. Jadi wajar saja pemiliknya datang. Tapi timing yang sangat tidak tepat.
Melihat wajah si ayah setelah sekian lama, dia terlahap emosi sendiri.
Park Jimin marah. Park Jaejin tak kalah marahnya.
Bentrokan tak terelakkan.
Jimin jelas merasa bersalah karena melihat Yoongi gondok setengah mati. Dia merasa sangat bersalah. Pasti si Min sudah berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya. Si pelukis tidak ingin citranya di depan si musisi menjadi buruk karena insiden ini. Jimin ingin bercerita pada si musisi, tapi dia tidak berani.
Tentang bagaimana dia dulunya orang Busan, lalu ketika kecil ayahnya membawanya ke mari dan merintis usaha di Seoul. Semua berjalan baik, Jimin yang baru lulus dari SMP mengajak ibunya makan malam di sebuah restoran dekat sini. Sialnya, jalan yang mereka lalui begitu sepi nan gelap. Berpas-pasan dengan sekelompok perampok yang kabur dari polisi. Mereka membawa senter dan melihat ada dua saksi mata di ujung jalan. Jimin kecil ketakutan, langsung kabur dan bersembunyi di balik tembok rumah orang. Sedangkan para perampok itu tak segan menembak ibu Jimin langsung di dada. Ibunya meninggal.
Jimin terpaku menyaksikan itu di depan mata.
Video memori malam itu masih sering kali terputar di kepalanya.
Ayahnya yang penyayang menjadi stress setelah itu dan menyalahkan Jimin. Memang, jika tidak kabur, seharusnya Jiminlah yang mati saat itu. Park Jaejin menjadi seorang orang tua abusive. Hanya kepada Jimin sedangkan adiknya dititipkan di Busan bersama sang nenek selalu dilimpahi kasih sayang. Jaejin tak segan menampar sang anak dan memukulinya. Tuan Park bukan tipe peminum tapi pekerja keras. Pria itu menghilangkan stress dengan memaksakan batas dirinya bekerja selama berjam-jam nonstop. Jika pulang, pasti hanya untuk menyiksa Jimin.
'Kau membunuh ibumu sendiri!'
Mimpi buruk Jimin sebenarnya bukan hanya hitam kelam, merah darah, kuning dan putih warna cahaya, letusan pistol, atau air mata. Mimpi buruk yang Jimin tidak ceritakan adalah mimpi buruk tentang ayahnya. Jimin bersyukur saat kuliah, dia diperbolehkan sekolah ke luar negeri. Jadi dia bisa kabur dari si ayah.
Dia ingin ke London untuk belajar seni demi mimpinya menjadi pelukis.
Jimin pergi dengan izin si ayah. Ayahnya bahkan mentransfer uangnya ke rekening Jimin. Namun, apa yang ayahnya sebutkan tadi sangat kontras. Seolah si anak durhaka kabur dari rumah dan mencuri uang si ayah demi menjadi terkenal. Padahal tidak!
YOU ARE READING
✔ Eventide • minyoon
FanfictionYoongi adalah seorang musisi jalanan dari Korea Selatan. Berbekal bakat dan nekat, ia memulai pekerjaannya di Paris bersama Taehyung -sahabatnya. Kemudian semuanya menjadi aneh ketika ia terlibat insiden dengan mantan teman Taehyung bernama Park Jim...