Taehyung merasa hampir mati saat mendengar telpon itu. Dia jarang menangis, tetapi malam itu, tangisnya yang berharga langsung pecah. Hampir histeris karena ia tak percaya. Dia berpikir, siapapun yang memegang ponsel Yoongi malam itu pasti berbohong.
Tidak mungkin Yoongi melakukannya.
Taehyung merasa hatinya hancur. Dia bingung. Dia menyesal karena tidak memperhatikan Yoongi belakangan ini. Dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Terakhir kali mereka bertemu adalah tiga hari sebelumnya dan kondisi Yoongi baik-baik saja. Pria itu tersenyum manis bahkan. Yang sekarang Taehyung sadari, itu adalah senyum palsu untuk menutupi kerapuhannya.
Pertemuan mereka selanjutnya, Yoongi sudah dalam keadaan tidak bernapas dan kaku.
Melihat tubuh Yoongi seperti itu. Melihat mata indahnya yang terpejam dan denyut nadinya yang tidak terasa. Melihat bibir yang biasanya merona itu menjadi pucat dan kering. Barulah Taehyung percaya akan berita itu —walau semua terasa begitu janggal. Ada yang tidak beres. Sebab Yoongi bukan orang yang melakukan hal seperti ini tiba-tiba. Pasti ada alasan. Tapi apa?
Sesakit hatinya Yoongi, hal terekstrem yang sebelumnya dicoba hanya menyilet tangan. Itupun terjadi tiga kali. Pertama, saat ayahnya meninggal. Kedua, saat ibunya meninggal. Ketiga, saat si Min dan Park putus. Dan lukanya tidak menembus, hanya menggores kulitnya yang lembut. Dia melakukan self-harming sebagai wujud ekspresi kesedihan dan kemarahan.
Walaupun Taehyung yakin, pria itu sering berpikir melakukan bunuh diri. Namun, pria itu selalu berhasil mengusir pikiran itu. Dia sangat menghargai kehidupan. Meski hidupnya sulit, meski hidupnya menyusahkan, dia tetap berjuang. Self-harming itupun terjadi di saat emosinya sudah mencapai batas dan tidak bisa dikontrol.
Taehyung mulai menyalahkan dirinya, bagaimana bisa dia sebagai sosok sahabat tidak tahu apa yang terjadi. Kenapa dirinya tidak peka? Kenapa dirinya tidak peduli? Jika saja dirinya ada di situ pada detik-detik sebelum dia meloncat, mungkin dia bisa merubah pikiran Yoongi.
Sayangnya, semuanya sudah terlambat.
Tidak ada yang tahu mengapa dia bunuh diri malam itu.
Semua kesedihannya, kerapuhannya, selamanya akan terkubur bersama dengan raganya. Taehyung merasa sangat nyeri membayangkan seberapa banyak hal yang sudah Yoongi lalui dan selalu bertahan. Dia tahu beberapa kisahnya yang mengiris hati. Kisah keluarga miskinnya di Daegu, ayahnya yang rela merampok sampai meninggal, ibunya gila dan meninggal setelah sakit begitu lama, Jimin yang meninggalkannya, dan beberapa lainnya.
Yoongi adalah pria yang kuat menahannya tapi malam itu, mungkin dia sudah mencapai batasnya.
Entah kebetulan apa, saksi matanya adalah seorang psikolog asal Korea.
Bernama Kim Seokjin.
Dia mengatakan jika dia menemukan Yoongi mabuk dan duduk di tengah jalan dengan sangat aneh. Lalu Yoongi marah dan kabur. Pria itu mengejar si pucat itu hingga ke jembatan. Sayangnya ketika pria itu sampai, si Min malah melompat. Seokjin tidak bisa menyusulnya karena dia tidak ingin ikut mati. Dia pun hanya dapat menelpon polisi setempat. Bahkan polisi datang sepuluh menit kemudian, di saat Yoongi sudah membeku di bawah sana.
YOU ARE READING
✔ Eventide • minyoon
FanfictionYoongi adalah seorang musisi jalanan dari Korea Selatan. Berbekal bakat dan nekat, ia memulai pekerjaannya di Paris bersama Taehyung -sahabatnya. Kemudian semuanya menjadi aneh ketika ia terlibat insiden dengan mantan teman Taehyung bernama Park Jim...